.

Minggu, 31 Agustus 2014

YANG BERHAK DAN PANTAS UNTUK DITUNGGU-TUNGGU



Menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan.... 
Terlebih lagi menunggu sesuatu yang tidak menarik....
Akan tetapi lain halnya jika menunggu sesuatu yang dicintai.... 
sesuatu yang dirindukan.... 
maka penungguan tersebut terasa ringan untuk dilakukan....
Tanyalah pada hati anda... 
Apakah anda sabar dalam menunggu tibanya waktu-waktu sholat? 
Apakah selalu terbetik dalam hati anda untuk memperhatikan jadwal waktu sholat? 
Ataukah sama sekali anda cuek dengan jadwal waktu sholat? 
Ataukah merasa berat dan malas tatkala mengetahui sebentar lagi tiba waktu sholat?


Tahukah anda bahwa menunggu waktu sholat berikutnya bernilai pahala di sisi Allah? 
Sungguh sholat adala perkara yg pantas dan berhak untuk ditunggu-tunggu kedatangannya....
Sebesar mana perhatianmu terhadap waktu-waktu sholat, sebesar itulah kerinduanmu terhadap sholat, sebesar itulah kesabaranmu menunggu waktu sholat, sekadar itulah kekhusyuan yg akan kau raih dalam sholatmu

Source : Ust. Firanda
http://catatan-ummzakariyyaa.blogspot.com/2013/02/yang-berhak-dan-pantas-untuk-ditunggu.html

Sebuah Kisah Nyata tentang Kekuatan Do'a




Kisah nyata, terjadi di Pakistan.

Seorang Dr Ahli Bedah terkenal (Dr. Ishan) tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan menghadiri Seminar Dunia dalam bidang kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya di bidang kedokteran. Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat mengalami gangguan dan harus mendarat di airport terdekat.


Beliau mendatangi ruangan penerangan dan berkata: ''Saya ini dokter special, tiap menit nyawa manusia bergantung ke saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam?'' Pegawai menjawab: ''Wahai dokter, jika anda terburu-buru anda bisa menyewa mobil, tujuan anda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam tiba.'' 

Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil.

Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek. Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar mereka tersesat dan terasa kelelahan. Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah tersebut dan mengetuk pintunya. Terdengar suara seorang wanita tua: ''Silahkan masuk, siapa ya?'' Terbukalah pintunya. Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau meminjam telponnya. Ibu itu tersenyum dan berkata: ''Telpon apa Nak? Apa anda tidak sadar ada dimana? Disini tidak ada listrik, apalagi telepon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan teh dan sedikit makanan utk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan anda.''

Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan. Sementara ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang terbaring tak bergerak diatas kasur disisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap sholat. Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do'a yang panjang.

Dokter mendatanginya dan berkata: ''Demi Allah, anda telah membuat saya kagum dengan keramahan anda dan kemuliaan akhlak anda, semoga Allah menjawab do'a-do'a anda.'' Berkata ibu itu: ''Nak, anda ini adalah ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan do'a-do'a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu.'' Bertanya Dr. Ishan: ''Apa itu do'anya?'' Ibu itu berkata: ''Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter yang ada disini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu menyembuhkannya; katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini ke sana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo'a kepada Allah agar memudahkannya.'' Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak: ''Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah, sungguh do'a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir dan menyesatkan kami, Hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah telah menciptakan sebab seperti ini kepada hambaNya yang mu-min dengan do'a. Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini.''

Kesimpulan: Jangan pernah berhenti berdo'a sampai Allah menjawabnya.

Menikmati Nikmat Lupa




Apakah Anda sewaktu-waktu merasa bahwa lupa adalah sebuah nikmat besar yang diberikan Allah Ta’ala kepada manusia?! Sekiranya Allah tidak menurunkan kepada kita nikmat semacam ini, niscaya kehidupan kita berubah menjadi neraka yang tidak tertandingi.

Karena seorang manusia pada saat lupa, ia lupa akan kejadian-kejadian yang memilukan atau musibah-musibah yang menakutkan. Jika hal itu tidak terjadi, ia pasti akan selalu tersiksa, dan tidak akan mampu menebusnya.

Banyak orang tidak memandang nikmat ini, tidak menghargai nilai yang terkandung di dalamnya, bahkan mereka selalu mengingatkan dirinya dengan berbagai kesedihan, musibah-musibah atau kesulitan. Ada sebagian suami yang terus-menerus mengingat kejelekan-kejelekan isterinya dan ia tidak melupakannya. Karena itu, ia selalu mengingatnya. Jika isterinya melakukan kesalahan sebagaimana yang pernah dialaminya, ia mengatakan padanya, “Bukankah kamu telah melakukan hal yang demikian pada hari demikian.” Ia terus menghitung-hitung kejelekannya, dan dengan semua ini berarti ia sedang mengumpulkan kesulitan seluruhnya.
Sesungguhnya Islam yang agung telah mengajarkan kepada kita untuk melupakan kejelekan dari ikhwan-ikhwan kita kaum Muslimin, terlebih lagi dari isteri-isteri kita, dan mengajarkan kepada kita untuk menolak musuh-musuh kita dengan cara yang lebih baik, terlebih lagi kepada orang-orang yang kita cintai. Allah subhanahu wata’ala berfirman,” Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fushshilat: 34)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengalami sebagian kesulitan dari sebagian isteri-isterinya, sebagai akibat kecemburuan mereka, namun beliau dapat memikulnya dan tetap memberikan kasih sayangnya kepada mereka. Beliau tidak menghukum mereka terhadap kesalahan yang kecil dan yang besar, bahkan beliau memaafkan dan menghapuskannya. Inilah akhlak seorang suami yang shalih.

source : Ustadz Khalid

Paling Dicintai oleh Allah Namun Paling Diuji dengan Kesedihan...



Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
ثمانون سنة، لم يفارق في الْحُزْنُ قَلْبَهُ، وَدُمُوعُهُ تَجْرِي عَلَى خَدَّيْهِ، وَمَا عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ عَبَدٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ يَعْقُوبَ .

"Selama 80 tahun nabi Ya'qub berpisah dengan Nabi Yusuf hingga mereka bertemu kembali, kesedihan tidak pernah terlepas dari hati Ya'qub, sementara air mata beliau mengalir ke kedua pipi beliau. Padahal beliau orang yang paling dicintai oleh Allah di atas muka bumi (tatkala itu)." (Tafsir Ibnu Katsir 4/413)
Jika antum sering mengalami kesedihan....janganlah suudzon kepada Allah..., siapa tahu antum dicintai oleh Allah....jangan berputus asa bagaimanapun juga, sebagaimana nabi Ya'qu
كَانَ مُنْذُ فَارَقَ يُوسُفُ يَعْقُوبَ إِلَى أن التقيا، b yang selalu berharap Allah mengembalikan nabi Yusuf kepadanya. Dan setelah 80 tahun....Allah pun mengabulkan dan mempertemukan mereka kembali.

Baru Talaq Satu dan Dua, Jangan Segera Berpisah, Ia Masih Istrimu!


Masih ada salah kaprah di masyarakat kita, yaitu ketika seorang suami menjatuhkan talak ra'jiy atau menceraikan istrinya. Maka statusnya langsung bukan suami istri . Maka baru saja talak terjadi dan belum habis masa iddah, semua sudah dipisahkan. Istri langsung
pulang ke rumah orang tua, barang-barang punya istri langsung diangkat dan harta langsung dipisahkan.


Syaikh Muhammad bin Shalih AL-'Utsaimin rahimahullah berkata,


ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻵﻥ ﻣﻦ ﻛﻮﻥ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﺫﺍ ﻃﻠﻘﺖ
ﻃﻼﻗﺎً ﺭﺟﻌﻴﺎً ﺗﻨﺼﺮﻑ ﺇﻟﻰ ﺑﻴﺖ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﻓﻮﺭﺍً ، ﻫﺬﺍ
ﺧﻄﺄ ﻭﻣﺤﺮﻡ
"Manusia pada saat ini (beranggapan) status istri jika ditalak dengan talak raj'iy (masih talak satu dan dua), maka istri langsung segera pulang ke rumah keluarganya. Ini adalah kesalahan dan diharamkan." [1]


Talak satu dan dua masih bisa balik rujuk (talak raj'iy)


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


ﻟﻄَّﻼﻕُ ﻣَﺮَّﺗَﺎﻥِ ﻓَﺈِﻣْﺴَﺎﻙٌ ﺑِﻤَﻌْﺮُﻭﻑٍ ﺃَﻭْ ﺗَﺴْﺮِﻳﺢٌ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ
"Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang baik atau menceraikan dengan baik" (Al-Baqarah: 229)


Dan selama itu suami berhak merujuk kembali walaupun tanpa persetujuan istri.
Allah Ta'ala berfirman,


ﻭَﺍﻟْﻤُﻄَﻠَّﻘَﺎﺕُ ﻳَﺘَﺮَﺑَّﺼْﻦَ ﺑِﺄَﻧْﻔُﺴِﻬِﻦَّ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔَ ﻗُﺮُﻭﺀٍ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺤِﻞُّ
ﻟَﻬُﻦَّ ﺃَﻥْ ﻳَﻜْﺘُﻤْﻦَ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺭْﺣَﺎﻣِﻬِﻦَّ ﺇِﻥْ ﻛُﻦَّ
ﻳُﺆْﻣِﻦَّ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮِ ﻭَﺑُﻌُﻮﻟَﺘُﻬُﻦَّ ﺃَﺣَﻖُّ ﺑِﺮَﺩِّﻫِﻦَّ ﻓِﻲ
ﺫَﻟِﻚَ ﺇِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩُﻭﺍ ﺇِﺻْﻠَﺎﺣًﺎ
" Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' (masa 'iddah). Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu (masa 'iddah), jika mereka (para suami) menghendaki ishlah " (Al Baqarah: 228).


Jangan segera berpisah


Suami istri bahkan diperintahkan tetap tinggal satu rumah. Demikianlah ajaran islam, karena dengan demikian suami diharapkan bisa menimbang kembali dengan melihat istrinya yang tetap di rumah dan mengurus rumahnya.
Demikian juga istri diharapkan mau ber- islah karena melihat suami tetap memberi nafkah dan tempat tinggal.


Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﻨَّﻔَﻘَﺔُ ﻭَﺍﻟﺴُّﻜْﻨَﻰ ﻟِﻠْﻤَﺮْﺃَﺓِ ﺇِﺫَﺍﻛَﺎﻥَ ﻟِﺰَﻭْﺟِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ
ﺍﻟﺮَّﺟْﻌَﺔُ .
" Nafkah dan tempat tinggal adalah hak istri, jika suami memiliki hak rujuk kepadanya." [2]


Allah Ta'ala berfirman,


ﻟَﺎ ﺗُﺨْﺮِﺟُﻮﻫُﻦَّ ﻣِﻦْ ﺑُﻴُﻮﺗِﻬِﻦَّ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺨْﺮُﺟْﻦَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺗِﻴﻦَ
ﺑِﻔَﺎﺣِﺸَﺔٍ ﻣُﺒَﻴِّﻨَﺔٍ
" Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang." QS. Ath Thalaq: 1.


Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan,


ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ : } ﻟَﺎ ﺗُﺨْﺮِﺟُﻮﻫُﻦَّ ﻣِﻦْ ﺑُﻴُﻮﺗِﻬِﻦَّ ﻭَﻻ ﻳَﺨْﺮُﺟْﻦَ { ﺃَﻱْ :
ﻓِﻲ ﻣُﺪَّﺓِ ﺍﻟْﻌِﺪَّﺓِ ﻟَﻬَﺎ ﺣَﻖُّ ﺍﻟﺴُّﻜْﻨَﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺰَّﻭْﺝِ ﻣَﺎ
ﺩَﺍﻣَﺖْ ﻣُﻌْﺘَﺪَّﺓً ﻣِﻨْﻪُ، ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻟِﻠﺮَّﺟُﻞِ ﺃَﻥْ ﻳُﺨْﺮِﺟَﻬَﺎ، ﻭَﻟَﺎ
ﻳَﺠُﻮﺯَ ﻟَﻬَﺎ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭﺝُ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻣُﻌْﺘَﻘَﻠَﺔٌ ‏( 3‏) ﻟِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺰَّﻭْﺝِ
ﺃَﻳْﻀًﺎ .
"Yaitu: dalam jangka waktu iddah, wanita
mempunyai hak tinggal di rumah suaminya selama masih masa iddah dan tidak boleh bagi suaminya mengeluarkannya. Tidak bolehnya
keluar dari rumah karena statusnya masih
wanita yang ditalak dan masih ada hak suaminya juga (hak untuk merujuk)." [3]


Istri yang ditalak raj'iy berdosa jika keluar
dari rumah suami


Al-Qurthubi rahimahullah menafsirkan,


: ﺃﻱ ﻟﻴﺲ ﻟﻠﺰﻭﺝ ﺃﻥ ﻳﺨﺮﺟﻬﺎ ﻣﻦ ﻣﺴﻜﻦ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻣﺎ
ﺩﺍﻣﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺪﺓ ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻬﺎ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﺃﻳﻀﺎً ﺍﻟﺤﻖ
ﺍﻟﺰﻭﺝ ﺇﻻ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻇﺎﻫﺮﺓ؛ ﻓﺈﻥ ﺧﺮﺟﺖ ﺃﺛﻤﺖ ﻭﻻ
ﺗﻨﻘﻄﻊ ﺍﻟﻌﺪﺓ
"yaitu tidak boleh bagi suami mengeluarkan istrinya dari rumahnya selama masih masa iddah dan tidak boleh bagi wanita keluar juga karena (masih ada) hak suaminya kecuali pada keadaan
darurat yang nyata. Jika sang istri keluar maka ia berdosa dan tidaklah terputus masa iddahnya." [4]


Dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah dijelaskan,


ﺗﺄﺛﻢ ﺍﻟﻤﻌﺘﺪﺓ ﻣﻦ ﻃﻼﻕ ﺭﺟﻌﻲ ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺟﺖ ﻣﻦ ﺑﻴﺖ
ﻣﻄﻠﻘﻬﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﻟﻬﺎ ، ﺇﻻ ﺇﺫﺍ ﺩﻋﺖ ﺇﻟﻰ
ﺧﺮﻭﺟﻬﺎ ﺿﺮﻭﺭﺓ ، ﺃﻭ ﺣﺎﺟﺔ ﺗﺒﻴﺢ ﻟﻬﺎ ﺫﻟﻚ
" Mendapat dosa jika wanita yang ditalak raj'iy jika keluar dari rumah suaminya , asalkan tidak dikeluarkan (diusir). Kecuali jika ada keperluan darurat yang membolehkannya." [5]


Semoga bisa menimbang kembali
Mengenai ayat,


ﻟَﺎ ﺗَﺪْﺭِﻱ ﻟَﻌَﻞَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤْﺪِﺙُ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻣْﺮًﺍ
" Kamu tidak mengetahui barangkali Allah
mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru " (Ath- Thalaq: 1).


Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan,


ﺃﻱ : ﺇﻧﻤﺎ ﺃﺑﻘﻴﻨﺎ ﺍﻟﻤﻄﻠﻘﺔ ﻓﻲ ﻣﻨﺰﻝ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻓﻲ ﻣﺪﺓ
ﺍﻟﻌﺪﺓ، ﻟﻌﻞ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻳﻨﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﻃﻼﻗﻬﺎ ﻭﻳﺨﻠﻖ ﺍﻟﻠﻪ
ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ ﺭﺟﻌﺘﻬﺎ، ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﺃﻳﺴﺮ ﻭﺃﺳﻬﻞ .
"Istri yang dicerai tetap diperintahkan untuk tinggal di rumah suami selama masa 'iddahnya. Karena bisa jadi suami itu menyesali talak pada istrinya. Lalu Allah membuat hatinya untuk
kembali rujuk. Jadilah hal itu mudah". [6]




Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid 11 Shafar 1434 H


Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com


___________


[1] Fatawa Asy-Syar'iyyah dinukil dari: http://islamqa.info/ar/ref/122703
[2] Hadits shahih. Riwayat An-Nasa'i (VI/144)
[3] Tafsir Ibnu katsir 8/143, Darut Thayyib,
cet. III, 1420 H, syamilah
[4] Tafsir Qurthubi 18/154, Darul Kutub Al-
Mishriyah, Koiro, cet. II, 1384 H, syamilah
[5] Fatwa Al-Lajnah 20/224 no. 9097, syamilah
[6] Tafsir Ibnu katsir 8/144, Darut Thayyib,
cet. III, 1420 H, syamilah

Minggu, 24 Agustus 2014

Cinta Seorang Engineer...


Bismillahirramanirrohim Wassotu wassalamuala Rasulill karim, wa alaa aalihi wa ashabihi ajmain.

Alhamdulillah, setinggi-tinggi kesyukuran kita panjatkan ke hadrat Allah SWT kerana masih lagi diberi peluang dan ruang untuk kita bergerak dan sentiasa bergerak dalam menjalankan kerja2 harian kita sebagai seorang muslim dan mukmin. Tidak ramai yang berjaya menghadapi kesesakan2 dan kesusahan hidup malah terlalu ramai yang gagal dalam fitnah kekayaan yang sentiasa menjadi benteng kekayaan di akirat kelak. Ramai yang merasa diri mereka kaya dikhalayak manusia, namun hanya sedikit yang merasakan dirinya itu miskin dihadapan Allah..

Beberapa semester dahulu, ketika didalam kelas ekonomi dan accounting, masih teringat akan sebuah graph berkenaan dengan Entrepreneur Demand and Supply Graph yang menunjukkan bilangan hargadan juga quantity. Dalam graph demand, menunjukkan apabila bilangan harga meningkat, quantity akan semakin kurang. Manakala dalam graph supply, apabila bilangan harga bertambah, quantity juga turut bertambah! 


Graph di atas menunjukkan graph linear dan parallel antara harga dan quantity(macam ayat dalam buku kat sekolah dulu). Yang paling penting terhadap diri seorang hamba dan Tuhannya adalah graph Supply. Apabila Harga/kekayaan dirinya meningkat, seharusnya quantity amalannya juga terus meningkat! Bukan seperti yang ditunjuk didalam graph Demand, Apabila kekayaan yang di anugerahkan pada dirinya, malah quantity amalannya semakin berkurang dan berkurang. Pantas saja seorang Muslim itu seharusnya mempunyai graph Supply didalam dirinya, di dalam hatinya. Terutamanya yang menulis nie especially. InsyaAllah!:)

Dalam Sebuah buku Engineering, iaitu Engineering Ethics and Environment merungkaikan makna engineer dari sudut Bahasa kebaratan iaitu "One of the professions, is meant to serve public. A combination between science and Mathematics. The profession requires that its practitioners adhere to strict codes of conduct, such as at all times placing; paramount the health, safety and welfare of the public, thats what Engineer serve!" Manakala dari segi Istilah nya, Engineer merupakan seorang hamba dan manusia yang terus menerus kreatif dan innovative dalam mencipta sebuah projek yang akan sentiasa dapat mendekatkan dirinya dengan Tuhannya.

"Bukanlah sains yang membawa nafas baru kepada Eropah. Pengaruh luar yang meluas daripadaperadaban Islam membawakan cahaya pertama kehidupan Eropah" Robert Briffault, petikan dalam bukunya, The Making Of Humanity.

Bagi Menjadi seorang engineer memerlukan jiwa yang kental, komitmen yang jitu dan disiplin yang tinggi. Ini kerana bermula dari proses permohonan kemasukan ke Universiti sehinggalah ke alam pekerjaan, cabaran yang dihadapi begitu hebat dan hanya mampu dan berjaya di tempuh oleh mereka yang cemerlang dan istiqomah dengan ilmu yang dipelajarinya. Kecemerlangan di sini bukan sahaj daripada segi Akademik tetapi juga sahsiah dan keperibadian diri yang mulia. Oleh sebab itu bukan semua calon yang memasuki Universiti akan keluar dengan segulung Ijazah dan bukan semua yang berkonvokesyen memiliki kerja yang diingini. Malah tidak semua yang mendapat pekerjaan mampu menunjukkan prestasi kerja yang baik. Tetapi terdapat juga kes yang mana walaupun berjaya dalam kerjaya, tetapi mengalami kekalutan dalam rumahtangga dan keluarga.

Pelbagai cabaran yang wajib ditempuhi ntuk menjadi seorang engineer. Bermula dengan cabaran Pra-Universiti atau cabaran di alam persekolahan diikuti dengan cabaran lebih hebat iaitu di Universiti yang akan menentukan kejayaan menjawat profession yang diimpikan. Seterusnya cabaran dunia pekerjaan yang dapat dijadikan kayu pengukur kejayaan sebenar graduan dalam mengaplikasikan segala ilmu yang dipelajarinya. Termasuk juga cabaran k-ekonomi(membangunkan industri berasaskan pengetahuan) yang menjadi perhatian dan topik utama perbincangan kebelakangan ini dan apakah sumbangan yang boleh diberikan oleh engineer bagi merealisasikan impian wawasan negara dan agama.

Kata Dr Mustafa Assiba'i, "Kaum muda membuat sejarah dengan hati mereka. Cendikiawan membuat sejarah dengan akal fikiran mereka. Orang arif membuat sejarah dengan jiwa mereka. Apabila hati, akal dan jiwa saling menunjang membuat sejarah, pasti sejarah tidak akan pudar sinarnya dan tidak akan padam obornya"


Engineer Barat




"Hendaklah kita melakukan seleksi terhadap apa yang boleh kita ambil dari orang barat/asing dan apa yang harus kita tinggalkan. Beberapa hal yang kita boleh ambil dari mereka adalah ilmu yang bermanfaat dan berguna" Dr Abdullah Nasih Ulwan



Sejak manusia mula membina tamadun lagi, mereka sudah cuba mendirikan binaan tinggi. Orang Mesir berjaya membina binaan pencakar langit lebih 2000 tahun sebelum masihi. Antaranya adalah Piramid, dan yang paling tinggi adalah Cheops, setinggi 146.6 meter (481 kaki) di Giza. Ia dipercayai dibina pada tahun 2570 sebelum masihi. Orang Greek pula membina Parthenon pada kira-kira tahun 432 sebelum masihi, manakala orang Maya yang dianggap masyarakat primitif membina sebuah kompleks yang luas di Tikal di mana terdapat lebih 3000 struktur di dalamnya dan yang paling tinggi adalah 60 meter(229 kaki).

Struktur binaan pertama paling tinggi pada zaman modern adalah Washington Monument yang mula didirikan pada 7 ogos 1783 bagi memperingati Presiden Amerika Syarikat yang pertama, George Washington. Kerja membina monumen ini bagaimanpun terbengkalai selama beberapa tahun dan hanya dipulihkan semual pada tahun 1849. Apabila siap tingginya adalah 169 meter atau 555 kaki.

Bangunan pencakar langit yang pertama adalah Home Insurance Building yang siap terbina pada tahun 1885. Ketinggiannya adalah 55 meter atau 180 kaki. Bangunan di Chicago ini bagaimanapun terpaksa dirobohkan pada tahun 1931. Pada tahun 1889, terbinalah Eiffel Tower di Paris. Binaan yang bersejarah dan luar biasa ini di ilmhamkan oleh jurutera bernama Gustave Eiffel. Tingginya adalah 300 meter atau 986 kaki. Hari ini ia masih berdiri sebagai salah satu mercu tanda paling unik di dunia. Apa yang dibanggakan dua daripada 100 bangunan tertinggi di dunia hari ini letaknya di Kuala Lumpur City Center(KLCC) dikira dua bangunan berasingan malahan pada suatu ketika dahulu ianya pernah mencatat sebagai bangunan tertinggi di dunia. Jepun pun tidak pernah terfikir nak buat bangunan tinggi-tinggi. Semakin tinggi semakin banyak kerosakan yang akan berlaku.. Nauzubillah..

Di dalam buku terbaru Judith Dupre, Skyscrapers, menara itu dikira berasingan, tiap satunya 450 meter(1476 kaki) tinggi dan ia mengalahkan Sears Tower di Chicago yang tingginya 443 meter(1454 kaki). Buku Judith Dupre itu juga memuatkan wawancara penulis dengan Philip Johnson, Seorang Professional Engineer dan pengkritik binaan. Antara katanya "Bangunan pencakar langit sudah berpindah ke dunia baru iaitu di rantau pasifik," "Menara adalah kuasa" katanya lagi. "Inilah cara orang Asia menunjukkan mereka tidak kalah dengan Barat. Lagipun siapa yang menduga orang Malaysia dan mereka di Timur Jauh dapat membina pencakar langit yang lebih hebat?" tanya beliau.


Mungkin ramai masih mengingati Alexander Graham Bell yang mula-mula mereka cipta telefon ataupun alat perhubungan yang membolehkan percakapan secara terus. Telefon pertama di patenkan pada tahun 1876, sehingga je hari ini telefon terus memberikan perkhidmatan kepada manusia. Hasil ciptaan oleh seorang engineer ini menjimatkan masa, tenaga dan wang ringgit yang banyak dalam perhubungan dan telekomunikasi. Malaysia tidak kalah dalam teknologu telekomunikasinya apabila Telekom Malaysia menjadi Pelopor utama komunikasi negara dan diikuti dengan Celcom, Maxis, dan Digi.


Henry Ford pula terkenal kerana menjadi antara orang terawal mereka cipta dan membina kenderaan berinjin. Beliau adalah seorang engineer yang komited dengan kerjanya dan sanggup mengorbankan masa dan tenaga bagi mencapai kejayaan dalam inovasinya. Kereta pertama ciptaanya dibina pada tahun 1903. Sehingga kini pelbagai jenis bentuk kereta di bangunkan bagi kemudahan pengangkutan manusia dalam kehidupan seharian. Kereta pertama keluaran Proton saga selepas lebih kurang 80 tahun kereta di keluarkan secara komercial dan sejak itu ia mengalami perkembangan yang amat menggalakkan. Kereta tebaru keluaran proton adalah Inspira, lebih kurang sama seperti Mitsubishi Evo.(hehe...)


