.

Selasa, 26 Juli 2011

Senja di Bukit Kaba

Cyber Sabili-Bogor. Matahari baru saja terbit. Daun-daun baru saja menggeliat. Udara masih menyisakan dingin yang menusuk tulang. Air sumur ikut membekukan tulang belulang. Kami jarang mandi sepagi ini. Tapi hari ini berbeda. Indok (ibu) membangunkan kami dengan tangisannya yang terisak-isak sisa semalam. Ia menangis bukan tanpa sebab.
Semalam, seorang lelaki berkulit hitam legam macam arang, datang mengetuk pintu kontrakan yang terbuat dari tripleks. Dari mulutnya keluar berita duka. Ia mengabarkan kalau Bak (ayah) telah meninggal dunia. Mendengar itu, Indok menangis tiada henti. Aku dan Abang berlinangan air mata. Hanya si kecil Pualam yang gelisah, meliat-liat dalam gendongan Indok.
Selepas lelaki itu pergi, Indok terdiam sebentar. Tak lama, ia meraung-raung macam harimau kumbang. Dari mulutnya keluar keluhan dan sederet sumpah serapah yang ditujukan pada Bak.
“Itulah penghabisan lanang (laki-laki) tak bertanggung jawab! Masuk nerako tu lah balasannyo!”
 -------------
Suara pelayat membaca Yaasin terdengar nyaring di tengah lalu-lalang orang. Kami berjalan melewati gang sempit, melewati rumah-rumah kecil yang saling berhadap-hadapan.
Indok mengucapkan salam dengan lantang. Seluruh pelayat yang sedang membaca Yaasin mendadak terdiam sebentar, memandang Indok dan tentu saja aku dan Abang, sebelum menjawab salam.
Kami duduk di pinggir pintu. Ruangan 3 x 3 meter itu terasa amat sempit. Jasad Bak terbujur kaku, dibungkus kain putih. Abang menghampiri jasad Bak dan mendaratkan sebuah kecupan di keningnya. Ia menangis tertahan. Bahunya bergetar. Mendadak ada rasa sedih menyerangku. Air mataku berlinang lagi. Mata Indok mendelik ke arahku. Ia mencubit kakiku. Itu tanda bahwa ia mengingatkan aku untuk tidak menangis.
Seorang lelaki tua meminta agar proses pemakaman segera dilakukan, tak usah menunda-nunda lagi. Tak baik, katanya. Jasad Bak diangkut masuk keranda. Abang ikut membopong jasad Bak untuk terakhir kalinya. Matanya memerah. Kutahan-tahan air mataku sampai perih dadaku. Semua orang seakan berhenti bernafas melepaskan kepergian jasad itu. Bak akan dikuburkan di kuburan dekat Nala. Abang ikut mengantarkan Bak ke peristirahatan terakhirnya. Aku dan Indok serta ibu-ibu lain menunggu di ruang tamu.
“Marlina, kami pamit dulu, yo?  Sabar … orang sabar disayang Tuhan.”
Begitu kata ibu-ibu silih berganti saat berpamitan pada perempuan yang ternyata bernama Marlina itu.
Indok mendekati perempuan itu. Aku ikut-ikutan menggeser pantatku mendekati Indok. Indok berdehem sebentar dan berkata, “Macam mano kejadiannyo semalam?”
Perempuan yang bibirnya sangat menarik perhatianku itu menjawab, “Abang mati karena kebanyakan minum,” ucapnya sambil sesenggukan.
Indok tampak mafhum.
“Ayuk ini bini tuo Abang, yo?”
Indok mengangguk.
“Saya minta maaf atas nama Bang Yunus, kalau selama ini Abang banyak berbuat salah.”
Perempuan itu terisak-isak. Aku terus saja menatap bibirnya. Alangkah elok bibirnya itu. Tak pernah kulihat Indok pakai bangbibir (lipstik) macam itu. Baru kutahu kalau lelaki macam Bak memang lebih suka dengan perempuan berbibir merah macam bibir Marlina ini.