Engineer Islam




Salah satu sumbangan tamadun Islam yang teragung adalah sumbangan Al-Khawarizmi dalam bidang matematik dengan mengutarakan idea sistem penomboran yang diguna pakai sehingga hari ini. Selain itu, Al-Battani yang membangunkan teori Trigonometri bagi perkiraan ilmu falak dan astronomi. Ramai lagi tokoh atau engineer-engineer Islam yang memberikan sumbangan besar kepada perkembangan sains dan teknologi.

Al-Galdaki, merupakan seorang engineer yang mempunyai pengetahuan luas dalam ilmu fizik. Antara teori beliau mengenai suara dan membahagikan suara kepada dua iaitu yang nyata dan lemah, yang lembut dan keras. Pada pendapat Al-Galdaki punca suara terhasil daipada gerakan gelombang-gelombang udara yang berkait rapat dengan tabiat tubuh badan dan pergerakan gelombang udara. Teori itu sekarang ini diaplikasikan didalam perubatan alternatif. Beliau mengarang sekitar 20 rencana dan yang terpenting adalah Al-Misbah fi Asrari ilmu Al Miftah, Ilmu Al-Kimia dan Al-Burhan fi Ilmi Al-Mizan. Kitab ini adalah catitan-catitan beliau terhadap ahli-ahli kimia Arab, implementasi dan pemikiran mereka dalam ilmu kimia.

Seorang Ahli matematik, astronomi, fizik dan mekanik Byzantin. Al-Khazini juga mahir dalam bidang mekanik dan statik. Beliau banyak terpengaruh aliran pemikiran Hindu dan Parsi dalam penyusunan ini. Pada pendapat beliau, udara mempunyai berat dan berpotensi menjadi cecair dan sesuatu benda menjadi lebih ringan ketika berada di udara. Kerana itu beliau mencipta alat menyukat berat sesuatu jisim yang berada di udara dan di air. Beliau sependapat dengan Arsyimidas bahawa cecair mampu bertukar menjadi gas. Walau bagaimanapun sukatan dan pengiraan yang beliau lakukan lebih halus dan teliti. Antara karangan beliau adalah buku Kitab Mizanu Al-Hikmat yang mengadungi perihal alam semula jadi, buku Al-Fajr wa Al-Syafaq yang menjelaskan kedudukan fajar dan ufuk merah yang mula muncul di waktu terbit matahari 19 darjah dibawah ufuk. Juga buku Sakzaiju al-Sanjari Al-Mu'tabar dan buku Al-Aalatu Al-Ajibatu Al-Rosdiah.

Engineer Muslim tidak pernah terlepas dari CINTA!

Akhir kata, Rasanya inilah waktu-waktu yang dinanti oleh pembaca2 yang budiman. Sabar-sabar.. Iya, Seorang engineer muslim juga merupakan seorang Da'i. Nah, Seorang Da'i juga merupakan seorang manusia yang mempunyai rasa Kasih dan Sayang. Rasa Cinta yang tidak pernah putus2 terhadap seseorang/sesuatu yang telah sebati didalam dirinya. Tidak akan tertegaknya sesuatu apabila tiada cinta didalam dirinya. iya kan? Seperti seorang yang membina bangunan jika tiada rasa cintanya terhadap pekerjaannya itu, pasti bangunan itu tidak pernah akan tahan lama. Kerana Cinta terhadap Tuhannya, Nabi Ibrahim dan anakandanya, Nabi Ismail a.s telah siap membina Baitullahil haram yang sehingga kini masih tertegak dengan Izin Allah!

Cinta mempunyai pelbagai makna dan terserah kepada individu itu hendak bagaimana memaknakannya. Namun, dalam mencari Redha Allah, Cinta itu hanya berpaksikan Iman. Cinta di dalam mencari ilmu, jika hanya rasa cinta namun tiada iman didalamnya, maka tidak akan pernah barokah ilmunya itu. Semoga Barokah Allah sentiasa mengiringi diri kita dalam menuju kejayaan hidup didunia dan diakhirat. Ameen...

Barakallahulakuma..(Perkataan ini bukan hanya tuk yang nak nikah saja tetapi untuk yang sedang menuntut ilmu juga)^_^

http://pemudekahfi.blogspot.com/2011_03_01_archive.html

Kisah Juraij Seorang Ahli Ibadah dan Ibunya Yang Kecewa

Dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah berbicara ketika masih bayi kecuali tiga orang, di antaranya: Isa bin Maryam dan seorang bayi yang ada pada zaman Juraij.


Juraij adalah seorang laki-laki ahli Ibadah, dia membangun sendiri tempat ibadahnya. Ceritanya, pada suatu hari di saat ia sedang solat ibunya memanggil, 'Wahai Juraij.' Juraij berkata, 'Ya Rabbi, apakah akan saya jawab panggilan ibuku atau aku meneruskan solatku?' Juraij meneruskan solatnya. Lalu ibunya pergi.


Keesokan harinya, Ibu Juraij datang ketika ia sedang solat lagi. Sang Ibu memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij mengadukan kepada Allah, 'Ya Rabbi, aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan solatku?' Ia meneruskan solatnya. Lalu ibunya pergi meninggalkan Juraij.


Pada pagi hari Ibu Juraij datang lagi, ketika itu Juraij sedang solat. Sang Ibu memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata, 'Ya Rabbi, aku memenuhi panggilan ibuku terlebih dahulu atau meneruskan solatku?' Tetapi Juraij meneruskan solatnya.
Lalu Ibu Juraij bersumpah, 'Ya Allah, janganlah Engkau matikan dia, sehingga ia melihat pelacur!'
Orang-orang Bani Israil menyebut-nyebut ketekunan ibadah Juraij.


Dan tersebutlah dari mereka seorang pelacur yang sangat cantik berkata, 'Jika kalian menghendaki, aku akan memberinya fitnah.'
Perempuan tersebut lalu mendatangi Juraij dan menggodanya. Tetapi Juraij tidak memperdulikannya. Lalu pelacur tersebut mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di dekat tempat ibadah Juraij. Akhirnya ia berzina dan hamil.


Tatkala ia melahirkan seorang bayi. Orang-orang bertanya, 'Bayi ini hasil perbuatan siapa?' Pelacur itu menjawab, 'Juraij'. Maka mereka mendatangi Juraij dan memaksanya keluar dari tempat ibadahnya. Selanjutnya mereka memukuli Juraij, mencaci maki dan merobohkan tempat ibadahnya.
Juraij bertanya, 'Ada apa ini, mengapa kalian perlakukan aku seperti ini?.' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan pelacur ini, sehingga ia melahirkan seorang bayi.' Ia bertanya, 'Di mana sekarang bayi itu?' Kemudian mereka datang membawa bayi tersebut.


Juraij berkata, 'Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan solat!' Lalu Juraij solat. Selesai solat Juraij menghampiri sang bayi lalu mencoleknya di perutnya seraya bertanya, 'Wahai bayi, siapakah ayahmu?' Sang bayi menjawab, 'Ayahku adalah seorang penggembala.'


Serta merta orang-orang pun berhambur, menciumi dan meminta maaf kepada Juraij. Mereka berkata, 'Kami akan membangun kembali tempat ibadah untukmu dari emas!' Juraij menjawab, 'Jangan! Cukup dari tanah saja sebagaimana semula.' Mereka lalu membangun tempat ibadah sebagaimana yang dikehendaki Juraij.


Ketika ibu si bayi memangku anaknya untuk disusui, tiba-tiba dating seorang lelaki menunggang kuda yang gagah dan tampan rupa. Maka ibu itu berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia.' Tiba-tiba bayi itu melepaskan susu ibunya dan menghadap kepada penunggang kuda tersebut seraya berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.' Lalu ia kembali lagi ke ibunya dan melanjutkan hisapan susunya."


Abu Hurairah berkata, "Seakan-akan aku melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam meniru gerakan si bayi dan meletakkan jari telunjuknya di mulut lalu mengisapnya.


Lalu datang serombongan orang membawa wanita hamba sahaya yang sedang dipukul. Mereka menuduh, 'Kamu telah berzina, kamu telah mencuri!' Sementara hamba sahaya perempuan itu berkata, 'Cukuplah Allah sebagai Pelindungku!'


Melihat kejadian ini, sang Ibu berdoa, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.' Maka bayi itu meninggalkan susu ibunya dan melihat ke tempat wanita hamba sahaya tersebut sambil berdoa, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia.'


Dan pembicaraan itu berulang. Sang ibu berkata kepada anaknya, 'Di belakangku berlalu seorang penunggang kuda yang gagah dan tampan, lalu aku berkata, 'Ya Allah, jadikan anakku seperti dia.' Lantas engkau berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.' Lalu berlalu di hadapanku, wanita hamba sahaya dan mereka memukulinya serta mengatakan bahawa ia telah berzina, ia telah mencuri! Melihat hal ini, aku berdoa, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.' Lalu engkau berkata, 'Ya Allah, jadikan aku seperti dia.'


Maka bayi itu menerangkan kepada ibunya, 'Wahai Ibu, sesungguhnya penunggang kuda yang tampan itu adalah orang yang sangat sombong. Maka aku berdoa, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia!' Sedangkan terhadap hamba sahaya wanita itu, yang orang-orang berkata, 'Kamu berzina, padahal dia tidak berzina, kamu mencuri padahal dia tidak mencuri.' Maka, aku berdoa, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia'." [1]


Pelajaran Yang Dapat Dipetik:
1. Kewajiban birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) terutama ibu, dan bahawasanya jika ia menyumpahi anaknya maka akan dikabulkan.
2. Allah menyelamatkan seseorang dengan ketakwaan dan keshalihannya.
3. Jika suatu urusan nampak tumpang tindih, hendaknya mengutamakan yang terpenting kemudian yang penting.
4. Disunnahkan berwudhu terlebih dahulu sebelum berdoa untuk hal-hal yang genting.
5. Wudhu sudah dikenal umat dan disyariatkan sebelum Nabi Muhammad.
6. Penetapan karamah para wali, yang mampu diperoleh melalui ikhtiar atau usaha mereka.
7. Bersikap lemah lembut dan sayang kepada murid ketika memberikan pendidikan kepadanya.
8. Orang yang memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Allah tidak mudah termakan fitnah.
9. Boleh melakukan ibadah yang banyak/secara maksimal bagi yang mengetahui bahawa dirinya mampu.
10. Orang yang biasa berbuat keji tidak akan memperoleh penghormatan.
11. Orang yang secara tiba-tiba dilemparkan kepadanya suatu tuduhan hendaknya segera menghadap Allah dengan solat.
12. Menjelaskan keyakinan Juraij yang sangat tinggi begitu pula harapannya kepada Allah untuk memperoleh pertolongan-Nya. Sehingga ketika ia meminta anak bayi berbicara, Allah mengabulkannya. Padahal sebagaimana biasanya yang namanya bayi tentu belum mampu bicara.
13. Sombong dan membanggakan diri adalah perbuatan tercela, demikian pula orang yang sombong dan zalim, mereka semua dicela.
14. Orang yang dizalimi mempunyai kedudukan dan kelebihan di sisi Allah. Jika tidak demikian tentu tidak ada kebaikannya seorang anak yang masih menyusu ingin menjadi seorang pembantu yang rendah hati.
15. Seseorang boleh membatalkan solat sunnahnya manakala dipanggil orang tuanya untuk melakukan sesuatu yang syar'i.
16. Tidak boleh cepat mempercayai suatu tuduhan tanpa bukti.


_______________


[1] HR. al-Bukhari, 3436; Muslim, 2550.


[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa Indonesia: "61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat"

Tiga Puluh Pesan Imam Syafie

Nama sebenarnya adalah Muhamad bin Idris bin Abbas bin Ulthman bin Shafie bin Saib bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutalib bin Abdul Manaf. Ayahnya berasal daripada keturunan Quraisy dari Bani Mutalib. Ayahnya meninggal dunia ketika Iman Syafie masih kanak-kanak. Ibunya bernama Ummu Habibah al-Uzdiyyah berasal dari kabilah Yaman dari suku Uzd. Beliau dilahirkan di kota Gaza Palestin pada bulan Rejab tahun 150 hijran. Ada yang mengatakan pada malam beliau dilahirkan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) meninggal dunia. Khalifah Islam pada masa itu ada khalifah Abu Jaafar al-Mansur dari Bani Abbasiyah.

Imam Syafie dibesarkan dalam serba kekurangan. Sejak kecil lagi beliau sudah mempelajari Al-Quran. Beliau mula menghafal al-quran sejak berusia sembilan tahun. Berusia 10 tahun beliau menghafal dan memahami kitab al-Muwatta yang ditulis Imam Malik. Beliau mempunyai suara merdu, boleh bersyair dan bersajak. Ketika berusia 15 tahun, beliau mengajar dan memberi fatwa kepada orang ramai di Masjid al-Haram. Kerana kegigihan dan kecerdikan beliau yang luar biasa, beliau di sanjung masyarakat. Beliau meninggal di Mesir tahun 204 hijran ketika berumur 54 tahun. 

Imam Syafie melarang taklid, baik taklid kepada dirinya sendiri ataupun kepada sesiapa sahaja. Semasa hidup, beliau selalu menasihatkan orang ramai terutama anak muridnya berkenaan taklid, "Janganlah mereka-reka dalam perkara-perkara agama mengguna pakai taklid sahaja kepada perkataan ataupun tindakan yang tidak disertai dengan keterangan ataupun alasan dari Al-quran dan hadis."


Pesan Imam Syafie, " Tiap-tiap perkara yang saya katakan padahal Rasulullah bertentangan kepada perkataan saya, Rasulullah itulah yang lebih utama perlu dituruti."


30 PESANAN IMAM SYAFIE


Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin kerana ia dapat menjaga dan membuat kamu cemerlang di dunia dan akhirat.
Perbanyakkan menyebut Allah daripada menyebut makhluk. Perbanyakkan menyebut akhirat daripada menyebut dunia.
Pilihlah makanan yang halal kerana ia menjamin kesihatan dan menyebabkan syaitan gerun.
Sabar menghadapi musibah adalah sebesar-besar erti sabar di mana sabar itu sendiri memerlukan kesabaran pula. Bala dan musibah menunjukkan adanya perhatian dan kasih sayang Allah. Oleh itu, bersyukurlah kerana syukur yang sedemikian setinggi-tinggi erti syukut.
Apabila salah seorang antara kaum kerabat ataupun jiran dan saudara kamu sakit, kamu perlu ringankan langkah menziarahinya kerana ia disaksikan oleh malaikat dan dan dicintai Allah.
Marah adalah salah satu antara panah-panah syaitan yang mengandungi racun. Oleh itu, hindarilah ia supaya dapat menewaskan syaitan dan bala tenteranya.
Kasihanilah anak yatim kerana Rasulullah juga tergolong sebagai anak yatim dan beliau akan bersama-sama dengan orang yang menyayangi dan mengasihi anak-anak yatim di akhirat.
Berbuat baik dan tunjukkan bakti kepada ibu bapa tanpa mengenali letihh dan lelah sebagaimana mereka berbuat begitu sepanjang hayat mereka. Ia dapat menambah keberkatan pada umur, menambah rezeki dan keampunan atas dosa-dosa kamu.
Banyakkanlah amal soleh kerana ia adalah pendinding dan perisai orang mukmin dan pelindung kepada serangan iblis.
Takwa adalah pakaian kebesaran dan hiasan akhlak Muslim sebenar. Ia ibarat pokok zaitun, minyaknya membawa berka, ia juga memberi kejayaan dan kemenangan.
Iman mempunyai bentengnya bagi menghalang segala serangan yang cuba merobohkannya. Oleh itu bagi menguatkan benteng iman, keimanan perlu dibajai dengan lima perkara, yakin, ikhlas, mengerjakan amalan sunat, istiqamah, bertatasusila ataupu berdisiplin dalam mengerjakan ibadah.
Ingat dan zikir kepada Allah sebanyak-banyaknya kerana ia mengubati penyakit jasmani dan hati. Ia mencetuskan ketenangan hidup dan qanaah.
Khusyuk secara zahir adalah khusyuknya orang awam, khusyuk secara batin adalah khusyuknya orang pilihan di sisi Allah.
Kubur adalah perhentian sementara bagi membolehkan ke satu perhentian lagi yang penuh dengan soal siasat. Oleh itu, siapkanlah jawapan yang adil dan benar menerusi amal yang benar dan taat kepada al-haq yang tidak berbelah bagi.
Kita perlu sentiasa memohon perlindungan daripada Allah, sekurang-kurangnya dengan mengucapkan "A'uzubillahi minassaitathanirrajim". Kita perlu bersabar sekiranya serangan syaitan datang juga bertalu-talu dengan hebat dan menyedari Allah taala hendak menguji keteguhan sabar kita, hendak melihat ketulenan jihad kita. Ketahuilah perang dengan syaitan itu lebih hebat daripada perang sabil.
Sebesar-besar keaiban (keburukan) adalah kamu mengira keburukan orang lain sedangkan keburukan itu terdapat dalam dirimu sendiri.
Hati adalah raja dalam diri. Oleh itu,lurus dan betulkan ia supaya empayar kerajaan dirimu tegak di atas al-haq yang tidak disertai oleh iringan-iringan pasukan kebatilan.
Ketahuilah istighfar yang diucapkan dengan betul mampu membuat syaitan lari ketakutan dan menggoncang empayar iblis di istana kerajaannya.
Ketahuilah sebesar-besar kesenangan di duna dan akhirat adalah memberi maaf kepada orang lain dan melupakan terus kesalahannya. Allah pasti akan meninggikan darjatnya di sisi manusia.
Tafakurlah sebelum tidur bagi menghisab diri atas salah dan silap semasa aktiviti pada siang hari sebagaimana Umar bin al-Khattab menyiasati dirinya dengan pelbagai soalan berkenaan dosa-dosanya pada siang hari.
Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin kerana ia dapat menjagamu dan membuatmu cemerlang di dunia dan di akhirat. Ia juga amalan para nabi, rasul dan orang soleh.
Sesiapa yang mahu meninggalkan dunia dengan selamat, dia perlu mengamalkan perkara berikut iaitu mengurangkan tidur, mengurangkan makan, mengurangkan bercakap dan berpada-pada dengan rezeki yang ada.
Kamu seorang manusia yang dijadikan daripada tanah dan kamu juga akan disakiti (dihimpit) dengan tanah.
Sesiapa yang menjalin ukhuwah dan menghidupkannya, dia memperoleh banyak kebaikan.
Allah menjanjikan kepada orang yang beriman, mereka akan ditinggikan darjat dan diberi kemuliaan selagi mereka menunaikan perintah Allah.
Allah menjanjikan kepada orang yang beriman, mereka pasti mendapat pertolongan Allah seperti dalam pernyataannya dalam surah ar-Rom ayat 47 yang bermaksud; dan adalah menjadi hak(tanggungjawab) kami untuk menolong orang yang beriman.
Allah menjanjikan kepada orang yang beriman, mereka pasti mendapat pembelaan kepada Allah sebagaimana pernyataannya dalam surah al-Hajj ayat 38 yang bermaksud, Allah membela orang yang beriman.
Allah menjanjikan kepada orang yang beriman dan bertakwa, Allah pasti menaikkan darjat mereka hingga ke taraf wali-wali Allah selagi memenuhi syarat-syaratnya seperti dalam pernyataannya dalam surah al-Baqarah ayat 257 yang bermaksud, Allah penolong (wali) bagi orang yang beriman.
Allah menjanjikan kepada orang yang beriman akan memberi petunjuk dan jalan lurus sebagaimana pernyataan Allah dalam surah al-Hajj ayat 54 yang bermaksud " Allah akan memberi petunjuk bagi orang yang beriman kepada jalan yang lurus."
Allah menjanjikan kepada orang yang beriman, mereka akan memperoleh rezeki yang baik dan pelbagai keberkatan selagi mereka menunaikan perintah Allah sebagaimana pernyataannya dalam surah al-A'raf ayat 96 yang bermaksud, sekiranya penduduk kota beriman dan bertakwa pasti kami akan melimpahkan mereka berkat dari langit dan bumi tetapi sekiranya mereka mendustakan ayat-ayat kami, kami akan seksa mereka disebabkan perbuatan mereka.

Semoga bermanfaat.

Dipetik daripada buku Imam Syafie - Pejuang Kebenaran karangan Abdul Latip Talib

Fikr Amal: Athar dan Malfuzat

001. Imam al-Hasan berkata: “Siapakah antara kita yang telah melaksanakan segala yang diserukannya? Syaitan amat menyukai jika manusia terpedaya dengan sikap ini sehingga akhirnya tidak ada sesiapa pun yang mahu mengajak kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an: 1/367, Al-Qurthubi)

002. Imam Said bin Jubair berkata: “Jika seseorang tidak mahu mengajak kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran sehingga keadaan dirinya sempurna, maka tidak akan ada seorang pun yang akan mengajak kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran.” Imam Malik amat bersetuju dengan kenyataan Imam Said bin Jubair ini dan sebagai tanda sokongannya, beliau menambah: “Dan siapakah antara kita yang lengkap dan sempurna?” (al-Jami' Li Ahkami al-Quran, Imam Qurthubi)

003. Berkata Imam Malik rahimahullah: “Perdebatan hanyalah akan membawa pada pertikaian dan menghilangkan cahaya ilmu dari dalam hati, serta mengeraskan hati dan melahirkan kedengkian. (Syiar a’lamin Nubala’, 8/ 106)

004. Musim ibn Yasar rahimahullah berkata: “Jauhilah perdebatan, kerana ia adalah saat kebodohan seorang alim, di dalamnya syaitan menginginkan ketergelincirannya.” (Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra; Darimi: 404)

005. Ja’far ibn Muhammad rahimahullah berkata: “Jauhilah oleh kalian pertengkaran dalam agama, kerana ia menyibukkan (mengacaukan) hati dan mewariskan kemunafikan.” (Baihaqi dalam Syu’ab: 8249)

006. Imam as-Syafi’i rahimahullah berkata: “Perdebatan dalam agama itu mengeraskan hati dan menanam sifat kedengkian yang mendalam.” (Thobaqat Syafiiyyah 1/7, Siyar 10/28)

007. Ibnu Abdil Bar berkata: “Tidak akan pernah bahagia orang yang suka berdebat. Dan tidaklah engkau menjumpai seseorang yang suka berdebat kecuali di hatinya tersimpan sebuah penyakit.” (Jami al-Bayan al-Ilmi)";

008. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Cukuplah engkau sebagai orang yang zalim bila engkau selalu berdebat. Dan cukuplah dosamu jika kamu selalu menentang, dan cukuplah dosamu bila kamu selalu bercakap yakni selain daripada berzikir kepada Allah.” (al-Fakihi dalam Akhbar Makkah)

009. Muhammad ibn Ali ibn Husain rahimahullah berkata: “Pertikaian itu menghapuskan agama dan menumbuhkan permusuhan di hati-hati manusia.” (al-Adab al-Syar’iyyah: 1/23)

010. Imam Malik rahimahullah pernah ditanya berkenaan seseorang yang memiliki ilmu sunnah sama ada dia boleh berdebat dalam membela sunnah. Dia menjawab,”Tidak, memadai dengan hanya memberitahu tentang sunnah.” (Tartibul Madarik wa Taqribul Masalik: 1/51; Siyarul A’lam: 8/106; al-Syari’ah: 62-65)

011. Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata: “Sungguh ramai orang telah terfitnah daripada generasi ini dengan penyakit suka berdebat atau berbantah-bantahan. Beranggapan bahawa mereka yang banyak berkomentar dan berdebat dalam masalah agama adalah lebih alim daripada mereka yang tidak banyak berkomentar dan berdebat. Ini tidak benar kerana komentar-komentar generasi tabi’in lebih banyak daripada komentar para sahabat, walhal para sahabat lebih alim daripada tabi’in; dan begitu juga komentar-komentar generasi tabi' at-tabi'in lebih banyak daripada generasi tabi’in, walhal generasi tabi’in lebih alim daripada generasi tabi' at-tabi'in.” (Fadlu Ilmi Salaf)

012. Dalam buku tarikh dikisahkan bahwa ada seorang wa’izh (pemberi nasihat) datang kepada khalifah Harun ar Rasyid. Orang itu berkata dengan cara yang sangat kasar. Maka khalifah Harun ar Rasyid berkata kepadanya: “Ingatlah bahawa aku tidak sejahat fir’aun dan engkau tidak sebaik Musa as. Allah telah memerintahkan Nabi Musa as berdakwah kepada fir’aun dengan cara yang lemah lembut”. Harun ar Rasyid membaca surah Taha ayat 44 (mafhumnya); “Kemudian hendaklah kamu berkata kepadanya, dengan kata-kata yang lemah-lembut, semoga ia beringat atau takut.”

013. Iman yang tidak sempurna tidak akan dapat beramal dengan sempurna. - Maulana Muhammad Saad

014. Allah Swt mudahkan agama untuk kita. Agama itu begitu mudah dan senang diamalkan. Mudah kepada orang-orang yang mempunyai kemuliaan agama dalam hati mereka, kebesaran agama dalam hati mereka, keyakinan terhadap kejayaan melalui agama dalam hati mereka, untuk mereka ini, Allah Swt begitu mudahkan agama. - Bayan Ijtima Malaysia, Maulana Zubair

015. Apabila seseorang menghendaki sesuatu atau sifat-sifat baik wujud pada dirinya, maka dia harus mentablighkan terlebih dahulu kebaikan-kebaikan tersebut dengan sifat-sifatnya. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

016. Untuk taat kepada Allah Swt, zahirnya ada kesusahan dan keletihan, tetapi hakikatnya Allah Swt memberi ketenangan. Sebagaimana orang yang memakan sambal, zahirnya kepedasan, berpeluh, kepanasan, tetapi ingin menambah lagi. Begitu juga ahli dunia melihat ahli da’wah sengsara dalam usaha agama, tetapi mereka sendiri senantiasa bersyukur, Allah Swt beri ketenangan dalam kehidupannya. - Maulana Ismail

017. Da’wah adalah penyelesaian masalah infradi dan ijtimai. Allah Swt telah berfirman, “Siapa yang lebih baik perkataannya (yang lebih baik agamanya) dari orang yang menyeru kepada Allah Swt dan beramal sholeh”. Disini diterangkan bahawa agama terbaik hanya akan terwujud dengan menyatukan da’wah dan ibadah. Ini tidak hanya merupakan pertanyaan tetapi penjelasan dan penegasan bahawa da’wah itulah satu-satunya jalan untuk mendapatkan agama yang baik. - Maulana Muhammad Saad

018. Jika umat berdakwah secara ijtimai, maka agama akan wujud dalam kehidupan umat ini. Jika tidak, umat Islam akan jadi mad’u (objek dakwah), waktu dan harta akan digunakan untuk perkara yang sia-sia. Jika umat terlibat dalam usaha dakwah, maka harta dan waktu akan terpelihara dan akan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. - Maulana Muhammad Saad

019. Innalladzina Robbunnallah Sumastaqomu.. Kehormatan ayat ini Allah berikan kepada orang yang yakin kepada Allah Swt. Orang yang meyakini semua perkataan Allah Swt ini adalah benar. Orang yang dalam setiap keadaan selalu mendahulukan Allah. Orang yang meyakini bahawa segala sesuatu ini milik Allah dan kerja Allah Swt, semua yang terjadi ini ada dalam genggaman dan kekuasaan Allah Swt. - Maulana Muhammad Saad

020. Yang saya khawatirkan nanti akan terjadi dimana orang itu seperti usaha agama, namun disisi Allah tidak sedang usaha agama. Mengapa bisa begitu ? ini karena maksud usaha agama ini bagaimana diri kita ini sifatnya tambah baik, yakinnya tambah kuat, ketaatannya pada Allah Swt meningkat, kecintaannya kepada sunnah semakin bertambah, sholatnya makin khusyu, ilmunya semakin bertambah, inilah maksud usaha agama. Tapi hari ini orang usaha agama hanya untuk orang lain saja bukan untuk diri sendiri. Inilah yang dimaksud kita disisi manusia terlihat seperti usaha agama tetapi disisi Allah bukan sedang usaha agama. - Syeikh Maulana Ilyas Rah.A

021. Abu Hamid Lafaf rahimahullah berkata: Barangsiapa banyak mengingat mati maka ia akan mendapatkan 3 jenis kemuliaan. 1. Taufiq untuk cepat bertaubat. 2. Sifat qana'ah (merasa puas dengan yang ada dalam segi harta). 3. Ketenangan & kenikmatan dalam beribadah. Dan barangsiapa yang lalai daripada mengingat maut (kematian) maka ia akan ditimpa 3 jenis musibah. 1. Lalai untuk bertaubat. 2. Tidak merasa puas dengan hartanya (selalu merasa kurang walau pun memiliki harta yang banyak) 3. Malas beribadah. (Tanbihul Ghafilin)

022. Di masa ini, nilai kebendaan begitu tinggi kerana adanya usaha terhadap kebendaan yang terus meningkat. Jika Iman manusia ini tidak di usahakan, maka permintaan atau keinginan manusia ke atas hidayah(iman) akan berkurang. Tetapi jika ada usaha atas Iman, maka permintaan atau keinginan manusia terhadap hidayah akan bertambah. - Maulana Muhammad Saad

023. Beruntunglah orang-orang yang mengenal usaha dakwah, lebih beruntung lagi yang istiqamah dalam usaha ini, tetapi yang paling beruntung ialah mereka yang mati di dalam usaha dakwah ini. - Maulana I'namul Hasan rah.a

024. Hadratji Maulana In'amul-Hassan rah.a pernah berkata: Apa itu istikhlas? Satu kerja (sahaja) ialah dakwah yang kita ada. Kita hanya akan melakukan kerja itu sahaja. Kita tidak akan buat kerja lain. Tetapi usaha agama yang lain juga berjalan. Jangan kita memandang ringan akan mereka. Juga jangan kita mengkritik akan mereka yang membuat usaha lain dan jangan kita mencari kelemahan mereka. (Malfuzat Hadratji Maulana In'amul Hassan, hal. 22)

025. Imam Malik rahimahullah berkata: Pembaikan(islah) umat terakhir tidak mungkin tercapai melainkan dengan cara yang digunakan oleh umat permulaan. (Hajjatun Nabi 1/71)

026. Kehidupan akhirat adalah kekal abadi dan dunia ini akan berakhir (fana) dan tidak kekal seumpama kalaulah dunia ini dipenuhi dengan biji-bijian. Selepas setiap seribu tahun akan datang seekor burung yang bertugas untuk mematuk sebiji daripada bijian itu dan membawanya ke tempat lain, lama kelamaan bijian itu akan kehabisan pada suatu hari. Tapi kehidupan akhirat adalah satu kehidupan yang tiada pengakhirannya. (Imam Ghazali rahimahullah)

027. Pernah satu ketika di Ijtimak Raiwend, Mufti Sahab pernah berkata kepada orang Malaysia dan Indonesia yang bermazhab Syafie: “Hai pengikut-pengikut Syafie! Kamu telah mewajibkan Fatihah dibaca dalam setiap rakaat solat kamu dan dalam Fatihah ada ungkapan Tunjukilah kami Jalan Hidayah! Kalaulah Hidayah kamu telah mewajibkannya bagaimana usaha atas hidayah itu menjadi tidak wajib?” - Mufti Zainal Abidin rah.a

028. Amat senang untuk seorang memasuki syurga iaitu hanyalah melalui dua langkah sahaja. Satu langkah menekan nafsu syahwat dan satu langkah lagi telahpun melangkaui syurga. Mengumpamakan seseorang yang ingin memasuki syurga hanyalah perlu mengekang diri daripada mengikut hawa nafsunya iaitu dengan mengikut segala perintah Allah dan Rasul dan mengelak diri daripada apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Apabila mati syurga akan menunggunya. - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

029. Dua mata kurniaan Allah Swt kepada manusia seolah-olah mata pertama untuk melihat kebaikan yang ada pada orang lain dan satu mata lagi digunakan untuk melihat kelemahan atau keburukan diri sendiri. - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

030. Kerja dakwah adalah ibu kepada segala kebaikan. Ibarat seekor burung yang diletakkan di dalam lingkungan seratus cermin. Maka akan tergambarlah seratus ekor burung di dalam cermin tadi. Tapi apabila kita menangkap burung yang asal di tengah, maka dengan sendiri seratus ekor burung yang tampak di dalam cermin akan kita miliki. Begitulah ibarat apabila kita mengambil kerja dakwah, segala sifat mahmudah yang lain akan beransur-ansur datang dalam kehidupan kita. - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

031. Usaha agama adalah satu tanggung jawab umat ini. Seorang yang mementingkan hanya pahala daripada usaha agama seumpama seorang yang pergi mendapatkan ubat kepada ibunya yang terlantar sakit dan mengharapkan pahala daripada usahanya untuk mendapatkan ubat itu. Maka sebenarnya dia telah berlaku zalim kepada ibunya. - Maulana Nazir Rahman

032. Da'ie ibarat matahari yang akan menyinarkan cahaya di kawasan mana yang dilaluinya bermula dari timur ke barat. Begitulah seorang da'ie, akan menyinarkan cahaya hidayah kepada setiap orang yang di dakwahkannya. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

033. Keyakinan seorang da'ie hanyalah kepada yang Maha Esa. Umpama seorang yang membawa cermin dan kemudian pergi ke tengah medan yang gelap lalu dilihat di dalam cermin itu bulan yang cantik. Walau bagaimanapun, dia tetap meyakini bulan yang asal adalah di atas. Begitu jugalah seorang da'ie yang mempunyai sepuluh kedai miliknya tetapi keyakinannya tetap kepada yang Maha Esa, yang memberi rezeki hanyalah Allah Swt. - Maulana Umar Palampuri rah.a

034. Seorang yang mengambil habuan daripada agamanya adalah seumpama seorang yang mencuci mukanya dengan kasut. Tidak mustahil mukanya akan bersih tapi perbuatan begitu adalah perbuatan orang yang bodoh. Begitulah ibarat orang agama yang mementingkan habuan dunia yang tidak mustahil bahawa dia akan mendapat habuan dunia dari agamanya tapi perbuatan itu adalah amat dikeji Allah Swt. - Maulana Muhammad Zakariyya rah.a

035. Perbuatan orang ramai yang tidak mahu mengamalkan perintah agama kerana ianya disampaikan oleh orang biasa adalah umpama satu orang yang tidak mahu mendengar perintah raja hanya kerana ianya disampaikan oleh tukang sapu jalanan. - Maulana Muhammad Zakariyya rah.a

036. Seorang yang telah mendapat Nur Iman akan mengenali setiap afrad daripada perintah Allah Swt sepertimana seorang petani yang mengenali setiap jenis daripada tanamannya. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

037. Seorang yang mendakwa mencintai Allah Swt dan tidak menyintai selain Allah adalah seumpama seorang lelaki yang mendakwa menyintai seorang perempuan yang cantik. Perempuan itu berkata, “Benar kamu menyintaiku?” Dijawabnya benar. Perempuan itu berkata lagi, “Cuba lihat di belakangku, saudara perempuanku lebih cantik.” Lelaki itu berpaling darinya. Wanita itu berkata, “Jika benar kamu menyintaiku, kamu sesekali tidak akan berpaling dariku.” Begitulah diri kita yang mendakwa menyintai Allah tetapi sentiasa berpaling kepada makhluk lain setelah diuji-Nya. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

038. Seorang yang menyebut nama Allah hendaklah menggambarkan juga sifat yang lain yang ada pada Allah seperti Rahman, Ghafur, Qodir dan sebagainya sepertimana seorang anak yang menyebut nama ibunya tetapi tergambar segala sifat ibu seperti penyayang, pemaaf dan sebagainya. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

039. Hati yang menerima Agama ini seperti biji benih yang baik, tumbuh dalam tanah sehingga menghasilkan manfaat. Biji benih ini akan tumbuh menjadi pohon dan mengeluarkan buah-buahan yang dapat dinikmati oleh semua orang. Namun hati yang tidak menerima agama adalah seperti biji benih yang baik tetapi ditanam di tanah yang gersang, tidak akan dapat tumbuh dan tidak pula mendatangkan manfaat kepada yang lain. - Tamthil

040. Perubahan berlaku di dalam dunia kerana ada manusia yang sanggup berkorban dengan jiwa dan harta mereka. Seperti seorang yang hanya berniaga susu berskala kecil tetapi kerana ada usaha dan pengorbanan untuk mengeksport ke luar negeri, maka perniagaan susunya menjadi perdagangan antarabangsa. Begitu juga bahasa, seperti bahasa English. Justeru itu, jika ada pengorbanan dan usaha untuk agama, maka ini dapat mengubah keadaan dunia.

041. 4 ujian dalam usaha dakwah: Dimuliakan, Dihinakan, Bertambahnya rezeki, Berkurangnya rezeki. 4 penyakit dalam dakwah: Terlalu bersemangat, Putus asa, Niat tidak betul, Melihat hasil.

042. Hati manusia seperti singgahsana, apa atau siapa sahaja yang berada disana, akan menjadi raja. Semua manusia hakikatnya adalah hamba. Barangsiapa yang tidak mahu menghambakan diri kepada Allah Swt, maka pasti akan menjadi hamba selain Allah Swt. - Tamthil

043. Hati yang tidak ada Iman tidak akan ada Ta'aluq kepada Allah Swt dan Iman tidak akan menjadi baik apabila tidak ada Usaha memperbaiki Iman.

044. Kedudukan Ruh dalam jasad sangat penting. Bila Ruh masuk ke dalam jasad maka jasad bermanfaat. Sebaliknya, apabila Ruh keluar daripada jasad maka jasad akan menjadi bangkai dan hancur. Begitu juga dunia, Ruhnya adalah Agama(Islam). Dunia berserta isinya di ciptakan kerana adanya agama. Apabila tiada lagi orang yang mengucapkan Allah.. Allah, maka Allah Swt akan hancurkan dunia ini. Jadi perkara yang penting di muka bumi ini adalah Agama. - Tamthil

045. Setiap manusia yang inginkan kehidupan tenang, damai dan bahagia perlu mempunyai Iman yang benar. Iman itu ada rasanya, seperti gula yang rasanya manis dan garam rasanya masin. Kalau Iman ini tidak ada rasanya, ini bererti palsu Imannya. - KH. Udzairon

046. Haq dan yang Bathil itu datang dan pergi melalui proses secara bertahap. Jika Dakwah atas yang Haq hilang maka Dakwah atas yang Bathil akan masuk. Dengan Dakwah agama akan wujud dan kemaksiatan akan hilang. Tanpa Dakwah, kemaksiatan yang akan wujud dan agama yang akan hilang. - Maulana Ibrahim

047. Untuk menghitung nikmat Allah Swt secara menyeluruh, maka manusia tidak akan mampu menghitungnya. Apa lagi menghitung nikmat Allah satu persatu. Menghitung nikmat Allah sahaja pun manusia tidak akan mampu, apa lagi membayar nikmat Allah Swt itu. La ilaha ilallah.

048. Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan: “Ayat ini (Surah Thoha:43-44) memiliki pengajaran (‘ibrah) yang agung (sangat bermanfaat), di mana walaupun Fir’aun adalah seorang penguasa yang sangat zalim lagi sombong, dan Musa pula adalah manusia yang dipilih oleh Allah di antara makhluk-Nya pada ketika itu, akan tetapi Allah melarangnya dari berbicara kepada Fir’aun melainkan dengan perkataan yang sopan lagi berlemah-lembut.” (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, 5/234)

049. Sahabat kehidupannya lapar berhari-hari sehingga perut mereka diikat dengan batu, disiksa, baju bertampal, rumah kecil, tetapi mereka dinyatakan telah berjaya oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an. Sahabat menerima ancaman oleh musuh, meninggalkan keluarga, harta benda dan perniagaan, semua dilakukan demi kepentingan Agama. Inilah kehidupan orang-orang yang telah Allah Redha dan mereka Redha kepada Allah. - Prof. Salman Khan

050. Allah Swt menciptakan yang besar dan yang kecil dengan cara yang sama, begitu juga dengan surga dan neraka, dunia dan akherat, hanya dengan kata-kata: “Kun” – “Jadilah”, maka langsung terjadi. Perkara besar dan perkara kecil disisi Allah sama saja, diciptakan dengan “Kun” maka langsung jadi. Di hadapan Allah Swt ini seorang Raja dengan seekor nyamuk ini sama saja. Kalau Allah menghendaki bisa saja Raja membunuh nyamuk, jika Allah menghendaki bisa saja nyamuk membunuh raja. Semuanya menurut Kehendak Allah Swt saja. - Syuro KH. Udzairon

051. Hadraji Maulana Muhammad In’amul Hasan rahmatullah’alaih berkata: 1. Sibukkan dirimu dalam usaha agama; jika tidak kamu pun akan sibuk tapi bukan dalam agama. 2. Gunakan waktumu untuk agama; jika tidak waktu pun akan habis tapi bukan untuk agama. 3. Gunakan hartamu untuk agama; jika tidak harta pun akan habis tapi bukan untuk agama. 4. Mati lah kamu dalam agama; jika tidak kamu pun akan mati tapi bukan untuk agama.

052. Dakwah para Anbiya AS mentablighkan 1. Tauhid: Keyakinan yang sempurna, 2. Risalah: Jalan keselamatan atau cara hidup, 3. Akhirat: Tujuan akhir kehidupan atau tempat kembali manusia. - Maulana Yunus

053. Maksud dihantar para Anbiya AS adalah untuk 1. Dakwah (Yatluu 'alaihim aayaatihi): Menyampaikan perkara yang Haq, 2. Ta'lim (Yu'allimuhumul kitaab): Mengajar manusia mengenal yang Haq, 3. Tazkiyah (Yuzakkiihim): Memperbaiki Akhlak dan Keyakinan manusia. - Maulana Yunus

054. Nikmat kerajaan Allah berikan kepada musuh Allah juga seperti Firaun dan Namrud. Nikmat harta juga Allah telah berikan kepada musuhnya yaitu Qorun. Nikmat kesehatan Allah juga berikan kepada musuhnya yaitu Kaum Ad. Nikmat Teknologi industri dan Arsitektur juga Allah berikan kepada kaum Tsamud. Nikmat Pertanian juga Allah berikan kepada kaum Saba. Namun nikmat yang paling mulia adalah pertolongan dari Allah untuk mengikuti jalannya para Anbiya AS dan sahabat RA. - Maulana Yunus

055. Abu Ali ad-Daqqaq rahimahullah berkata: “Siapa yang banyak mengingati kematian maka akan mendapat tiga kemuliaan:- bersegera untuk bertaubat, hatinya qana'ah (merasa cukup) dan sentiasa bersemangat dalam beribadah.” (at Tadzkirah, Imam al-Qurthubi, m/s. 15)

056. Mencari kemuliaan dalam usaha dakwah maksudnya adalah bagaimana Pemilik dakwah yakni Allah Swt redha kepada da'iNya.

057. Ahlul Masjid ialah orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid Allah dan hatinya senantiasa terpaut dengan masjid. Atas maksud ini, perlu setiap daripada kita bersedia dan mengambil keputusan supaya menjadi Ahlul Masjid dan memakmurkan masjid-masjid Allah dimana sahaja berada. - Bayan KH. Abdul Halim

058. Jika Dakwah yang Haq ditegakkan maka Allah Swt akan hancurkan keyakinan yang batil. Dakwah adalah cara Allah Swt untuk menghancurkan kebatilan dan menghadirkan yang Haq. Allah Swt tidak perlu tentera untuk menghancurkan kebatilan. Allah Swt hancurkan tentera Abrahah dengan burung kecil yang membawa batu, lalu kaum 'Ad dengan angin, kaum Luth dengan gempa dan gunung, Saba' dengan banjir dan kaum Tsamud dengan teriakan malaikat. - Maulana Ibrahim

059. Allah Swt telah jadikan dunia ini sebagai tempat ujian, Darrul Intihan. Setiap manusia dalam keadaan apa sahaja dan siapa sahaja akan di uji oleh Allah Swt. Kesenangan itu ujian daripada Allah, kesusahan juga merupakan ujian daripada Allah. Allah Swt tidak memandang status atau kedudukan seseorang, yang Allah lihat adalah sejauh mana orang itu mahu sabar dalam ujian dan taat pada perintah Allah ketika di uji. - Maulana Yunus

060. Semua manusia ingin kebahagiaan. Allah Swt hanya memberikan kebahagiaan kepada mereka yang mengikuti Nabi s.a.w. Kepada mereka yang tiada keinginan di dalam hatinya untuk mengikuti cara kehidupan Nabi s.a.w, maka Allah Swt akan menjadikan segala yang dilakukan seakan-akan mendatangkan manfaat. Sebaliknya, apa yang mereka kerjakan hanyalah menjadi asbab mudharat. Hidup akan terperangkap di dunia ini, yang ada hanyalah kekecewaan, ketakutan, tiada ketenangan, selalu berasa kekurangan dan tidak pernah merasa cukup.

061. Sesungguhnya kita bukanlah orang Pakistan, India, Indonesia, Amerika atau orang dunia, tapi kita adalah orang akhirat yang sedang berada di dunia. Nabi Adam a.s adalah berasal dari syurga, maka kampung kita yang sebenarnya ada di syurga. Oleh kerana itu, setiap diri kita harus kembali ke syurga. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

062. Dalam menjalankan usaha dakwah, jangan merendahkan sesiapa, walau pun orang tersebut buta huruf atau miskin. Jangan mengutamakan orang kaya atas orang miskin. Bahkan hendaknya lebih berghairah dan bergembira ketika menghadapi orang miskin. - Maulana Said Ahmad Khan

063. Selalulah berusaha untuk menjaga agar hati tetap bersih dalam melihat keadaan umat Islam. Tanpa kebersihan hati akan timbul perasaan benci di dalam hati sehingga akan menghalang usaha mengislahkan diri. Hadapilah orang-orang yang berbuat maksiat dan zalim dengan lemah lembut dan kasih sayang. - Maulana Umar Palampuri rah.a

064. Orang alim ialah doktor agama dan cinta dunia ialah penyakit agama. Apabila doktor telah memasukkan atau mengheret penyakit ke dalam dirinya, maka bilakah masanya dia boleh mengubati orang lain? (Fudhail ibn 'Iyadh)

065. Sheikh Junaid al Baghdadi rahimahullah berkata: Ilmu yang bermanfaat ialah ilmu yang menunjukkan pemiliknya kepada sifat tawadhuk, sentiasa bermujahadah, menjaga hati, menjaga anggota zahir dari melakukan maksiat, takut kepada Allah, berpaling daripada dunia dan penuntut dunia, menjauhi orang-orang yang mengasihi dunia, meninggalkan apa yang ada di dunia kepada ahli dunia, suka memberi nasihat kepada makhluk, baik perilaku terhadap makhluk, suka duduk bersama golongan fuqara, memuliakan kekasih-kekasih Allah dan menghadapkan diri kepada apa yang mereka utamakan.

066. Sebahagian ulama berkata: Sesiapa yang bertambah ilmunya, maka bertambah jugalah kekhusyukannya (kerendahan hatinya). Seorang lelaki bertanya kepada Sheikh Junaid al Baghdadi rahimahullah, Apakah ilmu yang paling berguna? Jawabnya, Ilmu yang menunjukkan kamu kepada Allah swt dan menjauhkan kamu daripada menurut hawa nafsumu.