-----------
Rumah Datuk yang di Sambe Baru merupakan rumah panggung dari kayu. Ukurannya amat panjang. Di rumah panjang ini tinggallah Datuk, Poyang Tino, dan seorang perempuan paruh baya yang kupanggil Bik Nur. Perempuan ini masih sepupu dengan Indokku. Bik Nur belum pernah menikah seumur hidupnya. Dari dulu ia tinggal bersama keluarga Datuk dan Poyangku. Orangnya baik. Perawakannya pendek. Rambutnya panjang. Hidungnya pesek.
Datuk amat garang. Ia memaksaku bekerja keras membanting tulang. Sebenarnya sejak dulu aku tahu perangai Datuk itu. Tapi baru sekarang kualami sendiri. Pagi-pagi buta aku dibangunkan. Padahal udara masih amat dingin. Selepas shalat Subuh dan sarapan, diajaknya aku ke ladang.
Di ladang, datuk mengajarkanku cara memanjat batang kopi, dan yang paling memberatkan adalah membawa bersisir-sisir pisang dalam baronang (Keranjang dari bambu untuk mengangkat hasil panen). Sambil membawa baronang yang disampirkan dengan ikat kepala itu, kami menuruni tebing yang curam.
Besok harinya, jam satu dini hari Datuk sudah mengajakku ke Pasar Ate menjual hasil ladang. Begitu terus dari waktu ke waktu. Kami juga memetik jagung dan sayur-mayur. Melihat hasil panen Datuk yang terus menerus aku merasa heran jika ia dan keluarganya hidup dalam kemiskinan.
“Petani akan tetap miskin, Nilam. Yang kaya itu penjualnya. Petani macam Datuk ini harus membeli pupuk, obat-obatan, dan bibit yang harganya selangit. Belum lagi kalau kami jual pada rentenir. Harganya jadi lebih rendah,” kata datuk padaku.
Mendengar kata rentenir, aku langsung terbayang lelaki tambun dengan kumisnya yang lebat. “Kalau begitu mengapa Datuk menjual ke rentenir?”
“Datuk dan petani di sini sudah banyak dibantunya. Apalagi kalau ingin pinjam uang. Jadi tak enak kalau tak menjual hasil ladang padanya,” katanya lagi.
------------
Itulah penggalan novel “Senja di Bukit Kaba” ini. Novel ini menceritakan tentang sosok Nilam, gadis dusun yang sederhana tapi cerdas. Lahir dari keluarga miskin di Kota Bengkulu. Di usianya yang belia, harus menghadapi kehidupan pahit; ditinggal ayahnya dan menjalani kehidupan serba sulit bersama ibu dan kedua saudaranya. Ia dan keluarganya terpaksa pulang kampung dari perantauan.
Di Curup, ia berkarib dengan Darmi sahabatnya sesama anak petani di sekolah, juga dengan Nurlela, anak seorang pejabat lokal. Ketimpangan dan perbedaan gaya hidup selalu mewarnai kisah pertemanan ”Tiga Gadis Curup” ini.
Nurlela dikaruniai kecantikan alami, berkulit putih bagaikan kapas, berwajah jelita, dan berpenampilan selalu periang, tapi tak selalu berniat baik pada kedua sahabatnya.
Darmi, hanya anak seorang petani kecil, berkulit legam, bergigi kuning, tapi selalu menunjukkan ketulusan hatinya meski ia bebal dalam belajar.
Dalam dada Nilam selalu berkobar semangat untuk sekolah setinggi langit. Tapi, seringkali keadaan tak memungkinkan untuk mewujudkan mimpinya.
Mampukah Nilam meniti jalan hidup yang penuh onak dan duri ini? Bagaimana dengan kedua temannya, Darmi dan Nurlela? Bagaimana kisah studinya? Apakah pertemanan mereka akan langgeng?
 