067. Adalah ditakuti seseorang Islam yang benci kepada orang Islam yang lain, matinya dalam keadaan tidak beriman. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

068. Hendaklah bergantung lebih dengan janji-janji Allah daripada janji-janji manusia. (Syaqiq Al-Bakhi)

069. Sentiasalah mengingat Allah. Jika kamu tidak boleh berbuat itu, maka ingatlah mati selalu. (Abu Ishaq Ibrahim Al-Syaibani)

070. Jika kamu ingin merdeka dari belenggu kehendak dunia, sembahlah Allah dengan ikhlas. (Abu Ishaq Ibrahim Al-Syaibani)

071. Maksud ilmu yang pertama dan utama agar seseorang itu mengislah kekurangan dan kelemahan dirinya, memahami kewajipan atas dirinya dan berusaha memperbaiki dirinya. Apabila ilmu digunakan untuk menyalahkan orang lain dan mencari keaiban orang, maka ilmu itu akan menjadi asbab takabur dan sombong lalu ilmu itu akan membinasakan pemilik ilmu itu sendiri - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

072. Untuk si mukmin itu tiap-tiap tempat itu adalah masjid dan tiap-tiap hari itu adalah hari Jumaat. (Abu Hasan Al-Khirqani)

073. Daripada Qatadah r.a, dia mengatakan: Diceritakan kepada kami bahawa Umar ibn al-Khattab r.a telah membaca ayat Surah Al-‘Imran 3: 110 (Kamu adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia..), kemudiannya berkata, Wahai manusia! Sesiapa yang suka untuk menjadi sebahagian daripada ayat ini, maka tunaikanlah syarat Allah (yang terkandung) di dalamnya. (Ibnu Jarir daripada Qatadah sebagaimana dicatatkan dalam Kanzul-‘Ummal)

074. Hati yang rindu kepada Allah itulah hati yang paling baik. (Abu Hasan Al-Khirqani)

075. Janganlah benci kepada orang yang berdosa itu, kerana kamu tidak tahu sebelum ia meninggal dunia, mungkin ia bertaubat dan Allah terima taubatnya dan meninggikan darjatnya. (Dzun-Nun Al-Misri)

076. Apakah gunanya dunia jika itu menyebabkan kamu lupakan Allah. (Dzun-Nun Al-Misri)

077. Tanda orang yang beriman itu ialah dia menentang perkara keduniaan dan tidak pernah memuji makhluk. (Dzun-Nun Al-Misri)

078. Orang yang menggali asas dasar dunia ini dan di situ membina bangunan akhirat adalah orang yang bijak. (Hasan Al-Basri)

079. Akhir dunia dan awal akhirat ialah dalam kubur. (Hasan Al-Basri)

080.Memikirkan ayat-ayat Quran itu membawa kepada nur (cahaya) dan matlamat yang sama itu juga boleh dicapai dengan memikirkan kurniaan dan kemuliaan Allah. Quran itu menerbitkan cinta Allah kepada pembacanya. Fikirkanlah janji-janji Allah dan ini akan menerbitkan takwa kepada Allah. (Junaid Al-Baghdadi)

081. Apabila seseorang memikirkan rahmat Allah, ia akan dapat mengelakkan dosa kerana dia khuatir jika dia berbuat dosa, dia tidak akan diberi rahmat itu. (Junaid Al-Baghdadi)

082. Kebahagiaan itu dalam mengenang Allah. (Said Al-Khiraz)

083. Ibnu Umar berkata kepada orang yang memanggilnya sebagai faqih: Sesungguhnya orang yang faqih itu adalah orang yang zuhud kepada dunia dan sangat merindukan akhirat.(Syarah Ibnu Batthal 1/149, Syarah an-Nawawi 3/489 asy-Syamilah)

084. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata: Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat, akan tetapi hakikat ilmu itu adalah khas-yah/ rasa takut kepada Allah. (al-Fawa’id/142)

085. Sopan santun yang sebenarnya itu ialah kamu merasai Allah berserta dengan kamu dan apabila bercakap kamu berasa Allah berada di hadapan kamu. (Abdullah Manazil)

086. al-Hafiz Ibnu Rejab al-Hanbali rahimahullah berkata: “Ilmu yang bermanfaat merujuk kepada dua perkara, iaitu ilmu tentang keagungan Allah Ta’ala yang diketahui melalui nama-nama-Nya yang indah (al-husna) dan sifat-sifat-Nya yang mulia yang menjadi hak-hak-Nya. Dengan mengetahuinya, akan membawa kepada pengangungan, rasa takut, cinta (mahabbah), harapan, sabar, redha dan tawakkal hanya kepada Allah. Kedua, ilmu yang membawa kepada segala apa yang diredhai dan dicintai oleh Allah. Yang dengan ilmu tersebut menjadikan kita menjauhi segala apa yang dibenci dan dilarang oleh-Nya.” (Fadhlu ‘Imli as-Salaf ‘ala al-Kholaf)

087. Ada orang duduk bercampur gaul dengan perempuan dan mengatakan mereka tidak ada apa-apa meski pun mereka melihat kepada perempuan-perempuan itu. Saya katakan bahawa selagi nafsu mereka itu belum hapus seluruhnya, mereka hendaklah menurut undang-undang Quran dan menjauhkan diri dari perkara yang dilarang. (Qasim Al-Nasrabadi)

088. Kamu akan berasa kedamaian apabila bercakap tentang Allah sahaja. (Abu Bakar Al-Syibli)

089. Apa yang telah ditakdirkan untukmu pasti kamu dapat walau pun seribu halangan, dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu dengan tidak ada usaha bagi pihakmu, kamu boleh mendapatnya. Oleh itu, apakah yang kamu dapat dengan mengamalkan zuhud. (Abu Bakar Al-Syibli)

090. Kebijaksanaan yang tinggi itu terletak menghargai sepenuhnya hidup ini dan menggunakannya di jalan Allah. (Abu Bakar Al-Syibli)

091. Bagi orang yang mencintai dunia, maka akan berkuranglah cintanya kepada Allah, sehingga lalai dalam munajat kepada Allah, kerana umumnya manusia digerakkan oleh apa yang dicintainya. (Imam Ghazali rahimahullah)

092. Imam Syafi'i rahimahullah menasihatkan: Berusahalah menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqh dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah hanya mengambil salah satu darinya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberi nasihat kepadamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqh tetapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tetapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqh, maka bagaimana dia beroleh kebaikan? (Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i/47)

093. Ibnu Abdil Bar menukil perkataaan Imam Ahmad bahawa beliau berkata: Berpeganglah dengan atsar sahabat dan al-hadits, dan sibukkanlah diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Jauhilah berbantah-bantahan, kerana orang yang suka berdebat tidak akan pernah memperolehi kebaikan. (Jami al-Bayan al-Ilmi)

094. Imam al-Lalikai menukil perkataan Imam Malik bahawa beliau berkata: Aku membenci perdebatan dalam permasalahan-permasalahan agama. Dan penduduk negeri kita (Madinah) membenci dan melarangnya, seperti perdebatan pemikiran Jahmiah dan Qadariah dan yang serupa dengannya. Dan aku membenci perbincangan, kecuali perbincangan yang akan mendatangkan manfaat berupa amal. (Syarhul Usul I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah)

095. Sahabat r.hum meyakini ilmu agama, mengamalkan ilmu agama & menyampaikan ilmu agama. Apabila mereka bangun di atas ketiga-tiga asas ini, maka Allah telah memberi kejayaan kepada mereka dan menghancurkan kebatilan di seluruh dunia. Pada hari ini juga, sekiranya kita berjalan di atas tiga asas tersebut maka pasti Allah akan memberi kejayaan yang sama dan menghancurkan kebatilan di seluruh dunia dalam waktu yang singkat. - Maulana Qasmi Mohammad Shauket

096. Syekh Abdul Wahab Assyakroni menukilkan di dalam kitabnya: Barangsiapa dalam usaha agama dicaci maki orang dia sabar, ikhlas, redha, tidak marah, maka sebentar lagi dia akan diangkat Allah sebagai Imam(asbab) Hidayah. - Bayan KH. Khuzairon

097. Mukmin itu ialah mereka yang mempertahankan perintah Allah walau di mana dan di dalam keadaan apa jua, bukannya orang yang meninggalkan perintah Allah demi mempertahankan kebendaan dan keduniaan. Mukmin itu ialah mereka yang mengejar perintah Allah, bukannya orang yang mengejar keduniaan. Mukmin meyakini bahawa kebahagiaan ada di dalam perintah Allah bukan dalam asbab-asbab keduniaan. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

098. Ada orang bertanya kepada Abu Uthman Al-Hiri rahimahullah. Tuan, lidahku menyebut Allah tetapi fikiranku entah ke mana. Apa patut saya buat? Al-Hiri menjawab, Syukurlah kepada Allah kerana kurnianya dapat kamu menyebut nama Dia. Allah akan kurniakan pula kepada anggota-anggota yang lain jika kamu bersyukur kepada Allah.

099. Allah berfirman bahawa Dia menjadikan manusia untuk menghambakan diri kepadaNya, bukan untuk tujuan lain. (Abu Muhammad Royam)

100. Hidup di dunia ini umpama tidur dan hidup di akhirat umpama jaga. Jika seseorang itu menangis semasa mimpinya, dia akan ketawa apabila dia sedar. Begitu juga, orang yang menangis dalam dunia ini kerana takutkan Allah akan senyum di akhirat. (Yahya bin Ma'adz Ar-Razi)

101. Seseorang itu tidak akan dapat menikmati lazat menyembah Allah jika dia tidak membuang rasa lazat terhadap apa-apa yang ada di dunia ini. (Abu Ishaq Ibrahim)

102. Solat tengah malam itu walaupun dibuat dengan pendek(ringkas) adalah sangat memberi kesan dan pengaruh. (Abu Ishaq Ibrahim)

103. Kerosakan Umat secara keseluruhan tidak dapat diperbaiki hanya dengan menyuruh seorang Wali Allah untuk berdo'a sambil menangis di tengah malam. Do'a tersebut tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. (Malfuzat Hadhratji/174)

104. Siapa sahaja yang berkerja (bermujahadah) dalam mentaati perintah-perintah Allah sehingga ke batas terakhir kemampuan, apa yang dia tidak mampu, maka Allah Swt akan sempurnakan. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

015. Hazrat Umar r.a telah berkata ‘kunna azalannas’ sesungguhnya kami adalah seburuk-buruk, sehina-hina manusia, dan ‘faz azanallahul islam’ Allah telah jadikan semulia-mulia manusia di dunia ini adalah kerana agama. Jika kami memilih jalan selain dari jalan Allah Swt muliakan kami dalam Islam maka pasti kami tidak akan dapat kejayaan bahkan kami akan dapat kehinaan. - Bayan Maulana Abdul Rahman

106. Sebagaimana ahli dunia cenderung kepada keduniaannya, begitu pula hendaknya ahli akhirat cenderung kepada akhiratnya.

107. Muzakarah mesyuarah: 3 perkara yang harus difikirkan oleh setiap Da’ie, 1.Mewujudkan kerja dakwah dengan mengeluarkan jemaah ke seluruh alam. 2.Memelihara kerja dakwah dengan musyuarah dan amal maqami. 3.Meningkatkan kerja dakwah dengan tambah korban harta, diri dan masa.

108. Ibn Ata'illah al-Iskandari rahimahullah dalam kitab al-Hikamnya mengatakan: “Kamu bersungguh-sungguh mencari rezeki yang sudah ditanggung (oleh Allah) untukmu, tetapi dalam masa yang sama melalaikan kewajiban yang dibebankan ke atasmu. Itu merupakan bukti akan kebodohan mata hatimu.”

109. Mahabbah kepada semua makhluk. Rela berkorban untuk agama dengan masa, diri dan harta. Niat islah diri. Mencari redha Allah. Istighfar setelah beramal. Tabah dalam menghadapi segala ujian. Menisbatkan diri hanya kepada Allah. Tidak putus asa terhadap segala kegagalan. Sabar seperti unta, Tawadhu' seperti bumi, Tegak kukuh seperti gunung, Berpandangan luas seperti langit, Bergerak memberi manfaat seperti matahari.

110. Allah Swt menjadikan asbab untuk menguji keyakinan manusia. Seorang bayi yang lahir daripada perut wanita, seakan-akan bayi ini tercipta daripada wanita. Walaupun wanita ini, Allah gunakan beberapa saat sebagai asbab terciptanya bayi, namun kita tidak boleh mengatakan bahawa wanita ini adalah Khaliq(pencipta) dan Bayi ini adalah hamba.

111. Tiada kenikmatan di dunia ini yang menyerupai kenikmatan akhirat selain daripada nikmat keimanan. (Ibnu Taimiyah/ Majmu Al'fatawa 28/31)

112. Dan kehidupan yang Allah Swt paling suka daripada sekian banyak kehidupan manusia adalah kehidupan Rasullullah s.a.w. Maka barangsiapa, siapa sahaja daripada orang kaya atau orang miskin, orang pandai atau orang kurang cerdik, orang sihat atau orang sakit, orang kampung atau orang bandar, jika dia mengamalkan kehidupan Rasullullah s.a.w, maka dia akan berubah menjadi kekasih-kekasih Allah.

113. Tidak ada manfaat daripada wang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah tidak akan redha kepadanya selama dia masih menyimpan segala selain daripada Allah dalam hatinya. (Ibrahim bin Adham)

114. Seseorang yang beranggapan bahawa perintah-perintah Allah yang difardhukan kepadanya sebagai menyusahkan adalah seperti bayi dalam kandungan perut ibunya, tidak menghendaki tangan dan kaki kerana berasa sempit dan berasa tidak perlu menggunakannya. Walhal satu kerugian besar kerana Allah Swt beri manfaat kepadanya melalui tangan dan kaki di alam dunia. Begitu juga, dengan mentaati perintah-perintah Allah di dalam kehidupan dunia ini, Allah beri manfaat dan keselamatan di alam akhirat. - Tamthil

115. Seorang guru di hadapan murid-muridnya telah mengangkat kapur dan mengatakan pemadam. Mengangkat pemadam dan mengatakan ianya kapur. Secara berterusan membentuk pemikiran dan keyakinan kepada murid bahawa kapur itu pemadam dan pemadam itu kapur. Begitulah jugalah haq dan batil, asbab berterusan, yang haq dianggap batil, kebatilan pula dianggap haq(benar). - Tamthil

116. Maka nanti jika ada anak laki-laki datang mau melamar anak kita, yang pertama kali kita seleksi adalah kita tanyakan, “Dimana kamu tadi shubuh sholat ?” kalau di jawab, “di rumah.” Maka katakan. “Maaf saya tidak bisa menikahkan anak saya dengan orang yang tidak sempurna kelaki-lakiannya” - Mufti Muhammad Luthfi Al Banjari

117. Kebanyakan dari kita beramal tapi kosong dari fadhilah, sehingga lewat begitu saja. Beramal tapi seperti adat atau kebiasaan, tidak ada pengharapan. Begitu juga ketika melakukan maksiat, tidak ada sangkutan pada ancaman. Sehingga ketika melakukan maksiat santai saja, tidak menganggap bahwa itu akan mendatangkan ancaman besar di akherat. Oleh sebab itu bagaimana dalam setiap amalan ini kita hadirkan fadhilahnya. - Maulana Muhammad Saad

118. Jika kamu datang ke markaz Da'wah tetapi tidak bawa fikir Nabi untuk umat, maka kamu hanya dapat pahala tetapi tidak mendapatkan Nusrahtullah. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

119. Sanggup dan ketidaksanggupan itu seperti membesarkan sepohon pokok. Tatkala seseorang menyatakan sanggup, maka pohon kesanggupannya tumbuh sihat, berakar kukuh, membesar, mengeluarkan dedaunan, berbuah dan menghasilkan anak pokok yang lain. Begitu juga sebaliknya dengan menyatakan tidak sanggup dia sebenarnya sedang menanam dan membesarkan pohon ketidaksanggupan. - Tamthil

120. Jika hatimu terpaku kepada Allah, seluruh dunia tidak akan dapat memudaratkan kamu jika mereka semuanya menjadi musuhmu. (Abu Hasan Al-Khirqani)

121. Barangsiapa yang dikasihi Allah, maka pintu untuk mengenangNya itu akan sentiasa dibuka kepadanya. (Abu Sa'id al-Khiraz)

122. Takut kepada Allah menimbulkan rindu kepadaNya dan mendapat rahmatNya. (Harith al-Muhasibi)

123. Makan kenyang itu mengaburkan cermin hati. (Harith al-Muhasibi)

124. Orang yang cinta dunia tidak akan merasa Allah. Di pandangan Allah, dunia ini tidak berharga lebih dari seekor nyamuk. (Harith al-Muhasibi)

125. Orang yang membuangkan cinta kepada dunia akan dapat merasai cinta Allah dan mencapai cinta itu. (Ma'ruf al-Karkhi)

126. Pada orang yang benar-benar menghambakan dirinya kepada Allah, maka Allah akan jagakan dia bila sampai waktu solat sekiranya ia tertidur. (Suhail Abdullah al-Tustari)

127. Hiduplah di dunia ini untuk bekal ke akhirat. Ketahuilah bahawa orang cinta kepada Allah itu tidak tamak kepada dunia. (Sirri al-Saqti)

128. Makhluk yang paling dimuliakan oleh Allah ialah manusia, namun begitu manusia melakukan banyak dosa. (Sirri al-Saqti)

129. Barangsiapa makan banyak akan jadi mangsa hawa-nafsu. Di perut yang lapar itu terletak rahmat Allah dan sinarNya. (Yahya bin Ma'adz Ar-Razi)

130. Jika tiga perkara ini dibuang, seseorang itu akan mencapai mutu keruhanian yang tinggi, iaitu: membuang keinginan hendak pangkat dan kemuliaan, membuang keinginan hawa-nafsu, dan membuang hal-hal keduniaan. (Yahya bin Ma'adz Ar-Razi)

131. Kamu itu hamba Allah, hiduplah sebagai hamba. (Yusuf al-Husain ar-Razi)

132. Berharaplah kepada Allah, seperti harapnya pengemis kepada sedekah orang kaya. (Abu Hafs al-Hadad)

133. Jika kamu berhutang, janganlah harap untuk membayar hutang itu melalui pertolongan makhluk, berharaplah kepada Allah dan Dia akan membayar hutangmu itu. (Hamdun al-Qassar)

134. Empat ratus orang guru ugama sebulat suara berkata bahawa seseorang itu hendaklah melakukan ibadatnya dengan penuh khusuk hingga tidak terlintas dalam fikirannya yang lain kecuali Allah. (Junaid Al-Baghdadi)

135. Abu Sufyan berkata: “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang mencintai seseorang seperti kecintaan para sahabat Muhammad kepada Muhammad.” (as Sirah, al-Bidayah wan Nihayah)

136. Sebagaimana musang dan ayam tidak akan duduk diam dalam satu kandang, begitu juga kebesaran mahkluk dan kebesaran Allah tidak akan bersatu dalam hati manusia. - Tamthil

137. Orang yang paling agung ialah orang yang menyerahkan kehendaknya kepada kehendak Allah dan dia redha dengan Allah. (Junaid Al-Baghdadi)

138. Hamba Allah menyembah Allah sahaja, tidak yang lain. (Junaid Al-Baghdadi)

139. Berkata Tsabit bin Qurroh rahimahullah: “Sihatnya badan dengan sedikit makan, sihatnya ruh dengan sedikit dosa, sihatnya lisan dengan sedikit berbicara.” (at-Tibbun Nabawi 1/167)

140. Berkata Imam Ibnu Ajlan rahimahullah: “Setiap titisan air mata yang mengalir kerana membaca al-Qur'an maka dia dirahmati oleh Allah Ta'ala.” (Ar-Riqqotu Wal Bukak, 1/83)

141. Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah menangis di masjid ketika mendengar adzan sehingga pasir di hadapannya basah oleh tangisannya. (Ar-Riqqotu Wal-Bukak, 1/183)

142. Abu Zaid rahimahullah berkata: “Aku melihat amirul mu'minin Umar bin Abdil Aziz rahimahullah menangis di atas mimbar, tidak mampu bercakap kerana tangisannya yang sangat kuat.” (Ar-Riqqotu Wal Bukak, 1/111)

143. Berkata Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah: “Maka dengan tauhid seorang hamba mengawali kehidupannya dalam Islam, dan dengannya pula ia mengakhirinya keluar daripada dunia ini.” (Madarijus Salikin: 3/443)

144. Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah: “Tidak akan berlaku fitnah kepada bangsa ini melainkan perintah Allah telah ditinggalkan, sesungguhnya Allah memerintahkan supaya mengikuti kebenaran dan sabar, fitnah muncul kerana sabar dan kebenaran telah ditinggalkan.” (al-Istiqomah, 1/39)

145. Berkata Imam Bilal bin Sa'ad rahimahullah: “Janganlah engkau melihat kecilnya dosa tetapi lihatlah keagungan Dzat yang engkau maksiati.” (Jami'ul Ulum Wal Hikam/ 525-526)

146. Membuang hawa-nafsu akan membawa perdampingan dengan Allah. (Junaid Al-Baghdadi)

147. Maulana Muhammad Yusuf rah.a berkata kepada seseorang berkenaan amar ma'ruf nahi mungkar: “Hadith tentang hal ini bunyinya, Jika kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangan, bukan hancurkanlah tetapi ubahlah! Lihatlah oleh kamu orang-orang yang telah keluar di jalan Allah telah berubah kehidupannya dalam ketaatan.”

148. Orang yang mengaku cinta kepada Allah tetapi tidak mahu membantu saudaranya untuk cinta kepada Allah dan tidak berusaha supaya Allah cinta kepada saudaranya tersebut, maka Allah tidak akan cinta kepadanya. Walaupun orang ini adalah seorang ahli dzikir dan ahli ibadah. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

149. Kini umat jauh daripada kehidupan agama kerana tiada gerak. Orang yang tidak bergerak hanyalah orang mati. Maka jika umat ini tidak digerakkan, maka umat ini mati. Semua orang bergerak tetapi demi kepentingan kebendaan bukan kerana agama sehingga nilai kebendaan dunia terus meningkat. Justeru itu, pembaikan umat ini perlu dengan jalan Hijrah, bergerak kerana Agama. - Tamthil

150. Bayan Asar di Markaz Kakril, Meiji Mehrab rah.a mengatakan: “Saudara-saudara sekalian, sesungguhnya hakikat al-Quran dan Hadith tidak akan dapat melalui kalam wal qalam (kata-kata atau penulisan) tetapi hakikat al-Quran dan Hadith akan dapat melalui bil qadam(kaki) - bermujahadah di jalan Allah.”

151. Berkata Zaid bin ad-Datsinah r.a ketika ditawan oleh musyrikin: “Demi Allah, aku tidak akan rela jika saat ini Muhammad di rumahnya tertusuk duri, sementara aku berada di rumah bersenang-senang bersama keluargaku.” (Jala'ul Afham/297-298, Tahqiq Syeikh Masyhur)

152. Usaha dakwah bagi umat ini adalah umpama pekerjaan meneroka hutan belantara dijadikan ladang. Kerja yang sangat berat, sukar dan penuh bahaya. Risiko ialah membersihkan hutan belantara dari segala pokok semak samun, binatang buas dan jin bertandang menjadi tanah lapang yang gembur dan sedia ditanam biji benih. Kemudian menanam benih dan memelihara sehingga membesar dan mengeluarkan hasil, lalu dibawa kepada manusia supaya dimanfaatkan. Mereka yang dipilih oleh Allah, diberi hidayah akan mendapatkan hasilnya dan menikmatinya. Selain dari itu enggan dan tetap dalam kemelaratan. - Tamthil

153. Berkata Prof Hamka: “Jika kalian berpikir bahwa kalian telah berperilaku baik dan bersangka bahawa kalian baik disisi Allah manakala orang lain adalah sebaliknya berarti engkau salah, karena memandang dirimu baik adalah suatu kesombongan, sifat lupa dan lalai akan Allah.”

154. Iman akan naik jika ada usaha atas iman, Iman akan turun jika usaha atas iman menurun, Iman akan istiqamah jika usaha atas iman juga istiqamah. - Meiji Mehrab rah.a

155. Benteng terbesar bagi orang beriman ini adalah Dakwah. Hidupkan suasana dakwah maka Iman akan terjaga. - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

156. Terus berkerja untuk agama dengan bersungguh-sungguh, pertama kali akan mengalami kelaparan (berasa kekurangan keduniaan), terus berkerja lagi maka Allah akan datangkan dunia untuk kamu. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

157. Sesiapa yang memperbaiki hatinya kerana Allah, nescaya Allah akan memperbaiki amal perbuatannya. Sesiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain. (Fudhail ibn 'Iyadh)

158. Sahabat r.a menggunakan 100% hidup mereka untuk agama tetapi kita berhabis-habisan untuk perkara dunia, sehingga kita menjadi budak orang kafir. Maka kita perlu beristighfar dan bertaubat sebanyak-banyaknya, kerana seseorang yang beristighfar dan bertaubat dengan ikhlas, seolah-olah tidak berbuat dosa dan kita juga mengajak orang lain juga untuk bertaubat. Ketika kita mengajak orang lain, kita perlu bersabar, seperti lautan yang selalu menerima segala sesuatu dan mencucinya menjadi bersih. - Maulana Ehsan ul-Haq

159. Dakwah adalah fardhu 'ain. Jika dakwah dijadikan fardhu kifayah, maka niat dakwah itu untuk memperbaiki orang lain. Amalan fardu kifayah selalunya bertujuan untuk orang lain, seperti sholat jenazah tetapi solat fardhu bertujuan untuk diri sendiri, sehingga hukumnya fardhu 'ain. Demikian pula wajibnya dakwah adalah untuk menyelamatkan iman dalam diri sendiri. Bermujahadah dalam dakwah adalah untuk manfaat diri sendiri (waman jaahada fainnamaa yujaahidu linafsih). - Maulana Muhammad Saad

160. Seorang bertanya kepada Muhammad Ibn Wasi' rahimahullah, “Bagaimana kamu?” Ibnu Wasi' menjawab: “Apa hendak kamu tanya kepada orang yang tempoh hidupnya makin lama makin berkurang, tetapi dosanya makin lama makin bertambah.”

161. Nusratullah akan datang dengan sabar dan taqwa (waintashbiruu watattaquu, laa yadurrukum kaiduhum syai’aa). Bersabar tanpa taqwa, tidak akan mendatangkan pertolongan Allah Swt. Sabar tanpa taqwa seperti kesabaran pencuri yang tertangkap dan dipukul(hukuman) oleh polis. - Maulana Muhammad Saad

162. Dakwah mewujudkan isti’dat iaitu kemampuan untuk berbuat baik, seperti membajak atau menyediakan tanah sawah untuk digunakan. Dakwah juga memberi kemampuan istiqamah untuk mereka yang telah beramal. - Maulana Muhammad Saad

163. Dakwah dilakukan agar terkesan hanya kepada Allah Swt. Menafikan makhluk dan terkesan hanya kepada Allah Swt ini akan menghadirkan pertolongan daripada Allah Swt. Dengan cara 1.Mewujudkan zikir dan halqah iman, 2.Mentablighkan pengorbanan anbiya as terhadap kaumnya. 3.Mentablighkan nusrah Allah terhadap anbiya dan sahabat. 4.Mentablighkan tanda-tanda dan ciri orang yang beriman. - Maulana Muhammad Saad

164. Sabar itu ialah tetap tegaknya keinginan terhadap agama ketika berhadapan dengan keinginan nafsu. (Imam Ghazali rahimahullah)

165. Bayan maghrib di Ijtima Malaysia 2009, Maulana Ahmad Lat mengatakan: “3 perkara persamaan atau persekutuan usaha Nabi-nabi dan Rasul-rasul sepanjang zaman: 1. Menyeru kepada tauhid yang tulen, mengesakan dan mengagungkan Allah swt. 2. Tidak ada apa-apa khoraz dan kepentingan hanyasanya inginkan kebaikan. 3. Tidak meminta apa-apa upah dan apa-apa ganjaran.”

166. Sufyan ats Tsauri rahimahullah berkata kepada murid-muridnya: “Seandainya Allah Swt mengubah bumi ini dengan segala isinya menjadi besi, kemudian kamu bertanya, Kita mahu makan apa? bererti kamu belum beriman.”

167. Berkata Imam Ibnu Hibban rahimahullah: “Bagaimana mungkin orang punya sifat sombong, awalnya diciptakan dari air mani, akhirnya menjadi bangkai, dan hidupnya di dunia membawa kotoran dalam perutnya.” (Roudhotul Uqola'/ 61)

168. Ilmu tanpa amal, gila dan amal tanpa ilmu, sia-sia. (Imam Ghazali rahimahullah)

169. Jika kita membaca kitab seratus tahun dan mengumpul seribu kitab, ia tidak menjadikan diri kita bersedia untuk mendapat rahmat Allah melainkan dengan amalan. (Imam Ghazali rahimahullah)

170. Orang yang beriman menutup ‘aib dan menasihati, manakala orang yang jahat pula dia membuka ‘aib dan memburuk-burukkan. (Al-Fudhail bin ‘Iyadh)

171. Maulana Ilyas pernah berkata: “Pada pendapat saya, taklim ini lebih penting daripada takril yakni taklim ini lebih penting daripada bayan, kerana bayan adalah percakapan yang keluar dari mulut kita, sedangkan taklim adalah apa yang dibacakan dari firman-firman Allah SWT dan sabdaan-sabdaan Rasulullah SAW.”

172. Maulana Muhammad Ilyas rah.a pernah berkata: “Hari ini tempat amal telah diambil oleh muzakarah, banyak cakap tetapi kurang amal.”

173. Dalam usaha agama ini, perlu pengorbanan diri dan harta kedua-duanya sekali, walaupun mereka boleh hanya mengorbankan harta mereka sahaja untuk buat usaha, tetapi itu hanyalah untuk kesan sementara dan tidak mampu untuk mengubah kehidupan mereka seperti para sahabat r.hum, daripada orang yang tidak taat pada Allah kepada orang yang taat pada Allah. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

174. Kesabaran atau kesanggupan seorang daie menanggung kepayahan semasa dia berdakwah akan menjadi asbab orang yang didakwah mendapat hidayat. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

175. Kalaulah kita dapat beli usaha kita, seluruh umat kita akan dapat bawa amal yang tinggi, amal agama yang sempurna tetapi umat ini masih lagi berpecah-pecah. Selagi umat ini berpecah-pecah, selagi itulah harta dan diri orang Islam masih belum selamat lagi. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

176. Imam Bakar al-Muzani rahimahullah berkata: “Apabila engkau melihat orang yang sibuk dengan aib manusia tetapi dia melupakan aibnya sendiri, maka ketahuilah dia diperdaya oleh syaitan.” (Shifatush Shoffah: 3/294)

177. Hazrat Ali bin Abi Thalib r.a berkata: “Dunia berjalan meninggalkan manusia sedangkan akhirat berjalan menjemput manusia dan masing-masing mempunyai penggemar, kerana itu jadilah engkau penggemar akhirat dan jangan menjadi penggemar dunia. Sesungguhnya masa ini, hidup di dunia adalah masa beramal bukan masa pembalasan, sedangkan esok hari akhirat adalah masa pembalasan bukan masa beramal.”

178. Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: “Sunnah adalah jalan yang dilalui, termasuk diantaranya adalah berpegang teguh pada sesuatu yang dijalankan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Al-Khulafa Ar-Rasyidin, berupa keyakinan, amalan dan ucapan. Itulah bentuk sunnah yang sempurna.” (Jami'ul Ulumiwal Hikam: I/120)

179. Berkata Ibnu Umar r.a: “Orang mu’min itu ibarat seperti pohon kurma, selama kamu mengambil sesuatu darinya maka kamu akan mendapat manfaatnya.” (Fathul Bari: 1/147, Mu’jamul Kabir: 12/13514)

180. Habib bin Asy-Syahid berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, bergaullah dengan para fuqaha dan ulama dan belajarlah adab dari mereka. Sesungguhnya hal itu lebih aku sukai daripada (menghafal) banyak hadis.” (Tazkiratus Sami’ wal Mutakallim: 2)

181. Ibnu Sirin berkata: “Para salafus soleh mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu.” (Tazkiratus Sami’ wal Mutakallim: 2)

182. Abu Bakar al Mithwa’i berkata: “Aku selama 10 tahun mengikuti pengajian Imam Ahmad yang membacakan kitab al-Musnad kepada anak-anaknya. Aku tidak menulis satu pun hadis darinya. Aku hanya belajar adab dan akhlak beliau.” (Tazkiratus Sami’ wal Mutakallim: 3)

183. Az-Zahabi menceritakan bahawa majlis ilmu Imam Ahmad dihadiri oleh 5,000 orang. 500 orang diantaranya mencatat, sedangkan selebihnya mengambil manfaat daripada perilaku, akhlak dan adab beliau. (Siyar A’lam an-Nubala: 11/316)

184. Imam Abu Hanifah pernah berkata: “Kisah-kisah para salafus soleh lebih aku sukai daripada membahas masalah fiqh. Kerana pada kisah mereka terdapat pengajaran adab dan akhlak mulia.” (Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik: 1/23)

185. Hazrat Umar bin Khattab r.a berkata: “Hendaklah kalian mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang memiliki keutamaan, kerana hal itu termasuk dari kemuliaan dan padanya terdapat kedudukan dan kenikmatan bagi jiwa.” (‘Ainul Adab wa As-Siyasah: 158)

186. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku mengetahui bahawa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka tenteramlah hatiku. Aku mengetahui bahawa amalku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibuk mengerjakannya. Aku mengetahui bahawa kematian akan datang tiba-tiba, maka aku bersiap-siap menghadapinya. Dan aku tahu bahawa diriku tidak akan lepas daripada pantauan Allah, maka aku merasa malu kepada-Nya.” (Manaqib al-Imam Ahmad: 11/485, Wafayat al-A’yan: 2/27)

187. Ibnul Mubarak pernah bersyair: “Aku melihat dosa-dosa itu mematikan hati. Dan selalu melakukan dosa akan menyebabkan kehinaan. Meninggalkan dosa-dosa dapat menghidupkan hati. Dan yang terbaik bagimu adalah menjauhinya.” (Ad-Daa’ wa ad-Dawaa’: 95)

188. Hendaklah benar-benar khusuk dalam solat sehinggakan tatkala kamu rukuk dan tombak dilontar kepadamu, kamu tidak akan merasai sakitnya. (Uwais Al-Qarni)

189. Sebesar zarah iman adalah lebih baik dari kekayaan dunia, kerana ia membawa kepada keselamatan. (Dzun-Nun Al-Misri)

190. Ilmu jika tidak disertai dengan iman adalah tidak berfaedah. (Ibrahim bin Adham)

191. Ibn Ata'illah al-Iskandari rahimahullah dalam kitab al-Hikamnya menerangkan: “Pada hakikatnya manusia terbahagi kepada 4 bahagian: 1.Manusia yang dijadikan Allah Swt untuk berkhidmat kepada Allah dan menjadi ahli syurga. 2.Manusia yang dijadikan Allah Swt bukan untuk berkhidmat kepadaNya tetapi memasuki syurgaNya. 3.Manusia yang dijadikan Allah Swt bukan untuk berkhidmat kepadaNya dan bukan pula menjadi ahli syurgaNya. 4.Manusia yang dijadikan Allah Swt untuk berkhidmat kepadaNya tetapi tidak mendapat syurgaNya.”

192. Air dan minyak tidak akan bercampur, begitu juga Haq dan Batil. - Tamthil

193. Waki' menceritakan bahawa dia keluar bersama ats-Tsauri pada hari raya. ats-Tsauri berkata: “Amalan pertama yang akan kita mulakan pada hari ini ialah menundukkan pandangan.” (Hilyat al-Awliya': 7/23)

194. Amru bin Murrah berkata: “Aku terlihat seorang wanita dan aku tertarik kepadanya. Kemudian, aku tutup mataku. Aku harapkan ianya menjadi kaffarah bagi dosaku.” (Hilyat al-Awliya: 5/95)

195. Saya menaruh belas kasihan kepada tiga orang iaitu orang mulia dalam kaumnya yang menghinakan diri, orang kaya dalam kaumnya yang memiskinkan diri dan orang yang berilmu yang dipermainkan dunia. (Al-Fudhail bin Iyadh)

196. Disambut ilmu dengan amal perbuatan. Jika ada demikian, maka ilmu itu akan menetap. Jika tidak, maka dia akan berangkat. (Sufyan Ats-Tsauri)

197. Aku telah membaca dalam beberapa kitab lama bahawa Allah Ta'ala berfirman: “Bahawa yang paling mudah Aku perbuat dengan orang yang berilmu apabila ia mencintai dunia, ialah Aku keluarkan dari hatinya kelazatan bermunajat dengan Aku.” (Malik bin Dinar)

198. Sesungguhnya hilanglah keelokan ilmu dan hikmah, apabila dicari dunia dengan keduanya. (Yahya bin Ma'adz Ar-Razi)

199. Berkata Al-Hasan rahimahullah: “Siksaan bagi orang yang berilmu ialah mati hatinya. Mati hati ialah mencari dunia dengan amal perbuatan akhirat.”

200. Sa’id bin Al-Musayyib meriwayatkan seorang tabi’in yang mulia pernah berkata: “Sesungguhnya usiaku telah mencapai 80 tahun, dan yang paling aku takutkan adalah fitnah wanita.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 7/17)

201. Sesungguhnya tidak berbahaya penghinaan orang lain, yang pasti berbahaya untuk kita adalah sikap hina diri sendiri dan kebiasaan menghina orang lain. (Imam as-Syafi’i)

202. Sedikit amal dengan mengakui kurnia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal. (Syeikh Imam Abul Hasan asy-Syadzili)

203. Ibn Ata'illah al-Iskandari rahimahullah dalam kitab al-Hikamnya mengatakan: “Maksiat(dosa) yang menimbulkan rasa rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah, lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan besar diri.”

204. Dalam Qawaid Fiqiyyah (kaedah fiqh) dikatakan: "Maa kaana aktsaru fi'lan kaana aktsaru fadhlan - Semakin bersungguh-sungguh ibadat yang dilakukan, maka semakin besar fadhilat/pahalanya."

205. Dakwah Illallah itu seperti sedang berenang. Jika berhenti, diri akan tenggelam. Allah pelihara iman melalui dakwah. Tanpa dakwah mengajak kepada kebesaran Allah dan amal akhirat, diri akan didakwahkan kepada kebesaran dunia dan makhluk. - Tamthil

206. Sabar adalah menunaikan perintah-perintah Allah dan ketentuanNya yang bertentangan dengan keadaan dan kehendak nafsu kita. - Maulana Muhammad Saad

207. Berkata Salman r.a ketika hampir wafatnya: “Aku sama sekali tidak menangis kerana penyesalan dunia atau kerana cinta kepada dunia, aku menangis kerana Rasulullah s.a.w mengikat janji dengan kami agar kehidupan kami hendaklah seperti seseorang yang ada dalam perjalanan, tetapi kami meninggalkannya. Lalu kelihatan harta yang dia tinggalkan hanyalah sebanyak dua puluh dirham lebih atau tiga puluh dirham lebih.” (Adabud Dun-yaa wad Diin: 119)

208. Dunia adalah fatamorgana yang terus memanjang dan merupakan malam yang gelap, pencari dunia bagaikan orang yang meminum air lautan, semakin banyak dia meminumnya, maka akan semakin haus. (As-Siyar: V/263)

209. Malik bin Dinar rahimahullah berkata: “Ahli dunia keluar daripada dunia, akan tetapi mereka belum merasakan sesuatu yang paling nikmat di dalamnya. Beliau ditanya, Apakah itu? Beliau menjawab, Mengenal Allah Ta’ala.” (Madaarijus Saalikiin: 233)

210. Abu Darda’ r.a berkata: “Seandainya bukan kerana tiga perkara, nescaya aku berharap untuk berada di dalam bumi, bukan di atasnya. Seandainya bukan kerana saudara-saudara yang datang kepadaku untuk memilih kata-kata yang indah sebagaimana buah ranum yang dipilih dan dipetik, atau kerana menjadikan wajahku berdebu kerana sujud kepada Allah Swt atau kerana berjuang di jalan-Nya.” (Az-Zuhd: 198)

211. Melihat perlu cahaya, mata tidak akan melihat benda jika dalam keadaan gelap. Begitu juga hati, tidak dapat melihat perintah Allah apabila tidak ada Nur hidayah daripada Allah SWT. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

212. Seseorang bertanya kepada Syeikh Maulana Ilyas rah.a: "Bilakah pengeluaran jemaah dan dakwah ini akan berakhir?" Maulana Ilyas menjawab: "Apabila seluruh lelaki Islam memakmurkan masjid dan wanita-wanita Islam menutup aurat dengan sempurna dan berdiam di rumah-rumah mereka, maka barulah dakwah bermula. Hari ini, yang kita lakukan hanyalah silaturahim."

213. Bagi ahli dunia, tidur itu lebih baik dari berjaga kerana dengan tidur itu mereka tidak membincangkan hal-hal keduniaan. (Sufyan ats-Thauri)

214. Kelazatan berdampingan dengan Allah itu tidak akan aku tukarkan dengan kerajaan dunia. (Abu Yazid al-Bistami)

215. Syeikh Hj Abdul Wahab mengatakan: “Da’i ini jika sudah muzakarah mengenai kelemahan atau aib temannya, maka ini akan menyebabkan kerja dakwah menjadi lemah.”

216. Berkata Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah: “Barang siapa yang beramal tidak ikhlas kerana Allah, maka dia seperti seorang musafir yang memenuhi kantung minumannya dengan pasir dan tidak ada manfaatnya.” (al-Fawa'id, hal.66)

217. Sifat ujub adalah kekaguman kepada dirimu sendiri, sehingga kamu berasa bahawa kamu lebih mulia dan lebih tinggi darjatnya dari saudaramu. Walhal, boleh jadi kamu tidak beramal dengan benar sepertinya, atau barangkali dia lebih wara’ darimu terhadap hal-hal yang diharamkan Allah dan lebih tulus amalnya. (Sufyan Ats-Tsauri)

218. Apabila Iblis telah berhasil melakukan tiga perkara terhadap diri anak Adam, maka ia akan berkata, ‘Saya tidak akan menuntutnya dengan perkara yang lain.’ Tiga hal itu adalah: Dia ujub kepada dirinya sendiri, dia berasa amalnya sudah banyak, dan dia melupakan dosa-dosanya. (Fudhail ibn 'Iyadh)

219. Berkata Basyar ibn Al-Harits berkenaan ujub: “Apabila kamu sudah menganggap bahawa amalmu lebih banyak, sedangkan engkau menganggap amal orang lain sedikit.”

220. Ibnu Sirin berkata: “Aku tidak pernah hasad dengan seorang pun dalam urusan dunia. Kerana apabila dia ahli syurga, apa gunanya aku hasad kepadanya dalam urusan dunia yang tidak ada nilainya di syurga kelak. Sedangkan apabila dia termasuk ahli neraka, maka apa gunanya pula aku hasad kepadanya dalam urusan dunia sedangkan dia akan masuk neraka.” (Ihya Ulumuddin: 3/1973)

221. Berkata Rabi’ bin Khutsaim: “Segala sesuatu yang dilakukan tidak untuk mencari redha Allah, pasti akan sia-sia.” (Shifatush Shafwah: 3/61)

222. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya.” (Tazkiyatun Nafs: 17)

223. Keberhasilan seseorang da'i itu adalah apabila sudah tidak ada lagi keinginan-keinginan dalam hatinya ingin mendapatkan dunia, ingin jadi pemimpin dan keinginan lainnya tetapì diri kita ini berbuat hanya untuk Allah dan RasulNya. - KH. Khuzairon

224. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Empat perkara yang menghalang datangnya rezeki adalah, 1.Tidur di waktu pagi, 2.Sedikit solat, 3.Bermalasan dan 4.Khianat.” (Zaadul Ma’ad: 4/378)

225. Ammar bin Dzar rahimahullah pernah ditanya oleh anaknya, “Mengapa ketika orang lain memberi syarahan tidak ada seorang pun yang menangis. Namun, ketika engkau bersyarah, wahai ayahku, kami mendengar tangisan dimana-mana?” Maka Ammar menjawab, “Wahai anakku, nasihat yang tulus tidaklah sama dengan nasihat yang diperbuat-buat.” (Hilyatul Auliya: 5/111, Ihya Ulumuddin: 4/187, Asy Syamilah)

226. Seorang pemuda mendatangi al-Hasan al-Bashri dan mengadukan masalah yang sedang ia hadapi kepadanya. Pemuda tersebut berkata, “Saya telah berusaha untuk menjaga solat malam, akan tetapi sampai saat ini saya masih belum mampu untuk melaksanakannya.” Al-Hasan al-Bashri menjawab, “Dosa-dosamu telah menghalangmu untuk melakukannya.”

227. Ja’far bin Muhammad berkata: “Sesungguhnya perbuatan baik tidak sempurna kecuali dengan tiga perkara: Segera mengerjakannya tanpa menunda-nunda, menganggapnya sebagai amalan yang sangat kecil meskipun besar, dan menyembunyikan amalan tersebut di hadapan manusia.” (Hilyatul Auliya': 3/198)

228. Tidaklah dinamakan ibadah sehinggalah terkumpul didalamnya 3 perkara; Takut, Cinta dan ketundukan. Dan tidak dinamakan ibadah jika ia hanya takut atau hanya cinta namun tidak ada ketundukan. (Syeikh Yahya al-Hakim)

229. Bila umat Rasulullah saw ada fikir yang sama sebagaimana fikir Rasulullah saw, Maksud dan tujuan yang sama, Semangat dan gerak yang sama, Pembicaraan yang sama dalam perkara yang sama, Kefahaman agama yang sama atas perkara yang sama. Satu hati dan berkasih sayang. Apabila ini wujud dalam diri kita, maka Allah Swt akan jadikan asbab turunnya hidayah bagi semua umat di seluruh alam sampai hari kiamat.

230. Ikutilah jalan petunjuk dan jangan takut kerana sedikit orang yang menempuhnya. Jangan tertipu dengan banyaknya manusia yang binasa. (Imam Fudhail bin Iyadh)

231. “Jika sunnah Rasulullah s.a.w. dilanggar dalam pernikahan, maka Allah akan menghabiskan ketaatan daripada generasi itu.” - Asy-Asyaikh In'amul-Hasan al-Kandahlawi rah.a

232. Ibnu Mas'ud r.anhu berkata: “Usia semakin berkurang seiring perjalanan waktu malam dan siang. Sementara segala amalan akan tersimpan dan kematian akan datang secara tiba-tiba.”

233. “Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa.” (Imam al-Qurtubi rah.a)

234. "Jika seorang gabenor memanggil kita untuk hadir dirumahnya, pasti kita berusaha mempersiapkan pakaian yang sebaik-baik yang kita miliki. Bagaimana jika yang memanggil kita adalah Allah yang menciptakan gabenor, bahkan yang menciptakan dunia berserta isinya?"

235. Ibnu Mas’ud r.‘anhu pernah berkata: “Sesungguhnya solat kalian lebih banyak dan kalian lebih rajin dalam beribadah dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi mereka lebih utama dibanding kalian.” Lalu ditanya: “Mengapa mereka lebih utama?”. Ibnu Mas’ud r.‘anhu menjawab: “Kerana mereka lebih zuhud terhadap dunia dan lebih mencintai akhirat dibanding kalian.” (Shifatush Shafwah: 1/420)";

236. Setiap amal ada janji Allah Swt. Yakin terhadap janji Allah dengan beramal. Beramal bukan untuk mendapatkan janji Allah tetapi untuk mendapatkan redha Allah Swt.

237. Utsman bin ‘Affan r.‘anhu berkata: “Sesungguhnya aku telah bersembunyi dari Rab-ku selama sepuluh tahun. Dan aku adalah orang keempat dari empat orang yang terawal masuk Islam. Aku tidak pernah bernyanyi dan berangan-angan...” (HR. ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, 1/85)

238. Imam Al-Auza’i berkata: “Orang mukmin sedikit bicara dan banyak beramal, sedangkan orang munafik banyak bicara dan sedikit beramal.” (Tanbihul Ghafilin: 32)

239. Hasan Al-Bashri berkata: “Nikahkanlah anakmu dengan orang yang takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya. Kerana jika ia mencintainya maka ia akan memuliakannya, dan apabila ia membencinya maka ia tidak akan menzaliminya.” (‘Uyun al-Akhbar: 10/17)

240. Masruq berkata: “Cukuplah seorang itu dikatakan alim jika ia merasa takut kepada Allah, dan cukuplah seorang itu dikatakan jahil jika ia merasa ujub dengan amalnya sendiri.” (Tanbihul Ghafilin: 229)

241. Umar bin Khaththab Radhiallaahu 'anhu bertanya kepada Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu 'anhu tentang takwa, berkatalah Ubay: “Pernahkah Anda berjalan di suatu tempat yang banyak durinya?” Umar menjawab: “Tentu.” maka berkatalah Ubay: “Apakah yang Anda lakukan?”, berkatalah Umar: “Saya sangat waspada dan berhati-hati agar selamat dari duri itu.” Lalu Ubay berkata “Demikianlah takwa itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hal.55)

242. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Seseorang tidaklah bertakwa sampai ia berilmu, dan tidaklah seseorang berilmu sampai mengamalkan ilmu yang ia ketahui.”

243. Menyia-nyiakan waktu itu lebih buruk daripada kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya. (Ibnul Qayyim, Al Fawa'id)

244. Ibnul Jauzi berkata: “Orang yang tidak sengaja memandang sesuatu yang haram, maka wajib baginya untuk memalingkan pandangannya. Kerana pandangan yang terus-menerus dapat menumbuhkan rasa syahwat. Perumpamaannya seperti biji-bijian yang ditabur di atas tanah. Jika biji-bijian tersebut tidak disiram maka ia tidak akan tumbuh, namun jika ia disiram maka ia akan tumbuh dengan cepat. Demikian pula dengan pandangan mata.” (Dzammul Hawa:440)

245. Ibnu Sa’ad menceritakan di dalam kitabnya ath-Thabaqat, bahwasanya Umar bin Abdul Aziz apabila berkhutbah di atas mimbar kemudian dia khawatir muncul perasaan ujub di dalam hatinya, dia pun menghentikan khutbahnya. Demikian juga apabila dia menulis tulisan dan takut dirinya terjangkit ujub maka dia pun menyobek-nyobeknya, lalu dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari keburukan hawa nafsuku.” (al-Fawa’id, hal.146)

246. Imam Syafi’i pernah bersyair: “Seseorang jika telah beriman dan bersifat wara’, Maka sifat wara’nya akan menghalanginya mencari aib manusia, Seperti orang yang sakit akan disibukkan dengan dirinya, Daripada memikirkan penyakit manusia lainnya. (Diwan Imam Asy-Syafi’i, hal.56)

247. Imam Syafi’i berkata: “Kalau engkau mengkhuatirkan sikap ujub atas amal yang engkau lakukan, maka ingatlah redha siapa yang menjadi tujuanmu, kenikmatan mana yang engkau harapkan, dan dari siksa mana yang engkau hindarkan. Kerana barangsiapa yang mengingat hal itu, maka amal-amalnya akan nampak kecil di mata.” (Siyar A’lam An-Nubala’: 10/42)

248. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Tidak ada jiwa yang bebas dari hasad. Hanya saja orang yang mulia dapat menyembunyikannya, sedangkan orang yang hina menampakkannya.” (Majmu’ al-Fatawa: 10/124)

249. Hafshah binti Sirrin mengatakan, “Ibu dari Muhammad bin Sirin sangat suka celupan warna untuk kain. Jika Muhammad bin Sirrin memberikan kain untuk ibunya, maka beliau belikan kain yang paling halus. Jika hari raya tiba, Muhammad bin Sirrin mencelupkan pewarna kain untuk ibunya. Aku tidak pernah melihat Muhamad bin Sirrin bersuara keras di hadapan ibunya. Apabila beliau berkata-kata dengan ibunya, maka beliau seperti seorang yang berbisik-bisik. (Siyar A’lam an-Nubala’)

250. Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.” (Mawqi’ At Tafasir, 7/442)

251. “Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.” (Imam al-Qurtubi rhm)

252. Umar bin Abdul Aziz ketika berkhutbah pada hari raya ‘Idul Fithri berkata: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa kerana Allah selama 30 hari, kalian juga solat malam selama 30 hari, dan pada hari ini kalian semua keluar untuk memohon kepada Allah agar amalan kalian diterima. Ketahuilah, dulu sebagian salafus soleh menampakkan kesedihan pada hari raya ‘Idul Fithri, kemudian ditanyakan padanya: ‘Bukankah hari ini hari kegembiraan dan kebahagiaan?’. Maka dia menjawab: ‘Benar, namun aku hanyalah seorang hamba yang Allah memerintahkanku untuk beramal, akan tetapi aku tidak mengetahui apakah amalku (selama Ramadhan) diterima Allah atau tidak?”. (Latha’if al-Ma’arif: 376)

253. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Ikhlas dan tauhid ibarat sebatang pokok dalam hati manusia, cabangnya adalah amal perbuatan (yang mulia), sedang buahnya adalah kehidupan yang bahagia di dunia dan kenikmatan yang abadi di akhirat. Sedangkan syirik, dusta, dan riya' adalah juga ibarat pokok di dalam hati manusia. Buahnya di dunia ini adalah rasa takut, gelisah, hati yang sempit dan gelapnya hati. Sedangkan buahnya di akhirat adalah zaqqum (nama makanan ahli neraka) dan azab yang abadi. (Bada’iul Fawa’id: 214)

254. Bakar bin Abdillah al-Muzani berkata: “Jika kamu melihat orang yang lebih tua, katakanlah: ‘Orang ini lebih dulu mendahuluiku dalam beriman dan beramal soleh, maka ia lebih baik dariku’. Apabila kamu melihat orang yang lebih muda, katakanlah: ‘Aku telah mendahuluinya dalam berbuat dosa dan maksiat, maka dia lebih baik dariku’. Dan jika engkau melihat sahabat-sahabatmu menghormati dan memuliakanmu, maka katakanlah: ‘Ini adalah keutamaan yang akan dihisab nantinya’. Sedangkan apabila engkau melihat sahabat-sahabatmu tidak menghormatimu, maka katakanlah: ‘Ini akibat dosa yang telah aku lakukan’.” (Shifatush Shafwah: 3/248)

255. Sufyan ats-Tsauri berkata: “Pelajarilah ilmu dan jagalah kehormatannya. Janganlah engkau campur baurkan ia dengan hal-hal yang bersifat senda gurau sehingga hati manusia akan mengingkarinya. Jagalah itu semua agar manusia bersikap hormat kepadanya.” (Shaidul Khatir, Imam Ibnu Al-Jauziy)

256. Hindarkan maksiat dan derhaka, kerana maksiat menghapuskan pahala sujudmu dan mengeluarkanmu daripada ketenteraman. Maksiat adalah kenikmatan sesaat yang membuahkan penderitaan seribu tahun. (Al-Fawaid, Imam Ibn Qayyim Al-Jawziyyah)