 
http://www.sabili.co.id/resensi/senja-di-bukit-kaba
 

Jangan Pernah Takut untuk Menikah


Ilustrasi (Danang Kawantoro)
dakwatuna.com - Islam telah menjadikan istri sebagai tempat yang penuh ketenteraman bagi suaminya. Allah SWT berfirman: “Di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya”. (QS Ar Rum: 21).
Secara fitrah, dengan menikah akan memberikan ketenangan bagi setiap manusia, jika pernikahan yang dilakukan sesuai dengan aturan Allah SWT. Pastinya setiap mukmin punya harapan yang sama tentang keluarganya, yaitu ingin berbahagia, menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Namun, sebagian orang menganggap bahwa untuk menjadikan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah serta langgeng hingga kakek nenek adalah hal yang tidak mudah dibuat begitu saja. Ia penuh onak dan duri, lika-liku, serta jalan yang cukup panjang.
Namun demikian, menikah itu bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi yang menjalankan, hanya perlu perhitungan yang cermat serta persiapan matang saja, agar tidak menimbulkan penyesalan dikemudia hari. Sebagai risalah yang menyeluruh dan sempurna, Islam telah memberikan tuntunan tentang tujuan pernikahan yang harus dipahami oleh kaum Muslim.
Tujuannya adalah agar pernikahan itu mendapatkan keberkahan dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT serta benar-benar memberikan ketenangan bagi pasangan suami istri. Dengan itu akan terwujud keluarga yang bahagia dan langgeng hingga tua.
Menikah hendaknya diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasullullah SAW, melanjutkan keturunan, dan menjaga kehormatan. Menikah juga hendaknya ditujukan sebagai sarana dakwah, meneguhkan iman, dan menjaga kehormatan.
Pernikahan pada dasarnya merupakan akad antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membangun rumahtangga sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Dan sesungguhnya kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah kehidupan persahabatan. Suami adalah sahabat karib bagi istrinya, begitu pula sebaliknya, dengan saling melengkapi satu dengan yang lain.
Keduanya, bagaikan dua sahabat karib yang siap berbagi suka dan duka bersama dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka demi meraih tujuan yang diridhai Allah SWT. Istri bukanlah sekadar partner kerja bagi suami, apalagi bawahan atau pegawai yang bekerja pada suami. Istri adalah sahabat karib, partner dakwah, partner kerja kebaikan, belahan jiwa, dan tempat curahan hati suaminya. Selalu ada untuk sang suami dan sebaliknya, suami selalu ada untuk sang istri
Karena itu, sudah selayaknya suami akan merasa tenteram dan damai jika ada di sisi istrinya, demikian pula sebaliknya. Suami akan selalu cenderung dan ingin berdekatan dengan istrinya dengan penuh cinta. Di sisi istrinya, suami akan selalu mendapat semangat baru untuk terus menapaki jalan kebaikan (dakwah), dan sebaliknya.
Keduanya akan saling tertarik dan cenderung kepada pasangannya, bukan saling menjauh bahkan bercerai. Keduanya akan saling menasihati bukan mencela, saling menguatkan bukan melemahkan, saling membantu bukan bersaing. Keduanya pun selalu siap berproses bersama meningkatkan kualitas ketakwaannya demi meraih kemulian disisiNya.
Hasilnya, kehidupan pernikahan yang ideal adalah terjalinnya kehidupan persahabatan antara suami dan istri yang mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman bagi keduanya. Sering terjadi, kenyataan hidup tidaklah seindah harapan yang kita tanamkan.
Begitu pula dengan kehidupan rumahtangga, tidak selamanya berlangsung tenang, pasti aka nada riak-riak ombak yang akan menghantam biduk rumah tangga. Adakalanya kehidupan suami istri itu dihadapkan pada berbagai problem baik kecil ataupun besar, yang bisa mengusik ketenangan keluarga.
Sebabnya pun sangat beragam. Bisa karena kurangnya komunikasi antara suami istri, suami kurang makruf terhadap istri, kurang perhatian kepada istri dan anak-anak. Istri yang kurang pandai dan kreatif menjalankan fungsinya sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga dan lainnya. Mari kita terus belajar menjalankan rumah tangga, dengan sebaik-baiknya. Dengan pernikahan ada berjuta kebahagiaan, karena itu jangan pernah takut untuk menikah. Wallahu’alam