257. Hasan al-Bashri berkata: “Diantara tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah Dia akan menjadikan hamba tersebut sibuk dalam perkara yang tidak bermanfaat sebagai bentuk penghinaan baginya.” (Jami’ul Ulum wal Hikam: 1/294)

258. Ali bin Al-Hasan berkata: “Aku hairan dengan orang yang sombong dan suka membanggakan diri, padahal kemarin dia hanyalah setitis mani dan esok ia menjadi bangkai. Aku juga sangat hairan dengan orang yang bertungkus lumus bekerja untuk dunia yang sementara, tetapi lalai bekerja untuk akhirat yang kekal selamanya.” (Shifatush Shafwah: 2/95)

259. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: “Apabila perkataan tidak senonoh keluar daripada mulut musuhmu, janganlah kamu membalasnya dengan perkataan yang sama. Sesungguhnya mewariskan permusuhan adalah warisan yang tercela.” (Al-Fawaaid)

260. Berkata Imam Ibnu Qudamah dan Imam al-Ghazali: “Puasa ada 3 tingkatan: 1. Puasa Umum, menahan lapar, dahaga, syahwat. 2. Puasa Khusus, menahan lisan, tangan, kaki, mata, telinga dari dosa. 3. Puasa Paling khusus, hatinya puasa dari dunia, dan hal yang menjauhkan diri dari Allah dan selain Allah.” (Minhajul Qosidin Hal.55, Ihya' 1/324 )

261. Berkata al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah: “Barang siapa yang puasa dari syahwat dunia maka dia akan menemukannya di syurga, barang siapa yang berpuasa dari selain Allah maka Idul Fitrinya dia akan bertemu Allah.” (Latho'iful Ma'arif, hal.299)

262. Berkata al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah: “Ketika Imam Abdullah bin Ghalib dimakamkan maka urukan tanahnya berbau harum kemudian seseorang bermimpi ketemu beliau dan ditanyakan mengapa tanah kuburan Imam menjadi harum? maka beliau berkata: “Itu disebabkan kerana banyak baca al-Qur'an dan puasa.” (Latho'iful Ma'arif, hal.86 )

263. Berkata al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah: “Berbahagialah orang yang selalu lapar (puasa) untuk meraih hari yang mengenyangkan besar, berbahagilah orang yang selalu dahaga, untuk meraih hari yang tidak ada lagi kedahagaan, berbahagialah seseorang yang meninggalkan syahwat dunia demi memperoleh yang dijanjikan yang tidak terlihat.” (Latho'iful Ma'arif, hal.83)

264. Berkata Abu Darda' Radhiallahuanhu: “Yang paling aku takuti kelak pada hari kiamat ketika Allah memanggilku dihadapan seluruh makhluk, Allah berfirman: “Wahai Umair! Adakah kamu mengamalkan ilmu yang kamu ketahui.” (Fathul Bari: 1/110, Tsamrotul Ilmil Amal: hal.16)

265. Berkata Imam Malik bin Dinar rahimahullah: “Seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya maka hilang sentuhan hati nasihatnya seperti hilangnya titisan air yang jatuh di suatu tempat.” (al-Iqtidho', hal.97)

266. Berkata Imam as-Syafii rahimahullah: “Dan aku mengakui hak salafus soleh yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan memegang dengan keutamaan-keutamaan mereka, dan aku menahan diri dari perkara yang mereka perselisihkan baik yang kecil atau besar.” (al-Amru Bil Ittiba', hal.34)

267. Seorang salafus soleh bersyair: “Telah kamu lewati waktu dan hari-harimu kamu hasilkan penuh dosa, telah datang utusan kematian sedang hatimu lalai, kesenanganmu di dunia hanyalah tipuan dan penyesalan dan hidupmu di dunia akan hilang dan binasa.” (Irsyadul Ibad Lil Isti'dadi yaumil Ma'ad, hal.9)";

268. Berkata Abul Atahiyyah dalam sya'irnya: “Aku tidak tahu, jika aku renungkan usiaku, bisa jadi saat pagi hari aku tidak akan jumpa petang hari, tidakkah engkau lihat setiap pagi hari umurmu lebih pendek dari pagi kemarin.” (Jami'ul Ulum Wal Hikam, no.40)

269. Berkata Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah: “Kita bergembira dengan hari-hari yang kita lalui, setiap hari yang lewat, mendekatkan diri dari ajal, maka beramallah untuk dirimu sebelum mati dengan sungguh-sungguh dan jangan main-main, sesungguhnya kerugian dan keuntungan ada dalam amal.” (Thobaqotul auliya' 1/45, Tarikh Dimasyqy 48/451)

270. Berkata Imam as-Syafii rahimahullah : “Aku hairan melihat orang yang banyak tertawa padahal kematian selalu mencarinya.” (Diwan, hal.54)

271. Berkata al-Hafidz Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah: “Ya Allah, Jadikanlah akhir amalku dengan kebaikan, dan jadikanlah akhir umurku dengan kebaikan.” (Latho'iful Ma'arif, hal.579)

272. Berkata Luqman kepada anaknya: “Wahai anakku! Jangan engkau tunda taubat, sesungguhnya mati datang tiba-tiba, dan jangan engkau mengharap akherat tanpa amal, dan jangan engkau tunda taubat dengan banyak lamunan.” (Latho'iful Ma'arif, hal. 584)

273. Berkata Sa'ad al-Khair al-Anshari as-Syahid Badar Radhiallahuanhu: “Wahai anakku putuskanlah apa yang ada di tangan manusia kamu akan kaya, dan jangan mencari apa yang ada di sisi manusia itu adalah suatu kemelaratan, dan jauhilah perbuatan yang salah, dan solatlah seakan-akan kamu tidak solat lagi.” (HR. Abu Dawud, no.337)

274. Hassan bin 'Athiyyah rahimahullah berkata: Dua raka'at yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan (sunnah) Rasulullah sallahu 'alaihi wasallam, lebih baik daripada tujuh puluh rakaa'at yang dilaksanakan tidak sesuai dengan sunnah.";

275. Imam Nawawi rahimahullah berkata: Tidak disyaratkan untuk orang yang mahu menyuruh amal ma'ruf dan nahi mungkar itu, dirinya sempurna. (Syarah Sahih Muslim)

276. Nisbatun nubuwah ialah apa yang ada dalam fikir Rasulullah s.a.w, Allah letak dalam fikiran kita. Apa yang ada dalam hati Rasulullah s.a.w, Allah letak dalam hati kita. Sehingga risau nabi jadi risau kita, sayang nabi kepada umat juga sayang kita kepada umat. Malam kita seperti malam Rasulullah s.a.w, siang hari kita seperti siang Rasulullah s.a.w.

277. Ibnu Qayyim al- Jauziyyah rahimahullah berkata: Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (kerosakan dan penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah hilang, keletihan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tiada akhirnya. (Ighatsatul Lahfan, hal. 83-84, Mawaaridul amaan)

278. Sesungguhnya orang yang paling dermawan di dunia adalah orang yang menunaikan hak-hak Allah Swt, walaupun orang lain melihatnya sebagai orang kikir dalam hal lain. Dan sesungguhnya orang yang paling kikir di dunia adalah orang yang kikir terhadap hak-hak Allah Swt, walaupun orang lain melihatnya sebagai orang yang dermawan dalam hal lain. (Wahab bin Munabbih)

279. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menukil ucapan ‘Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu: “Tidaklah turun musibah kecuali dengan sebab dosa dan tidaklah musibah diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali dengan bertaubat.” (Al-Jawabul Kafi, hal.118)

280. Hidup ini ibarat membuka lembaran sebuah buku. Makin banyak lembaran yang kita buka, makin sedikit lembaran yang tersisa. Akhirnya lembaran itu pun akan habis. Begitulah perjalanan kita menuju ajal. - Tamthil

281. Hasan al-Bashri berkata: “Seorang mukmin semestinya bersedih setiap pagi dan petang, dan tidak ada yang lebih baik baginya selain itu. Itu kerana dirinya senantiasa dihimpit dua kekhuatiran: Dosanya di masa lalu yang dia tidak tahu apa balasan Allah terhadapnya, dan umurnya yang masih tersisa yang dia tidak tahu dosa apa yang bakal diperbuatnya.” (Hilyatul Auliya’: 1/264)

282. Imam al-Ghazali berkata: “Sesungguhnya aktivitas amar makruf nahi mungkar adalah poros(puncak) yang paling agung dalam agama. Karena aktivitas inilah Allah mengutus para nabi seluruhnya. Seandainya umat Islam mengkerdilkan amar makruf nahi mungkar, tidak mau memahami dan mengamalkannya, tentu akan berhenti nubuwwah ini; kesesatan akan tersebar luas, kebodohan akan menjadi hal yang lumrah, kerusakan akan merajalela, pelanggaran akan semakin meluas, negeri-negeri akan hancur, dan manusia akan binasa.” (Ihyâ’‘Ulûm ad-Dîn, 2/306)

283. Berkata Ibnu Mas'ud dan Mu'adz bin Jabbal Radhiallahuanhuma: “Duduklah bersama kami sesaat untuk menambah iman kita.” (at-Taudhih wal Bayan Lisyajarotil Iman, hal.38)

284. Menunda-nunda perbuatan baik adalah salah satu tentera di antara bala tentera Iblis yang telah membinasakan ramai orang. (Abu al-Jald)

285. Yahya bin Abi Katsir berkata: “Ilmu tidak dapat diperoleh dengan bersantai-santai.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi: 1/91)

286. Imam Syafi’i berkata: “Seseorang tidak akan mencapai hasil dalam bidang ini sampai kefakiran menimpanya, dan dia mendahulukan ilmu atas segala sesuatunya”. (Siyar A’lam an-Nubala: 10/89)

287. Abdurrahim bin Ali al-Qadhi (wafat 596 H) dalam suratnya yang ia tujukan kepada Al 'Imad al-Asbahani, beliau berkata: “Kulihat setiap orang yang menulis sebuah buku, esoknya selalu mengatakan: 'Andaikan bagian ini diubah tentu lebih baik, andaikan bagian ini ditambahkan tentu lebih bagus, andaikan bagian ini didahulukan tentu lebih pas, dan andaikan bagian ini dibuang tentu lebih indah'. Ini merupakan pelajaran dan bukti kekurangan yang selalu ada pada diri manusia.” (At-Tajwid wa Ulumul Qur'an: 33)

288. Imam al-Auza'i rahimahullah ditanya tentang iman, apakah bertambah dan berkurang? Beliau berkata: “ Ya, bertambah seperti gunung dan berkurang sampai hilang dan tidak tersisah.” (at-Taudhih wal Bayan Lisyajarotil Iman, hal.38)

289. Mughirah berkata: “Sesungguhnya aku merasa puas dalam hal membatasi pembicaraanku, sebagaimana kalian merasa puas dengan banyak berbicara.” (Al-Jami’ li Akhlaqi ar-Rawi wa Adabi as-Sami’: 736)

290. Syuraih al-Qadhi yang berkata: “Rombongan yang berangkat haji banyak, tetapi orang yang haji sedikit. Betapa banyak orang yang mengerjakan kebaikan, tetapi sangat sedikit orang yang meniatkan ikhlas mengharap redha-Nya.” (Lathaif al-Ma’arif: 419-120)

291. Ibnu ‘Aun berkata: “Janganlah engkau merasa selamat dengan banyaknya amal, kerana sesungguhnya engkau tidak tahu apakah amalmu diterima atau tidak. Dan janganlah engkau merasa aman dari dosa-dosamu, kerana sesungguhnya engkau tidak tahu apakah dosa-dosamu diampuni atau tidak.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam: 1/174)

292. Imam Ibnul Qayyim berkata: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit, dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekadar gambaran ini.” (Syifa’ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil: 452)

293. Urwah bin Zubair berkata: “Sesungguhnya aku benar-benar berdoa kepada Allah meminta segala keperluanku, sampai-sampai dalam perkara garam.” (Al-Fawakih ad-Dawani Syarh Risalah Ibn Zaid al-Qirwani: 1/211)

294. Abu Ja’far al-Balkhi berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa Abu Hanifah dulu jika ia mendapat kesulitan atau ragu-ragu dalam suatu permasalahan, maka ia berkata kepada sahabat-sahabatnya: ‘Tidaklah ini terjadi melainkan kerana dosa yang telah aku perbuat’. Lalu beliau beristighfar, dan kadang-kadang beliau berwudhu dan melakukan solat dua rakaat lalu beristighfar, maka setelah itu selesailah masalahnya. Beliau berkata: ‘Aku selalu menggantungkan harapanku kepada Allah, dan meyakini bahwasanya Dia mengampuni dosa-dosaku, sehingga aku dapat menyelesaikan masalah yang kuhadapi.” (‘Uqud al-Juman fi Manaqib al-Imam al-A’zham Abu Hanifah an-Nu’man: 228-229)

295. Imam Nawawi menceritakan bahawa Abu Ishaq asy-Syirazi (pengarang kitab Muhadzdzab) tidaklah membahas suatu masalah melainkan sebelumnya beliau memohon pertolongan (isti’anah) kepada Allah. Selain itu tidaklah beliau menulis suatu permasalahan melainkan diawali dengan solat beberapa rakaat terlebih dahulu untuk meminta petunjuk kepada Allah. (Muqaddimah al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: 1/15)

296. Berkata Ibnu Hazm: “Apabila orang yang mencegah dari perbuatan keji mesti orang yang tidak memiliki kesalahan, dan orang yang memerintah kepada kebaikan mesti orang yang selalu mengerjakan kebajikan, maka tidak ada seorangpun yang mencegah dari yang munkar dan tidak ada seorang pun yang mengajak kepada kebaikan setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an: 1/367)

297. Imam Nawawi berkata: “Para ulama menyatakan bahawa tidak disyaratkan pada orang yang mengajak kepada kebaikan atau orang yang mencegah dari kemungkaran untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal. Tetapi, ia mesti tetap mengajak kepada kebaikan walaupun ia memiliki kekurangan dalam hal yang ia ajak kepadanya, dan ia tetap mencegah kemungkaran walau ia terkadang mengerjakan apa yang ia cegah. Kerana sesungguhnya wajib pada dirinya dua perkara iaitu: mengajak dirinya sendiri ke arah kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, dan mengajak orang lain ke arah kepada kebaikan dan mencegah mereka dari yang mungkar. Tidak boleh ia melalaikan salah satu dari dua perkara tersebut.” (Syarah Shahih Muslim: 2/23)

298. Ibrahim an-Nakha'i berkata: “Sesungguhnya aku mendapatkan jiwaku membisikkan kepadaku agar mengatakan sesuatu. Tidaklah ada yang mencegahku dari mengatakannya melainkan kekhuatiranku akan tertimpa seperti yang kuucapkan.” (Dzamm al-Baghyi: 56)

299. Auf bin Nu’man radhiyallahu 'anhu pernah berkata: “Di zaman jahiliyah, seseorang lebih baik mati dalam keadaan kehausan daripada ia mengingkari janji.” (Adab al-Imla wal Istimla: 41, Tajrid Shahabah: 429)

300. Amr bin Harits berkata: “Di zaman salafus soleh, aku jumpai orang yang berjanji pasti ia memenuhinya. Tapi di zaman sekarang aku merasa lelah dengan orang yang berjanji tapi mengingkarinya.” (Uyun al-Akhbar: 3/145)

301. Sulaiman bin Dawud berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, apabila engkau berjanji maka janganlah engkau mengingkarinya. Kerana mengingkari janji dapat mengubah rasa cinta menjadi rasa benci.” (Adab al-Imla wal Istimla: 41)

302. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: “Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sufyan al-Mustamli, dia berkata: Aku pernah bertanya kepada bapakmu, Ahmad bin Hanbal: 'Bagaimana engkau dapat mengetahui seseorang itu termasuk pendusta?' Beliau menjawab: 'Dari janji-janji mereka'.” (Ma'alim fi Thariq Thalab al-Ilmi: 164)

303. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah menuturkan: “Ketahuilah, perumpamaan sabar dengan iman seperti kepala dengan badan. Jika kepalanya terpotong maka binasalah badannya.” (Uddatush Shabirin: 95)

304. Berkata Al-Hasan: “Sabar adalah perbendaharaan syurga yang tidak diberikan Allah kecuali bagi hamba yang mulia di sisi-Nya.” (Uddatush Shabirin: 95)

305. Umar bin Khattab radhiallahuanhu berkata: “Kami mendapati keutamaan hidup dengan bersabar. Kalaulah sabar itu adalah seorang lelaki maka tentulah ia sangat mulia.” (Uddatush Shabirin: 95)

306. Al-Imam Ibnu Hazm berkata: “Aku berusaha meneliti sesuatu yang dicari oleh semua orang. Ternyata kudapatkan semua orang mencari: ketenangan hidup dan hilangnya kegelisahan.” (Mudawah an-Nufus: 76).

307. Imam Asy-Syaukani menjelaskan maksud ayat “kehidupan yang baik” adalah kebahagiaan hidup di dunia. Dan kebahagiaan di akhirat dijelaskan pada ayat selanjutnya (QS. An-Nahl: 97): “Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Fathul Qadir: 3/297)

308. Imam Ibnul Qayyim berkata mengenai ayat (QS. An-Nahl: 97): Ini adalah berita gembira dari Yang Maha Benar. Dia memberitahu hamba-Nya bahwa sesungguhnya orang yang beramal soleh akan dihidupkan Allah dengan kehidupan yang baik menurut kadar amal dan imannya. Selanjutnya beliau berkata: Maka Allah Taala mengkhabarkan kebahagiaan orang yang berilmu dan beramal soleh. Di dunia dijamin hidupnya bahagia, dan di akhirat mendapatkan balasan yang lebih baik pula. (Badai'ut Tafsir: 3/51)

309. Ibrahim bin Adham berkata: “Seandainya para raja dan anak-anak raja mengetahui kenikmatan hati kami, niscaya mereka akan merebutnya walaupun dengan menebas kami dengan pedang-pedang mereka.” (Hilyatul Auliya': 7/370)

310. Al Imam Ibnu Hazm (wafat 456 H) berkata: “Adapun celaan manusia, kalau memang benar maka hal itu dapat mencegahnya dari perbuatan tercela. Namun apabila celaannya tidak benar dan dia sabar, bererti dia mendapatkan keutamaan sabar dan akan mengambil pahala kebajikan orang yang mencelanya, sehingga dia akan menuai pahala kelak di hari kiamat dengan perbuatan yang tidak memberatkan pula.” (Mudawah an-Nufus wa Tahdzib al-Akhlaq: 80)

311. Al Imam Ibnu Hazm (wafat 456 H) berkata: Seseorang yang mencermati dengan saksama -sekalipun pahit rasanya- akan mengetahui bahwa celaan manusia kepadanya justeru lebih baik daripada pujian mereka. Kerana pujian manusia dapat membuatnya lupa diri dan menimbulkan ujub yang akan merosak keutamaannya. (Mudawah an-Nufus wa Tahdzib al-Akhlaq: 80)

312. Ibnu Buraidah berkata: Aku melihat Ibnu Abbas radiallahu 'anhu memegang lidahnya sambil berkata: “Celaka kau lidah, ucapkanlah kebaikan, nescaya kau beruntung. Dan jangan kau ucapkan ucapan yang buruk, nescaya kau selamat. Jika tidak demikian, maka engkau akan menyesal.” Bahkan Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu pernah bersumpah bahawa tidak ada di dunia ini sesuatu yang paling perlu dipenjara dalam waktu yang lama melebihi lisan. (Jami'ul Ulum wal Hikam: 241, 244)

313. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata: “Ciri ilmu yang bermanfaat diantaranya sedikit berbicara, kerana takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnya sedikitnya perkataan orang-orang terdahulu (salafus soleh) bukanlah kerana mereka tidak mampu untuk berbicara banyak, tetapi lebih disebabkan kerana mereka memiliki sifat wara' dan takut kepada Allah Ta'ala.” (Fadhlu Ilmi Salaf 'ala Ilmi Khalaf)

314. Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Ketahuilah, setiap orang yang telah dewasa dan mukallaf seharusnya menjaga lisannya dari segala bentuk perkataan, yakni tidaklah ia berkata kecuali perkataan yang betul-betul mengandungi manfaat. Jika manfaat yang terkandung sama diantara ia diam atau berbicara, maka tindakan yang sesuai sunnah adalah sebaiknya ia memilih diam. Kerana terkadang ucapan yang mubah, lambat-laun akan mengantarkan untuk mengucapkan kata-kata yang haram atau makruh. Kejadian seperti itu banyak terjadi. Sedangkan selamat dari mengucapkan sesuatu yang haram merupakan harta yang tidak ternilai.” (Al-Adzkar: 284)

315. Syair As-Safarini dalam Gidzaaul Al Baab (II/233), ia berkata: “Sebaik-baik dan paling sempurnanya akhlak seorang pemuda, adalah kerendahan hatinya kepada manusia padahal kedudukannya mulia.”

316. Ibnul Mubarak pernah mengingatkan: “Jadilah engkau orang yang tawadhu' dan tidak menyukai akan menjadi terkenal. Namun janganlah engkau pura-pura tawadhu' sehingga engkau menjadi riya'. Sesungguhnya mengaku diri sebagai orang yang tawadhu' justeru mengeluarkanmu dari ketawadhu'an, kerana dengan caramu tersebut engkau telah menarik pujian dan sanjungan manusia.” (Shifatush Shafwah: IV/137)

317. Abu Bakr r.a berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah dilantik menjadi pemimpin kamu, bukanlah aku yang terbaik dalam kalangan kamu. Jika aku betul, tolonglah aku. Jika aku salah, betulkanlah aku. Taatlah aku selagi aku taatkan Allah dan RasulNya. Jika aku derhakakan Allah dan RasulNya, maka tiada ketaatan untukku.” (Al-Kamil fi al-Tarikh: 1/361)

318. Berkata Fudhoil bin 'Iyaadh: “Kalau seandainya aku memiliki sebuah doa yang mustajab (dikabulkan) maka aku akan mendoakan untuk kebaikan Imam (pemimpin) kerana baiknya imam merupakan kebaikan bagi negeri dan masyarakat.” (As-Siyar, 8/434)

319. Berkata Fudhail bin 'Iyaadh: “Telah sampai berita kepadaku bahawasanya para ulama dahulu jika mereka menuntut ilmu maka mereka mengamalkannya, dan jika mereka beramal maka mereka menjadi sibuk (beramal), dan jika mereka sibuk maka mereka tidak nampak, dan jika mereka tidak nampak maka mereka pun dicari-cari, dan jika mereka dicari-cari maka mereka pun lari menghindar.” (As-Siyar, 8/439-440)

320. Abu Qilabah berkata: “Apabila engkau mendengar khabar yang menceritakan keburukan saudaramu, maka carilah alasan agar tetap bersangka baik kepadanya. Jika engkau tidak dapatkan apa-apa alasan, maka katakanlah pada dirimu: Mungkin saudaraku itu memiliki alasan yang aku tidak mengetahuinya.” (Shifatush Shafwah)

321. Ibnul Mubarak (wafat 181 H) pernah meminjam pena kepada seseorang ketika ia berada di negeri Syam. Lalu beliau lupa mengembalikannya, dan pena itu ikut terbawa ketika ia meninggalkan Syam. Waktu Ibnu Mubarak telah sampai di Antokia(wilayah di Turki), beliau baru teringat bahawa dirinya belum mengembalikan pena tersebut kepada pemiliknya. Kemudian beliau kembali ke Syam dengan berjalan kaki untuk mengembalikan pena tersebut. (Asna al-Mathalib fi Shilah al-Arham wa al-Aqarib: 279)

322. Thalq bin Habib rahimahullah mengatakan: “Taqwa adalah kamu mengerjakan ketaatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah dengan mengharap pahala dari Allah, dan kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah disertai rasa takut akan siksaan dari Allah.” (Tafsir al-Qur'an al-'Azhim: 6/222)

323. Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata: “Sesungguhnya orang yang berbahagia itu adalah yang mengambil ikhtibar daripada kejadian yang menimpa orang lain.” (al-Fawa'id, hal.140)

324. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Carilah hatimu pada tiga tempat, ketika mendengarkan bacaan al-Qur’an, pada saat berada di majelis-majelis dzikir/ilmu, dan saat-saat bersendirian. Apabila kamu tidak berhasil menemukannya pada tempat-tempat ini, maka mohonlah kepada Allah untuk mengaruniakan hati kepadamu, kerana sesungguhnya kamu sudah tidak memiliki hati -yang hidup- lagi.” (al-Fawa'id, hal. 143)

325. Imam Malik mengatakan: “As Sunnah adalah seperti perahu Nabi Nuh. Barang siapa yang menaikinya maka dia akan selamat. Dan barang siapa yang tertinggal darinya maka dia akan tenggelam.”

326. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Hasad adalah sekadar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.” (Amrodhul Qulub wa Syifauha, hal. 31)

327. Umar bin Abdil Aziz mengatakan: “Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerosakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan.” (Al Amru bil Maruf: 15)

328. Al-Qadhi mengatakan: “Orang yang berilmu diumpamakan seperti bulan dan abid (ahli ibadah) diumpamakan seperti bintang kerana kesempurnaan ibadat dan cahayanya tidaklah muncul dari abid. Sedangkan cahaya orang yang berilmu berpengaruh pada yang lainnya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/376)

329. Ibnu Mas'ud berkata: “Rasa takut kepada Allah Ta'ala, sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahawa Allah tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup dikatakan sebagai kebodohan.” (Mushannaf Ibni Abi Syaibah, no. 34532)

330. Al Fudahil bin Iyadh berkata: “Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga).” (Az Zuhd-Al Baihaqi)

331. Imam Hasan al-Bashri berkata: “Orang mukmin bersangka baik kepada Rabb-nya (Allah Ta'ala) maka dia pun memperbaiki amal perbuatannya, sedangkan orang-orang kafir dan munafik bersangka buruk kepada Allah maka mereka pun memperburuk amal perbuatan mereka.” (Tafsir Imam Ibnu Katsir, 4/121)

332. Syeikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah menyatakan: “Di antara sebab dan faktor pendorong keimanan adalah tafakur kepada alam semesta berupa penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhluk penghuninya dan meneliti diri manusia itu sendiri beserta sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah faktor pendorong yang kuat untuk meningkatkan iman.”

333. Berkata Imam Syafi'i rahimahullah: “Semua orang senang pada wanita, tetapi mereka berkata: Mencintai wanita adalah awal sebuah derita. Bukan wanita yang membuat menderita, tapi mencintai wanita yang tidak mencintaimu itu yang membuat penderitaan bagimu.” (Diwan, hal. 12)

334. Imam Syafi’i pernah mengatakan: “Aku pernah meminum air zam-zam untuk 3 permohonan: Pertama, agar aku dijadikan pandai dalam memanah, maka permohonanku dikabulkan sehingga tidak ada sasaranku yang meleset, kedua agar aku dikaruniai ilmu, sehingga keadaanku seperti yang kalian lihat dan ketiga agar aku dapat masuk surga. Aku berharap semua itu dapat tercapai.” (Al-Jawahir wa ad-Durar: 79)

335. Ali bin Abdurrahman bin Hudzail berkata: “Ketahuilah, bahawa membaca kisah-kisah dan sejarah-sejarah tentang orang yang memiliki keutamaan akan memberikan kesenangan dalam jiwa seseorang. Kisah-kisah tersebut akan melegakan hati serta mengisi kehampaan. Membentuk watak yang penuh semangat dilandasi kebaikan, serta menghilangkan rasa malas.” ('Ainul Adab wa As-Siyasah: 158)

336. Syaikh Ibnu Jibrin berkata: “Pada umumnya, barangsiapa yang menghafal dengan cepat tanpa mengulanginya maka ia akan cepat lupa. Dan sungguh kebanyakan penuntut ilmu zaman dahulu mencurahkan kesungguhan dalam mengulang bacaan. Sampai-sampai salah seorang dari mereka membaca satu kitab sebanyak 100 kali sehingga melekat dalam benaknya.” (Kaifa Tathlub al-‘Ilm: 31)

337. Fakhruddin ar-Razi (wafat 606 H), beliau berkata: “Demi Allah, aku sangat menyayangkan terlewatnya kesempatan menyibukkan diri dengan ilmu pada saat makan. Sesungguhnya waktu amat sangat berharga.” (Uyun Al Anba’ fi Thabaqat Ath-Thiba’: 2/34)

338. Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu pernah bersumpah bahawa tidak ada di dunia ini sesuatu yang paling perlu dipenjara dalam waktu yang lama melebihi lisan. (Jami’ul Ulum wal Hikam: 241, 244)

339. Dari Abdullah bin al-Qasim, ia berkata: “Kerana menuntut ilmu, membuat Imam Malik membongkar rumahnya dan menjual kayunya. Setelah itu kemuliaan mendekatinya.” (Tartib al-Madarik: 1/130)

340. Diriwayatkan dari Utsman RadialLahu'anhu: “Bingung dalam memikirkan perkara dunia akan menjadikan hati gelap, sedangkan bingung memikirkan akhirat akan menjadikan hati terang.” (Nashaihul 'Ibad, Imam Nawawi)

341. Berkata Imam Malik rahimahullah: “Ilmu itu bukanlah pada banyaknya riwayat hadis, tetapi ilmu itu ialah cahaya yang dijadikan oleh Allah SWT di dalam hati.” (Jami’ bayan ilm: 1/57)

342. Abdullah Ibnu Mas’ud pernah berkata: “Sesuatu itu dianggap sebagai Ilmu bukanlah disebabkan kerana banyaknya riwayat tetapi ilmu itu ialah apabila (membawa manusia) takutkan Allah.” (Jami bayan Ilm: 2/58)

343. Imam Al-Barbahari mengatakan Islam adalah as-Sunnah dan as-Sunnah adalah Islam, dan salah satunya tidak dapat berdiri dengan sendiri. Maka, sesiapa yang berpegang dengan as-Sunnah dialah yang melazimi al-Jama’ah (termasuk dalam Jama’ah). (Sharhus Sunnah, hal. 65)

344. Imam Ibnu Rejab Al-Hambali menyebut tentang Ahlul Sunnah sebagai: “Jalan yang dilalui oleh Nabi salallahualaihiwasalam dan yang diikuti oleh para sahabatnya yang terselamat daripada syubhat dan syahwat.” (Kaysful Kurbah, hal.15)

345. Tidak ada sesuatu yang lebih sulit aku ubati selain dari hawa nafsuku sendiri. Terkadang aku berhasil mengalahkannya, tetapi di lain waktu ia berhasil mengalahkanku. (Sufyan ats-Tsauri)

346. Imam Asy-Syafi'i berkata: “Aku ingin seandainya manusia menimba ilmu dariku dan tidak menisbatkan ilmu itu sedikitpun kepadaku.” (Shifatush Shafwah: 1/234)

347. Imam Asy-Syafi'i berkata: “Aku ingin setiap ilmu yang kuajarkan kepada manusia membuatku mendapat pahala dan aku tidak ingin pujian keatasnya.” (Hilyatul Auliya: 9/118)

348. Umumiat ialah setiap orang jadi daie. Apabila usaha dakwah dilakukan secara umumiat, pintu orang masuk Islam terbuka luas dan pintu untuk orang Islam keluar dari Islam tertutup rapat. Bila usaha dakwah tidak dijalankan, pintu untuk orang Islam keluar Islam terbuka luas dan pintu untuk orang bukan Islam masuk Islam tertutup rapat. - Maulana Muhammad Saad

349. Berkata Abu Darda’ dan Abdullah bin Rawahah Radhiallahuanhuma: “Iman itu seperti gamis, kadang dipakai kadang dilepas.” (al-Iman, no.30)

350. Kebaikan menghidupkan cahaya dalam hati dan kekuatan dalam beramal. Sedangkan keburukan menyebabkan kegelapan dalam hati dan kelemahan dalam beramal. (al-Mu'tamir bin Sulaiman at-Taimi)

351. Berkata Hasan Al-Bashri rahimahullah: “Sungguh, engkau bagaikan sekumpulan hari. Apabila satu hari berlalu darimu, maka berlalu pula sebahagian (umur)mu.” (Hilyatul Auliya', 2/148)

352. Berkata Abu Hurairah radhiallahuanhu: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah kenyang dari suatu makanan yang enak lebih dari 3 hari sampai beliau berpisah dengan dunia.” (Shiffatus Shoffah 1/195)

353. Berkata Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah: “Para ulama' salafus soleh dahulu mengatakan bahawa banyaknya maksiat seseorang kepada Allah akan menyebabkan hilang akalnya dan ini kenyataan, al-Qur'an, kematian, neraka tidak dapat memberi nasihat dan tidak berpengaruh pada dirinya.” (ad-Da' wad-dawa', hal.147)

354. Barangsiapa menasihati saudaranya secara rahsia, maka ia telah menasihatinya dan menghiasinya. Dan barangsiapa yang menasihati saudaranya secara terang-terangan (di hadapan orang banyak), maka ia telah mencemarkan nama baiknya dan mengkhianatinya. (Imam asy-Syafi'i)

355. Hasan Basri rahimahullah mengatakan : “Barang siapa yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran maka dialah khalifatullah di bumi, dan dialah khalifaturrasul dan dialah khalifatul kitab(al-qur’an).” (Hilyatul-Auliya’)

356. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim, Abdullah ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata: “Barangsiapa yang ingin meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, kerana mereka itu adalah sebaik-baik umat ini, dan sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan berkerja untuk menyebarkan agamaNya. Kerana itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan lurus, demi Allah yang memiliki Ka’bah!” (Hilyatul-Auliya’, 1/305)

357. Jika kelak (pada Hari Kiamat) Allah akan menanyakan kepada orang-orang yang jujur seperti nabi Ismail as dan Isa as (sebagaimana yang disebutkan dalam surah al-Ahzab ayat 7 dan 8) tentang kejujuran mereka, maka bagaimana pula dengan kita yang banyak berdusta? (Fudhail bin 'Iyadh)

358. Syafi'i atau Hambali, Hanafi atau Maliki, apabila azan mereka mendengar azan yang sama dan mereka menuju ke tempat yang sama. - Maulana Mustakim

359. Al-Hasan berkata: “Kalian berangan-angan mendapatkan umur seperti umur umat Nabi Nuh alaihi salam. Padahal kematian mengetuk pintumu setiap malam.” (Az-Zuhd: 47)

360. Seorang salafus soleh menulis surat kepada saudaranya yang isinya: “Wahai saudaraku, engkau bercita-cita akan selamanya hidup di dunia, tetapi ketahuilah sebenarnya engkau hanyalah seorang musafir saja. Engkau berjalan dengan cepat, dan engkau akan disambut oleh kematian. Sementara dunia telah menggulung tikarnya dibelakangmu, melipat umurmu yang telah berlalu dan waktumu tidak bisa diulang lagi.” (Jami’ul Ulum wal Hikam: 381)

361. Abi Hazim Salamah bin Dinar berkata: “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu.” (Hilyatul Auliya': 3/240)

362. “Aku telah tempa jiwaku selama empat puluh tahun hingga ia benar-benar istiqamah.” (Muhammad bin Munkadir)

363. “Menghindari kesalahan lebih ringan daripada bertaubat.” (Abu Muslim Al-Khulani)

364. “Seandainya aku dijadikan butir pasir yang terbang dibawa angin.” (Imran bin Hushain radhiallah 'anhu)

365. “Aku memiliki teman-teman yang membimbingku menuju Allah. Tidak terbersit sedikit pun untuk keluar dari jalan mereka, walaupun aku ditawari dunia dan seisinya.” (Sa'id bin Amir)

366. “Barangsiapa yang lebih meninggikan dirinya, maka ia telah menghinakan agamanya. Dan barangsiapa yang merendahkan dunianya, ia telah meninggikan agamanya.” (Mujahid bin Jubair)

367. “Jika seseorang telah angkuh, riya' dan takjub dengan pendapatnya sendiri, maka telah dekatlah kenistaannya.” (Khalid bin Yazid)

368. “Bukanlah yang menjadikan kemuliaan itu adalah banyaknya harta dan keturunanmu, namun yang menjadikan kemuliaan adalah melimpahnya kemurahan hatimu dan bermanfaatnya ilmumu.” (Salman Al-Farisi)

369. “Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, Allah akan jadikan di dalam hatinya penasihat yang akan memerintahkan dan melarang padanya.” (Muhammad bin Sirin)

370. “Tidak akan ada maruah bagi seorang pendusta, tidak akan ada ketenangan bagi seorang pendengki, tidak ada pemberian bagi si kikir, dan tidak akan ada kemuliaan bagi si buruk perangainya.” (Ahnaf bin Qa'is)";

371. “Demi Allah, tidak satu pun raja yang aku temui, melainkan Allah hilangkan kewibawaan (kehebatan) mereka dari jiwaku.” (Imam Malik)

372. “Amal yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Jika amal itu ikhlas tetapi tidak benar, maka tidaklah diterima. Jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima kecuali jika dilakukan secara ikhlas. Ikhlas ertinya dilakukan kerana Allah. Adapun benar ertinya adalah sesuai dengan sunnah (tuntutan dan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam).” (Fudhail bin 'Iyadh)

373. Berkata Abu Bakar, Umar, dan Ibnu Mas'ud Radhiallahuanhum Ajma'in: “Jika aku benar dalam pendapatku maka itu semata-mata datang dari Allah, dan jika salah pendapatku itu berasal dari diriku dan syaitan. Allah dan RasulNya bebas dari kesalahan.” (al-Fawa'id, hal.297)

374. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (Wafat: 241H) berkata: “Dasar Ahlus Sunnah menurut kami adalah tetap teguh di atas jalan hidup para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan menjadikan mereka sebagai contoh ikutan (qudwah) dalam beragama.” (Ushulus Sunnah, no.1-2)

375. “Sesiapa yang menganggap bahawa dia berasal daripada sesuatu kaum atau sesuatu daerah, dan orang lain berasal daripada sesuatu kaum atau sesuatu daerah yang lain, maka dia seolah-olah telah menyembelih umat ini, menghancur-leburkan serta merosakkan hasil usaha baginda Rasulullah saw dan para Sahabat r.anhum. Apabila terpisah-pisah dan berpecah-belah, kita sendiri telah menyembelih umat ini terlebih dahulu. Yahudi dan Nasrani hanya mengerat umat ini yang sudah tersembelih.” - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

376. Ubay bin Ka'ab berkata: “Seorang mukmin itu berada diantara empat sifat. Jika ditimpa musibah ia bersabar, jika diberi kesenangan ia bersyukur, jika berkata ia jujur, dan jika menghukum ia berbuat adil.” (Hilyatul Auliya', 1/255)

377. “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang merenung sejenak sebelum melakukan suatu amalan. Jika niatnya adalah kerana Allah, maka ia melakukannya. Tapi jika niatnya bukan kerana Allah maka ia mengurungkannya.” (Imam Hasan al-Bashri)

378. Tidaklah datang suatu hari dari hari-hari di dunia ini melainkan ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah hari yang baru, dan sesungguhnya aku akan menjadi saksi (di hadapan Allah) atas apa-apa yang kalian lakukan padaku. Apabila matahari telah terbenam, maka aku akan pergi meninggalkan kalian dan takkan pernah kembali lagi hingga hari kiamat.” (Imam Hasan al-Bashri)

379. “Janganlah kamu tertipu dengan banyaknya amal ibadah yang telah kamu lakukan, kerana sesungguhnya kamu tidak mengetahui apakah Allah menerima amalan kamu atau tidak. Jangan pula kamu merasa aman dari bahaya dosa-dosa yang kamu lakukan, kerana sesungguhnya kamu tidak mengetahui apakah Allah mengampuni dosa-dosa kamu tersebut atau tidak.” (Imam Hasan al-Bashri)

380. “Saya belum menemukan dalam ibadah, sesuatu yang lebih sulit daripada solat di tengah malam.” (Imam Hasan al-Bashri)

381. “Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala.” (Imam Hasan al-Bashri)

382. “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kematian, sakit dan sihat (bagi setiap hamba-Nya). Barang siapa mendustakan takdir maka sesungguhnya ia telah mendustakan al-Qur’an. Dan barang siapa mendustakan al-Qur’an, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah.” (Imam Hasan al-Bashri)

383. “Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, nescaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, kerana kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.” (Imam Hasan al-Bashri)

384. Syaqiq al-Balkhi berkata: “Manusia mengucapkan 3 ucapan yang hanya di mulut sahaja. Mereka berkata: ‘Kami adalah hamba-hamba Allah’, tetapi lihatlah kelakuan mereka bagaikan seorang yang bukan hamba, maka ucapan mereka tidak sama dengan kenyataan. Mereka berkata: ‘Rezeki kita ditangan Allah’, tetapi lihatlah mereka yang tidak tenang kecuali dengan dunia dan mengumpulkan semua harta, maka ucapan inipun menyalahi kenyataan yang ada. Mereka berkata: ‘Kita pasti akan mati’, tetapi perbuatan mereka menunjukkan seolah-olah mereka tidak akan pernah mati, maka ucapan ini juga tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya.” (Mukasyafatul Qulub: 35)

385. 'Aun bin 'Abdillah berkata: “Perumpamaan dunia dan akhirat di hati manusia bagaikan dua sisi timbangan. Jika sisi salah satunya lebih berat, maka sisi lainnya akan menjadi ringan.” (Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha kama Yuqarriruhu Ulama' as-Salaf: 129)

386. Seorang ulama salafus soleh menasihatkan: “Waspadalah terhadap kematian di dunia, sebelum kamu berpindah ke satu negeri yang kamu sangat ingin berjumpa kematian di sana. Sedangkan kamu tidak akan pernah dapat menemukannya!”

387. “Ilmu tanpa adab ibarat api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu ibarat badan tanpa ada ruh.” (Yahya Ibnu Muhammad Zakariya Al Anbary rahimahullah)

388. Ath Thobari mengatakan bahawa makna dari “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.”(QS. Al Hajj:40), iaitu Allah swt pasti menolong orang-orang yang berperang di jalanNya agar kalimatNya tinggi terhadap musuh-musuhNya. Maka makna pertolongan Allah kepada hambaNya adalah bantuanNya kepadanya sedangkan makna pertolongan hambaNya kepada Allah adalah jihad orang itu dijalanNya untuk meninggikan kalimatNya.” (Tafsir At Thobari: XVII/651)

389. Berkata al-Haitsam Bin Jamil: “Sesungguhnya Imam Malik rahimahullah ditanya 50 pertanyaan, maka beliau hanya bisa jawab satu, yang 49 beliau katakan tidak tahu.” (Adabul Fatwa Imam Nawawi, hal.14)

390. “Orang-orang kaya mencintai waktu pada dirinya, harta tidak jadi masalah bagi mereka. Maka pengorbanan yang terbesar adalah meluangkan waktu dan dirinya. Sedangkan orang-orang miskin itu mencintai harta, waktu tidak jadi masalah bagi mereka. Maka pengorbanannya yang terbesar adalah hartanya. Di sinilah di tuntut pengorbanan waktu, diri dan harta di jalan ALLAH.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

391. Abu Nu'aim mengeluarkan dari Qatadah, katanya: Pernah Ibnu Umar ra. ditanya: “Apakah para sahabat Nabi SAW pernah tertawa?.” Jawabnya: “lya, akan tetapi iman yang bersarang di dalam hati mereka lebih memuncak dari tingginya gunung!” (Hilyatul-Auliya', 1:311)

392. Abu Nu'aim mengeluarkan dari Ibnu Umar ra. bahawa dia pernah mendengar seorang lelaki berkata: “Di manakah orang-orang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat?.” Ibnu Umar ra. Ialu menunjukkan makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya: “Apakah engkau bertanya tentang mereka ini?” (Hilyatul-Auliya', 1:307)

393. Abu Nu'aim mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra. katanya: “Barangsiapa yang mahu meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, kerana mereka itu adalah sebaik-baik umat ini, dan sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan berkerja untuk menyebarkan agamanya. Kerana itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan lurus, demi Allah yang memiliki Ka'bah!.” (Hilyatul-Auliya', 1:305)

394. Abu Nu'aim telah mengeluarkan dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: “Sesungguhnya Allah telah memandang pada hati para hambaNya, lalu dipilihnya Muhammad SAW dan dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk dijadikan Rasul. Kemudian Allah ta'ala memandang lagi pada hati manusia sesudah itu, lalu dipilihNya beberapa orang sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai pembantu-pembantu agamaNya, dan sebagai wazir-wazir NabiNya SAW. Tegasnya, apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu baik, maka baiklah dia. Dan apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu buruk, maka buruklah dia dalam pandangan Allah.” (Hilyatul-Auliya' 1:375)

395. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan berita ini dari As-Suddi dalam maksud firman Allah ta'ala: “Kamu adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia...” (Ali Imran: 110). Berkata Umar bin Al-Khatthab ra.: “Jika Allah berkehendak nescaya Dia telah mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala mahu mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW semata dan siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka sahaja, yang bakal menjadi sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.”

396. “Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “Syaitan mengajar mereka supaya meninggalkan dakwah, tidak menjalankan tugas amar makruf dan nahi mungkar dalam rangka berbaik-baik sesama insan, berakhlak baik terhadap mereka dan kononnya melaksanakan firman Allah: “Jagalah diri kamu”. (Ighathah al-Lahfan min Masaid al-Syaitan: 1/130)

397. Menurut Imam al-Qurtubi: “Allah telah menjadikan amar makruf nahi mungkar sebagai garis pemisah di antara orang yang beriman dan orang munafik. Ia menjadi ciri utama orang beriman iaitu amar makruf nahi mungkar. Asas ciri tersebut ialah menyeru kepada Islam.” (Tafsir al-Qurtubi: 4/47)

398. “Al-Rasul S.A.W telah menjalankan kerja dakwah ini. Rasulullah memerintahkan mereka dengan apa yang diperintahkan Allah, melarang mereka dari melakukan perkara yang dilarang Allah, menyuruh mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari segala kemungkaran.” (Majmu’ Fatawa: 15/161)

399. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dakwah kepada Allah ialah menyeru manusia agar beriman dengan Allah serta beriman dengan apa yang telah dibawa oleh para RasulNya, membenarkan apa yang telah diberitakan oleh mereka dan taat kepada perintah mereka.” (Majmu’ Fatawa: 15/157)

400. Abu ‘Ashim berkata: “Semenjak aku ketahui bahawa ghibah (mengumpat atau memfitnah orang lain) adalah haram maka aku tidak berani mengumpat atau memfitnah orang sama sekali.” (Tarikh Al-Kabir: 4/336)

401. Ibnu Mas’ud berkata: “Tidak ada anggota tubuh yang lebih perlu untuk dikekang dalam waktu lama, selain dari lisanku.” (Minhajil Qashidin: 215)

402. Ka’ab Al-Ahbar berkata: “Menangis kerana takut kepada Allah lebih aku sukai daripada bersedekah dengan 2 kg emas.” (Tarikhul Islam, III/39)

403. Imam al-Ghazali berkata: “Berteman dan bergaul dengan orang baik akan mewariskan sikap baik. Kerana tabiat manusia cenderung selalu meniru dan mengikuti. (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42)

404. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur kepada-Nya.” (Tazkiyah An Nafs: 98)

405. Salman r.a berkata: “Orang yang banyak mencari fadhilah amalan sunnah tapi tidak menyempurnakan amalan wajib bagai pedagang yang rugi tapi ingin mencari keuntungan.” (Tanbihul Mughtarin: 159)

406. Hasan bin Sholih berkata: “Mengerjakan kebaikan adalah kekuatan di badan, cahaya di hati dan sinar di mata.” (Hilyatul Auliya’: VII/330)

407. Sa’id bin Musayyib berkata: “Barangsiapa menjaga solat lima waktu secara berjama’ah, maka ia telah memenuhi daratan dan lautan dengan ibadah.” (Hilyatul Auliya’: II/160)

408. Harist bin Qois berkata: “Jika setan mendatangimu ketika sedang sholat, lalu dia berkata, “Kamu pamer!” maka perpanjanglah sholatmu!” (Hilyatul Auliya’: IV/132)

409. “Sesungguhnya kematian itu dapat melenyapkan kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang diliputi oleh kenikmatan itu, oleh sebab itu carilah kenikmatan yang tidak ada kematiannya.” (Abdullah bin Mutharif rahimahullah)

410. Sa’id bin Abdul Aziz berkata: “Setiap kali aku berdiri dalam solatku, aku selalu terbayang-bayang neraka jahanam.” (Hilyatul Auliya’: VII/274)

411. “Beramallah untuk duniamu sesuai keadaan tinggalmu di sana. Dan beramallah untuk akhiratmu sesuai kadar kekekalanmu di sana.” (Sufyan Ats Tsauri rahimahullah)

412. Muadz bin Jabal r.a berkata: “Jika kamu solat, maka solatlah seperti orang yang bermusafir. Jangan mengira bahawa kamu akan kembali kepadanya untuk selamanya.” (Hilyatul Auliya’: I/234)

413. Hudzaifah r.a berkata: “Sesuatu yang pertama kali hilang dari agama kamu adalah khusyu’ dan sesuatu yang paling terakhir hilang dari agama kalian adalah sholat.” (Hilyatul Auliya’: I/281)

414. Abu Darda r.a berkata: “Jadikanlah ucapanmu dalam rangka berdzikir dan diammu dalam rangka berfikir serta renunganmu dalam rangka mengambil pelajaran.” (Al Aqdul Farid, 3/110)

415. Ibnu Mas’ud r.a berkata: “Sungguh seandainya Allah menerima dariku satu amalan, maka hal itu lebih aku sukai daripada emas yang memenuhi bumi.” (Kanzul Amal: 3/698)

416. Jabir bin Zaid berkata: “Aku lebih suka bersedekah satu dirham kepada anak yatim atau orang miskin daripada menunaikan ibadah haji setelah haji wajib.” (Hilyatul Auliya’: 3/89)

417. Al-Hasan berkata: “Carilah kenikmatan dalam tiga hal: Sholat, Al Qur’an, dan dzikir. Jika kamu menemukannya maka teruskanlah dan bergembiralah.” (Hilayatul Auliya’: 6/171)

418. Khalid bin Mi’dan berkata: “Jika pintu kebaikan dibukakan untukmu, maka bergegaslah menuju ke sana. Kerana kamu tidak tahu bila pintu itu ditutup.” (Hilyatul Auliya’: 5/211)

419. Yahya bin Mu’adz berkata: “Dunia adalah jambatan akhirat. Maka seberangilah ia dan janganlah kamu menjadikannya sebagai tujuan.” (Siyaathul Quluub: 35)

420. “Janganlah kamu meminta kebutuhanmu kepada anak Adam. Mintalah hanya pada pintu-Nya yang tak pernah tertutup. Allah akan murka jika kamu meninggalkan bermohon kepada-Nya, sedangkan anak Adam akan murka jika kamu memohon kepadanya.” (Tazkiyatun Nafs: 55)

421. Yahya bin Mu’adz berkata: “Seandainya akal dapat melihat hiburan syurga melalui mata imannya, nescaya akan leburlah jiwa ini kerana rindu kepadanya.” (Siyaathul Quluub: 34)