Penyebab Turunnya Ayat 1-2 Surat Al-Mujadillah


Penyebab Turunnya Ayat 1-2 Surat Al-Mujadillah
 
Sastrawati yang rajin beribadah itu, suatu hari datang menemui Rasulullah saw dan bercerita mengenai suaminya (Aus Ibnu Shamit). Khaulah adalah istri dari seorang yang sudah lanjut usia dan buruk perangainya. Suatu hari sang suami memintanya berhubungan, namun Khaulah menolaknya dengan berbagai alasan. Aus ibnu Shamit pun marah dan mengeluarkan kata-kata, “Bagiku, kamu tidak ubahnya seperti punggung ibuku.” Setelah itu ia keluar rumah. Tak lama pria tua itu kembali mendatangi istrinya.
Khaulah pun berkata, “Demi Allah jangan coba mendekatiku. Kamu telah berkata seperti itu. Biarkan Allah dan Rasul-Nya yang menghukumi antara kita.”
Mendengar itu suaminya marah besar. Tanpa menggubris perkataan istrinya, ia segera menarik dan mendekapnya dengan kasar. Sebagaimana perempuan muda yang memiliki tenaga, Khaulah mampu menghindar dari suaminya yang sudah tua dan berlari menuju rumah Rasulullah saw.
Setelah mendengar cerita Khaulah, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Khaulah, anak pamanmu itu adalah orang tua, maka bersabar dan bertakwalah kepada Allah Ta'ala.”
Tak lama setelah itu, turunlah ayat Allah ketika Nabi sedang berselimut hendak tidur. Nabi pun kembali memanggil Khaulah dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan beberapa ayat Al-Qur'an atas perkara kamu dan suamimu.” Lalu beliau membacakan firman-Nya.
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang membantah engkau (ya Muhammad), tentang suaminya dan ia mengadu kepada Allah dan Allah mendengar perbantahan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Orang-orang yang menzihar istrinya di antara kamu (yaitu katanya: engkau seperti punggung ibuku, artinya menjadi haram atasku), tiadalah istri mereka itu menjadi ibunya. Ibu mereka tidak lain hanya perempuan yang melahirkan mereka. Sesungguhnya mereka itu mengatakan perkataan yang munkar dan bohong. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha pengampun.” (Al Mujadillah [58] : 1-2)
Sebagai hukuman untuk suami Khaulah, sebelum berkumpul kembali Rasul meminta Khaulah agar suaminya memerdekakan budak, namun ditolak Khaulah karena suaminya seorang yang papa, tak memiliki harta apalagi budak. Lalu Rasul menyuruhnya berpuasa dua bulan berturut-turut, kembali ditolak Khaulah mengingat suaminya sudah renta dan tak kuat berpuasa selama itu. Akhirnya Rasul menyuruh untuk memberi makan 60 orang miskin dan setiap orangnya mendapatkan satu wasaq kurma. Lagi-lagi Khaulah pun menolak, karena suaminya tak memiliki apa-apa bahkan tidak sedikit kurma pun. Maka  Nabi membantunya memberikan setandan kurma. Khaulah pun setuju dan akan membantu suaminya dengan memberikan setandan kurma lagi.
Rasul kemudian bersabda, “Sesungguhnya kamu telah berbuat baik. Pergilah dan sedekahkan kurma itu atas nama suamimu. Bilang padanya untuk selalu berbuat baik!”
Itulah kisah Khaulah yang hingga kini menjadi teladan dalam menjaga hubungan yang harmonis antara suami dan istri. Terlebih lagi jika umur keduanya terpaut jauh. Khaulah tidak mengambil jalan kekerasan dan bertingkah tak layak kepada suaminya yang berperangai buruk. Ia lebih memilih mengadukan kepada Allah dan Rasul-Nya karena berkeyakinan akan mendapatkan jalan keluar yang terbaik. 
http://ummi-online.com/artikel-157-khaulah-binti-malik-.html
 
Firda Kurnia

List Dokter Kandungan Perempuan

Di bawah ini nama-nama dan lokasi praktek dokter perempuan yang spesialis kandungan.

Dr Puji Ichtiarti RS Hermina Bekasi Barat dan RS Hermina Jatinegara
Dr Yenny Julizir Rs.Anna Bekasi (Suaminya Dr. Anak dan sebagai
pemilik RS. ANNA)
Dr. Lidya Liliana RS. Mitra Bekasi Barat
Dr. Lina Meilina Pujiastuti SpOG RS Mitra Keluarga Bekasi Barat
Dr. Jenny AnggraeniRSIA Hermina Bekasi
Dr. Nina Martini Somad RSIA Hermina Bekasi
Hj. Lina Meilina SpogRS Mitra keluarga Bekasi Barat
Dr. Sri Redjeki - RS Hermina, Klinik Bella, Klinik Alifia Perumnas
III Bulak Kapal Bekasi
Dr. Koesmaryati - Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur (Muslimah)
Dr. Ariati RS. Siloam Cikarang

Dr Santi (Marlisanti kalau gak salah) RS JMC Buncit Raya
Dr HusnaRS OMC Pulomas
Dr RamayantiRSIA Putra Dalima , BSD Serpong
Dr Hasna, Dr.. (bisa dicek di website harapan kita) RS harapan kita
Dr. Lita Lilik RS Mitra International jatinegara
Dr Dwiyana Ocviayanti (Ocvi) RS Permata Cibubur
Dr. Sri Lestari Praktek di RS International Bintaro dan RS Fatmawati.
Dr. RudiyantiRS International Bintaro.
Dr. Wenny NingsihRS.Honoris Tangerang (Perum Tmn modern Tangerang,
dkt Metropolitan Town Square)
Dr. Rudiyanti Praktek setiap hari 10:00-13:00 di RSIB
Dr. Lucky SyafitriRSIA Eva Sari di Jl Rawa Mangun (Pramuka) Jak Pus
dan RS Thamrin JakPus
Dr. Suharyanti, SpogPraktek di RS. MMC dan RS Hermina Jatinegara
Dr. Mutia Prayanti RS Hermina Depok
Dr. Nelwati RS Hermina Depok
Dr. TazkirohRS ISLAM JAKARTA, Jl. Cempaka putih Tengah I/1 Jakarta
Pusat, Telp. (021) 4250451 - 42801567 (hunting) Fax. (021) 4206681
Dr. Suharni Kahar, SpOG
Dr. Isnariani, SpOG
Dr. Hasnah SiregarRSIA Hermina Jatinegara
Dr. Roslina Spog RSIA Trimitra Cibinong Jalan Raya Bogor, 1km selatan
dari Matahari Cibinong
Dr. SUSAN MELINDARSB.Limijati Bandung Jl RE Martadinata atau di
Melinda Hospital, Bandung Jl Pajajaran
Dr. Sofie Kimia Farma Jl Juanda Bandung
Dr. Dewi S GaduhHermina
Dr. Laila Nurana SPOGMedistra dan Bunda
Dr. Nana Agustina RS Bersalin Siaga Dua, Pejaten Barat
Dr. Zanibar Aldy RS Malahayati Medan
Dr. Ida Farida, SpOG RS Kramat 128 Jakpus dan RS Satyanegara, Sunter

Sumber : www.pdpersi. co.id Pusat Data dan Informasi Perhimpunan

DOKTER INDONESIA ,Prof. dr. Sri Suparyati Sp.A(K) MENDAPAT PENGHARGAAN INTERNASIONAL

Di tengah-tengah suasana pemberitaan yang didominasi masalah rekaman masalah KPK, Polisi, dan jaksa, ada sebuah berita yang menngembirakan dunia kesehatan Indonesia. Salah seorang Profesor dari UGM, Prof dr Sri Suparyati Sp.A, mendapatkan penghargaan dunia dalam kategori Pediatric Award. Beliau memang spesialis Anak yang dalam waktu hampir 40 tahun meneliti infeksi virus yang disebabkan oleh Rotavirus.
Mau tahu berita lengkapnya? Simak di vivanews dot com berikut :
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof dr Sri Suparyati, menerima penghargaan internasional dari The Asian Pasific Pediatric Association (APPA) sebagai dokter spesialis anak.
Yati menerima penghargaan untuk kategori Pediatric Award. “Saya dianggap sebagai dokter spesialis anak yang paling menonjol selama tiga tahun terakhir,” katanya seperti dikutip situs ugm.ac.id, Rabu, 4 November 2009.
Ia menerima penghargaan itu di Shanghai, China, pada 4-18 Oktober 2009. Ia merupakan satu dari 12 penerima penghargaan yang diberikan setiap tiga tahun sekali. Mereka dipilih dari 2.500 dokter ahli anak se-Asia Pasifik.
Penghargaan itu merupakan buah dari kiprahnya selama hampir 40 tahun meneliti penyakit diare pada anak. Bersama Prof Ruth Bishop dari Australia, ia meneliti infeksi rotavirus pada penderita diare di Indonesia. Hasilnya rotavirus dinyatakan sebagai penyebab utama kasus diare.
Ia mengatakan sebagian besar bayi penderita diare yang disebabkan rotavirus memiliki kualitas hidup yang rendah. Bayi mengalami muntah secara terus menerus, berak air, dan susah mengonsumsi makanan. Usus halusnya pun tak berfungsi dengan baik.
Hasil penelitian itu pula yang mendorong Pemerintah Indonesia memproduksi vaksin rotavirus dengan harga yang cukup murah. Sebab, vaksin diare yang ada selama ini relatif mahal. Bekerja sama dengan Melbourne University dan PT Biofarma, vaksin akan dipasarkan di Indonesia mulai 2012.

http://konsultasikesehatan.net