422. Yahya bin Mu’adz berkata: “Barangsiapa yang memusatkan hatinya kepada Allah, nescaya akan terbukalah sumber-sumber hikmah dalam hatinya dan mengalir melalui lisannya.” (Siyaathul Quluub: 33)

423. Wahab bin Munabih berkata: “Waspadalah terhadap hawa nafsu yang dituhankan, teman yang jahat, dan keterpukauan dengan diri sendiri.” (Siyaru Alaamin Nubala: IV/549)

424. Imam Ibnul Jauzi berkata: “Waktu akan semakin berharga bila dijaga dengan baik, tetapi aku melihat waktu itu sesuatu yang paling mudah dilalaikan.” (Thabaqat Hanabilah: I/281)

425. Raghib As-Sirjani berkata: “Tanda terkabulnya doa adalah semakin ringan beramal soleh, tertarik dengan segala ketaatan, selalu berhasrat untuk berbuat baik, takut balasan maksiat, dan tersentuh ketika mendengar bacaan Al-Quran, hadits dan ilmu-ilmu lain yang bermanfaat.” (Risalatui ila shabab Al Ummah)

426. Al-Barudi berkata: “Perhatikanlah diri kamu sendiri dengan meneliti segala aib kamu. Kerana orang yang tidak pernah melihat aib dirinya sendiri, tidak akan bermanfaat segala bentuk nasihat kepadanya.” (Adab ad-Dunya wa ad-Dien: 358)

427. Berkata Umar bin Abdul Aziz rahimahullah: “Barang siapa yang mengetahui bahawa ucapannya termasuk perbuatannya, maka dia akan sedikit bercakap kecuali perkara yang bermanfaat.” (al-Bidayah wan-Nihayah: 9/225)

428. Al-Hasan berkata: “Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan dia tidak akan merasa aman kecuali apabila dia telah berjumpa dengan Allah Subhana Wata'ala.” (Al-Hasan Al-Bashri)

429. “Tujuan utama dakwah adalah untuk satukan seluruh manusia. Amal manusia adalah Hakim. Jika amal baik, Allah akan turunkan kebaikan.” - Maulana Umar Palanpuri rah.a

430. “Tabligh maksudnya keinginan kita bercakap tentang kehebatan Allah lagi dan lagi, dengan ini hubungan dengan Allah akan tercapai. Orang kufur mencanangkan yang islam tersebar dengan mata pedang. Sahabat perang kerana nak operate (bedah) sebab antibiotik (dakwah) dan cream (akhlak) tidak beri kesan kepada orang kafir. Sahabat perang adalah keputusan terakhir demi menyelamatkan ribuan umat yang inginkan islam.” - Maulana Umar Palanpuri rah.a

431. “Lapar itu seperti awan. Bila seseorang itu dalam keadaan lapar, maka awan itu akan menurunkan hujan hikmah dan kelembutan kedalam hatinya.” (Abu Yazid al-Bistami rah.a)

432. Umar bin Khattab (r.a) berkata: “Hisablah diri kalian sebelum nanti di akhirat kalian dihisab. Dan timbanglah amalan kalian sebelum nanti di akhirat kalian ditimbang. Hendaklah kalian menghisab diri kalian pada saat masih hidup, kerana hal itu akan meringankan pada hari perhitungan kelak di akhirat”. (Imam Ibnul Jauzi, Shifatush Shafwah)

433. Seorang salafus soleh bersyair: “Orang yang memberikan hawa nafsu apa saja yang disenanginya, Seperti orang yang melempar kayu kering ke dalam api yang menyala.” (Liwanul Al-Ma’i Syarah Diwan Imam Ar-Rafi’i)

434. Sufyan Ats-Tsauri bersyair: “Akan sirna kenikmatan dari orang yang mencapainya dengan cara haram, Tinggallah yang tersisa dosa dan kehinaan, Akhir yang buruk pasti ada menanti dihadapan, Tiada kebaikan pada kenikmatan yang diakhiri siksaan.” (Raudhatul Muhibbin)

435. Imam Ibnul Jauzi berkata: “Aku mengingatkan, bahawa maksiatlah yang menyebabkan seseorang dimasukkan ke dalam api neraka. Kemaksiatan memang memberikan kenikmatan di dunia, padahal sebenarnya kemaksiatan hanyalah tipu daya dan tidak ada gunanya. Sungguh menghairankan bagaimana mungkin seseorang yang waras akan menuruti hawa nafsunya dan lebih senang dengan neraka jahannam nantinya?” (Shaidul Khatir)

436. Imam Ibnul Jauzi berkata: “Keutamaan akal terletak pada kemampuannya memikirkan akibat. Hanya orang yang kurang akal saja yang berbuat sesuatu tanpa memikirkan akibat yang ada di depannya. Seperti seorang pencuri hanya memikirkan bagaimana seronoknya mengambil harta tanpa sepengetahuan pemiliknya, namun ia lupa dengan hukuman potong tangan sebagai balasan akibat perbuatannya.” (Shaidul Khatir)

437. Al Hasan pernah berkata: “Sesungguhnya seseorang melakukan suatu dosa sehingga akibatnya dia akan dihalangi dari melaksanakan qiyamul lail.” (Al Ihya: 10/442)

438. Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Aku tidak dapat melaksanakan qiyamul lail disebabkan perbuatan dosa yang kulakukan 5 bulan yang lalu.” (Hilyatul Auliya: 7/17)

439. Fudhail bin Iyadh berkata: “Apabila engkau tidak mampu melaksanakan qiyamul lail dan puasa pada siang hari, maka itu akibat dari perbuatan dosa yang engkau lakukan.” (As Siyar: 8/435)

440. Syumaith bin Ajlan berkata: “Manusia ada dua golongan. Ada golongan yang mencari bekal di dunia untuk persiapan di akhirat, dan golongan lainnya hanya bersenang-senang di dunia. Maka tanyakanlah pada dirimu sendiri: termasuk golongan manakah kamu?” (Shifatush Shafwah)

441. Seorang salafus soleh bersyair: “Engkau berangan-angan panjang di bumi, Padahal tidak diketahui apa yang akan terjadi, Bila gelap malam telah menyelimuti, Masih hidupkah engkau esok hari?, Betapa banyak orang yang sihat tiba-tiba mati, Tanpa sebab yang dapat diketahui, Dan betapa banyak orang yang sakit ingin mati, Tetapi ia masih hidup hari demi hari.” (Mawarid Az-Zam’an li Durus Az-Zaman)

442. Qatadah menceritakan, ketika Amir bin Abi Qais at-Tamimi menjelang wafat, beliau menangis. Kemudian beliau ditanya: “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab: “Aku menangis bukan kerana takut mati dan cinta dunia. Yang membuatku menangis kerana aku tidak dapat berpuasa di siang hari dan melaksanakan solat di malam hari lagi.” (Siyar A’lam an-Nubala)

443. Ali bin Abi Thalib r.a berkata: “Masa hidup di dunia adalah untuk beramal, dan belum akan dihisab. Sedangkan kehidupan berikutnya adalah masa untuk dihisab, dan sudah tertutup untuk beramal.” (Jami’ul wal Hikam)

444. Ada kata hikmah yang menyatakan: “Buah dari qana’ah adalah kelapangan hati, sedangkan buah dari tawadhu’ adalah dicintai manusia.”

445. Yahya bin Ma’in pernah berkata: “Aku tidak pernah melihat orang seperti Ahmad bin Hanbal. Kami berteman dengannya selama 50 tahun, dan ia sama sekali tidak pernah membanggakan kesolehan dan kebaikan dirinya kepada kami.” (Manaqib Imam Ahmad)

446. Seorang salafus soleh bersyair: “Terlihat olehku sang waktu berputar tak seirama, Tak ada kesedihan maupun kesenangan yang lama, Raja-raja telah berlumba-lumba membangun istana, Tapi kelak raja maupun istananya tak ada yang tersisa.”

447. Seorang salafus soleh bersyair: “Apalah ertinya banyaknya harta seseorang, Jika ia mati pun hanya membawa kain kafan, Biarlah di dunia ia kedekut kerana kecintaan terhadap wang, Di akhirat nanti ia tetap menghadapi hisab dan perhitungan.”

448. Salman Al-Farisi berkata: “Ilmu itu banyak, sementara umur kita pendek, maka ambillah ilmu yang engkau butuhkan dalam urusan agamamu, dan tinggalkan selainnya, jangan disibukkan dengannya.” (Tahdzib Hilyatul Auliyaa 1/161)

449. Abu Darda berkata: “Hendaklah seseorang waspada untuk menjadikan hati kaum mukminin marah kepadanya sementara ia tidak merasa!” Dikatakan kepadanya: “Bagaimana itu akan terjadi?” Beliau berkata: “Seorang hamba melakukan maksiat secara tersembunyi, lalu Allah melemparkan kebencian kepada hati kaum mukminin kepadanya sementara ia tidak merasa.” (Sifatus Shafwah 1/325)

450. Umar bin Al-Khatthab berkata: “Siapa yang banyak tertawa, akan jatuh wibawanya. Siapa yang banyak bercanda, akan dipandang hina. Siapa yang banyak melakukan sesuatu, akan dikenal dengannya. Siapa yang banyak berbicara, akan banyak kesalahannya. Siapa yang banyak kesalahannya, akan sedikit rasa malunya. Siapa yang sedikit rasa malunya, akan sedikit wara'nya. Dan siapa yang sedikit wara'nya, hatinya akan mati.” (Sifatush shafwah 1/149)

451. Dikatakan kepada Ali bin Abi Thalib r.a: “Sifatkan dunia kepada kami.” Beliau berkata: “Apa yang akan aku sifatkan dari negeri yang awalnya kelelahan dan akhirnya fana (kehancuran), halalnya adalah hisab dan haramnya adalah azab, orang yang merasa cukup dengannya akan terfitnah, dan orang yang mengejarnya akan sedih.” (Jami' bayanil 'Ilmi wa Fadllihi 1/176)

452. Abdullah bin Mas'ud r.a berkata: “Sesungguhnya kamu melihat orang kafir itu paling sihat badannya dan paling sakit hatinya, dan kamu menemui orang mukmin yang paling sihat hatinya walaupun badannya paling sakit. Demi Allah, jika hati kamu sakit dan badan kamu sihat, maka kamu lebih rendah di sisi Allah dari binatang ju'lan (binatang kecil yang suka berada di kotoran).” (Sifatus shafwah 1/128)

453. Hudzaifah bin Al Yamaan r.a berkata: “Sesungguhnya fitnah itu akan ditampakkan kepada hati. Siapa yang merasa senang padanya, akan diberikan titik hitam di hatinya. Dan siapa yang mengingkarinya, akan diberi titik putih dihatinya. Barang siapa yang ingin mengetahui apakah hatinya terkena fitnah atau tidak, hendaklah ia melihat: jika ia memandang yang haram ternyata ia melihatnya halal, atau memandang yang halal ternyata ia melihatnya haram, maka ia telah terkena fitnah.” (Sifatus shafwah 1/310)

454. Imam Ibnu Jama’ah berkata: “Semestinya seorang penuntut ilmu berusaha memutus kegiatan-kegiatan yang dapat menyibukkannya dan menghalanginya dari menuntut ilmu. Sebab jika pikirannya bercabang, niscaya ia tidak akan mampu menyingkap hakikat ilmu dan perkara-perkara yang rumit. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan pada diri seseorang dua pikiran.” (Tadzkiratus Sami' wal Mutakallim fi Adabil 'Alim wal Muta'allim: 70-71)

455. Al-Imam Ibnu Jauzi(rhm) berkata: “Barangsiapa yang ingin jiwanya bersih, maka bersihkanlah amal-amalnya. Allah SWT berfirman: Jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), maka Kami benar-benar akan memberi mereka air yang segar (rezeki yang banyak). [Al-Jinn: 16]”

456. Abu Sulaiman ad-Darani berkata: “Barangsiapa yang membersihkan diri dan jiwanya, maka ia pasti dibersihkan, barangsiapa yang mengotori jiwanya, maka ia akan dicemari pula, barangsiapa berlaku baik di malam hari, maka akan dibalas di siang harinya dan yang berbuat baik di siang hari akan dibalas di malam harinya.” (Shaidul Khatir)

457. Syeikhul Islam Ibn Taimiyyah berkata: “Sesiapa yang Allah SWT kurniakan cahaya kepada hatinya, Dia akan memberi hidayah melalui karangan-karangan yang sampai kepadanya. Dan sesiapa yang dibutakan mata hatinya, maka lambakan buku-buku hanyalah menambahkan kebingungan dan kesesatannya.” (Majmu' Fatawa: 10/665)

458. “Mata yang tidak menitiskan air mata ketika mendengar bacaan Al-Qur’an, maka itu adalah mata yang lalai.” (Al Fadhl bin Isa Ar-Raqqasyi)

459. “Hati yang tidak tersentuh kerana mendengar bacaan Al-Qur’an yang dibacakan secara merdu, maka itu adalah hati yang mati.” (Al Fadhl bin Isa Ar-Raqqasyi)

460. “Dianjurkan menangis ketika membaca Al-Qur’an. Dan cara mendapatkannya adalah dengan menghadirkan rasa takut dan sedih dalam hati, dengan menghayati setiap ancaman, peringatan keras, ikatan-ikatan dan perjanjian-perjanjian dengan Allah, kemudian melihat kekurangan dirinya dalam hal tersebut. Jika ia tidak mampu menghadirkan kesedihan, maka hendaklah ia menangisi dirinya kerana ketidakmampuan itu, kerana itu adalah musibah besar yang menimpa dirinya.” (Imam Al-Ghazali)

461. Al-Imam Ibnu Qayyim berkata: “Tidak ada sesuatu pun yang lebih bermanfaat bagi hati melebihi Al-Qur'an apabila dibaca dengan bertadabbur dan tafakkur. Membaca dengan bertadabbur dan tafakkur adalah puncak kedudukan orang yang berusaha, beramal dan yang mengetahui. Dengan cara itu akan melahirkan kecintaan, kerinduan, takut, harapan, taubat, tawakal, redha, syukur, sabar dan sifat-sifat lain yang dapat menghidupkan matinya hati. Membaca dengan tadabbur dan tafakkur juga dapat menjauhkan seseorang dari semua sifat dan perbuatan tercela yang merusak hati.” (Miftah Dar as-Sa'adah)

462. Ibrahim al-Khawwas telah berkata: “Ubat hati itu ada lima perkara: Membaca Al-Qur'an dengan tadabbur, kosong perut, beribadah malam, memohon di waktu sahur dan duduk bersama orang-orang yang shalih.” (At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Qur'an)

463. Berkata Bisyr al-Hafi (rhm) ketika ingin memasuki kawasan perkuburan: “Orang-orang yang meninggal di luar pagar lebih banyak daripada yang sudah meninggal di dalam pagar.”

464. Berkata Al-Hafiz Az-Dzahabi: “Kita memohon daripada Allah ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apa itu ilmu yang bermanfaat? Ia apa yang dinyatakan al-Quran dan ditafsirkannya oleh Rasulullah s.a.w. secara perkataan dan perbuatan.” (Siyar 'Alam al-Nubala' li Az-Dzahabi)

465. Abi Hazim Salamah bin Dinar berkata: “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu. Dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu, kerana sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk syurga).” (Syu’ab al-Iman: no.6500)

466. “Menuntut ilmu itu lebih baik daripada solat sunat.” (Imam Asy-Syafi'i)

467. “Bagaimana dapat ditentang hawa nafsu, sedangkan ketika ia menyerang, ia menguasai 2/3 akal. Maka tiada jalan lain melainkan SABAR.” (Imam Asy-Syafi'i)

468. “Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz, memelihara dari penyelewengan dalam pembicaraan dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.” (Al Ahnaf bin Qais rah.a)

469. “Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan.” (Ibnul Qoyyim al-Jauziyah)

470. Muhammad bin Sirin rah.a berkata: “Sesungguhnya ilmu itu adalah tingkah laku, maka perhatikan dari siapakah kalian mengambil tingkah laku.” Dan Abu Hanifah rah.a mengatakan: “Aku mendapatinya (Hammad bin Sulaiman rah.a) sebagai guru yang tenang, baik budi dan sabar.”

471. Al Hasan berkata: “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.” (Ash Sholah, 35-36)

472. Imam Ibnu Rajab berkata: “Mengetahui yang ma’ruf dan mungkar dengan hati adalah kewajiban yang tidak gugur atas setiap orang, maka barang siapa yang tidak mengetahuinya maka dia akan binasa, adapun mengingkari dengan lisan dan tangan ini sesuai dengan kekuatan dan kemampuan.” (Jami’ul Ulum wal Hikam 2/258-259)

473. Imam Ibnu Rajab menjelaskan hadith mencegah kemungkaran: “Seluruh hadits ini menjelaskan wajibnya mengingkari kemungkaran sesuai dengan kemampuan, dan sesungguhnya mengingkari dengan hati sesuatu yang wajib dilakukan, barang siapa yang tidak mengingkari dengan hatinya, maka ini pertanda hilangnya keimanan dari hatinya.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, 2/258)

474. Fudhail bin Iyadh ditanya: “Apa rendah hati itu?” Ia menjawab: “Tunduk dan patuh kepada kebenaran. Walaupun engkau mendengarnya dari seorang anak kecil, engkau tetap harus menerima kebenaran itu. Walaupun engkau mendengarnya dari orang yang paling bodoh, engkau harus menerima kebenaran itu juga.” Lalu ia ditanya: “Apa erti sabar terhadap musibah itu?” Ia menjawab: “Tidak menyebarluaskannya.” (Hilyatul Auliyaa 8/91)

475. Ibnu Abbas berkata: “Janganlah kalian mencaci maki atau menghina para shahabat Rasulullah s.a.w. Sesungguhnya kedudukan salah seorang dari mereka bersama Rasulullah sesaat itu lebih baik dari amal seorang dari kalian selama 40 (empat puluh tahun).” (HR Ibnu Batthah, Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 469)

476. Umar bin Al-Khatthab r.a berkata: “Amalan yang paling mulia adalah menunaikan apa yang diwajibkan Allah, meninggalkan apa yang diharamkan Allah, dan niat yang jujur untuk meraih apa yang disi Allah.” (Jami’ul ulum: 1/71)

477. Abu Darda radiyallahu’anhu berkata: “Siapa yang banyak mengingati maut, akan sedikit kegembiraannya dan akan sedikit pula kedengkiannya.”

478. Al Imam Ibnu Qudamah rah.a berkata: “Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah s.a.w terdapat keberkahan dalam mengikuti syari’at, meraih keredhaan Allah s.w.t, meninggikan darjat, menenteramkan hati, menenangkan badan, menyebabkan syaitan marah dan berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam, hal.43)

479. Ibnu Qoyyim rah.a berkata: “Di antara akibat daripada perbuatan dosa ialah kenikmatan akan hilang dan menyebabkan bencana (musibah). Oleh kerana itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah kerana dosanya. Begitu juga datangnya berbagai musibah adalah disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)

480. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan apa yang dikhuatirkan.” (Taisirul Azizil Hamid)

481. Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu berkata: “Redhalah terhadap apa yang telah Allah berikan kepadamu, nescaya engkau menjadi orang yang paling kaya.” (Siyar A’lam an Nubala, I/497)

482. Al-Hasan bin Ali berkata: “Bacalah Al-Quran sehingga mencegahmu daripada perbuatan dosa. Jika belum demikian, maka pada hakikatnya engkau belum membaca.” (Kanzul ’Ummal, I/2776)

483. Abu Umamah Al-Bahili berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kebaikan, kecuali yang murni keranaNya dan mengharapkan redhaNya.” (Shahih Al-Jami’, 1852)

484. Amar bin Yasir radliyallahu’anhu berkata: “Cukuplah kematian sebagai petunjuk, yakin sebagai kekayaan dan ibadah sebagai amalan.” (Tazkiyatun Nafs, 65)

485. Al Hasan Al-Bashri rah.a berkata: “Hai Bani Adam, janganlah kamu menyakiti orang lain dan jika kamu disakiti, maka bersabarlah!” (Ash Shabr, 26)

486. Hasan Al-Bashri rah.a berkata: “Perbanyaklah untuk menyebut nikmat-nikmat ini, kerana menyebut nikmat itu merupakan bentuk syukur.” (Kaifa Tasyakuru An-Ni’am: 38)

487. Umar bin Al-Khattab: “Hendaklah kamu menghisab diri kamu pada hari ini, kerana hal itu akan meringankan kamu di hari perhitungan.” (Shifatush Shafwah, I/286)

488. “Hendaknya seorang hamba selalu berharap dan takut kepada Allah, tidak merasa berjasa kepada Allah dan tidak pernah berputus asa dari rahmat-Nya.” (Tahzibul Hilyah I/ 60)

489. Abu Bakar Ash Shiddiq r.a berkata: “Ketika aku mengingat akan ahli syurgaNya, aku tergamam: “Aku takut aku tidak termasuk sebahagian daripada mereka.” (Tahdzibul Hilyah, 1/60)

490. “Suatu kebaikan tidak akan sempurna tanpa tiga perkara: 1. Menganggapnya kecil. 2. Bersegera melakukannya. 3. Menyembunyikannya.” (Mukhtashar Minhajil Qashidin, 51) 4. Bersungguh-sungguh dalam beramal.” (Syarah Tsalatsatul Ushul, Ibnu Utsaimin)

491. Shilan bin Farwah berkata: “Aku menemukan bahawa sikap menunda adalah salah satu prajurit iblis yang telah banyak membinasakan makhluk Allah.” (Hilyatul Auliya’: 6/42)

492. Yahya bin Mu’adz rah.a berkata: “Dunia adalah jambatan akhirat. Maka seberangilah ia dan janganlah kamu menjadikannya sebagai tujuan.” (Siyaathul Quluub: 35)

493. Yahya bin Mu’adz rah.a berkata: “Barangsiapa yang memusatkan hatinya kepada Allah, nescaya akan terbukalah sumber-sumber hikmah dalam hatinya dan mengalir melalui lisannya.” (Siyaathul Quluub: 33)

494. Ibnu Mubarak rah.a berkata: “Aku melihat dosa-dosa mematikan hati. Sungguh melakukannya terus-menerus akan membuahkan kehinaan.” (Ashirul Maknun fi riqratil qulub, 53)

495. Ibnu Mubarak rah.a berkata: “Berapa banyak amalan kecil menjadi besar pahalanya kerana niat dan berapa banyak amalan besar menjadi kecil pahalanya kerana niat pula.” (Jami Ulum wal Hikam, 12)

496. Umar bin Al-Khattab r.a berkata: “Duduklah dengan orang-orang yang bertaubat, sesungguhnya mereka menjadikan segala sesuatu lebih berfaedah.” (Tahfdzib Hilyatul Auliya I/71)

497. Umar bin Al-Khattab r.a berkata: “Jika sekiranya kesabaran dan syukur itu adalah dua kenderaan, aku tidak tahu mana yang harus aku naiki.” (Al Bayan wa At Tabyin III/ 126)

498. Umar bin Al-Khattab r.a berkata: “Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mencari kemuliaan dengan selainnya.” (Ihya’ Ulumuddin 4/203)

499. Abu Hurairah r.a berkata: “Jadilah orang yang selalu puas dengan rezeki Allah, nescaya engkau akan jadi orang yang paling bersyukur.” (Ibnu Majah: 4217)

500. Abdullah bin Mas’ud r.a: “Orang beriman memandang dosa-dosanya seolah batu besar di puncak bukit, ia takut kalau-kalau menimpanya.” (HR. Bukhari: 5949)

501. Umar bin Abdul Aziz rah.a berkata: “Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur kepada-Nya.” (Tazkiyah An Nafs, 98)

502. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu menyatakan: “Syarat bagi seseorang untuk dikatakan sebagai alim (berilmu) tentang Allah yang Maha Pengasih di antara hamba-hamba-Nya adalah tidak mensyirikkan Allah, menghalalkan dan mengharamkan sebagaimana yang ditetapkan Allah, menjaga dan memelihara tuntutan dan kehendak Allah, meyakini bahawa Allah akan menemuinya dan menghisap amal perbuatannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/544)

503. Imam Asy-Syafi’i dalam Diwan (kumpulan syairnya) berkata: “Orang yang faqih adalah yang beramal dengan perbuatan, Bukan dinamakan faqih jika hanya fasih dengan lisan dan perkataan. Dan yang disebut pemimpin adalah yang memimpin dengan kelembutan, Bukan dinamakan pemimpin hanya dengan banyaknya pengikut dan bawahan. Demikian juga yang disebut kaya adalah orang yang dermawan, Bukan dinamakan kaya hanya dengan sekadar banyaknya harta simpanan.”

504. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Perbezaan dalam masalah hukum banyak sekali jumlahnya. Seandainya setiap muslim mesti bermusuhan kerana berbeza pendapat dalam suatu permasalahan, maka tidak akan ada lagi persaudaraan pada setiap muslim.” (Majmu' al-Fatawa: 5/408)

505. Yahya berkata: “Sebaik-baik teman adalah yang mengatakan kepada temannya, 'Mari kita puasa sebelum kita mati'. Sedangkan seburuk-buruk teman adalah yang mengatakan kepada temannya, 'Mari kita makan dan minum sebelum kita mati'.” (Hilyatul Auliya': 3/71)

506. Iman Al-Hasan Al-Basri berkata: “Orang yang beriman itu melakukan amal keta'atan sedangkan hatinya takut, gundah dan khuatir. Sedangkan manusia penderhaka melakukan maksiat dan hatinya tenteram.” (Ibnu Katsir/ 2:235)

507. Dikatakan kepada Abdullah ibn al Hasan ibn al Husain rahimahullah, “Apa pendapatmu tentang perdebatan (mira’)?” Dia menjawab: “Merosak persahabatan yang lama dan mengurai ikatan yang kuat. Sekurang-kurangnya ia akan menjadi pendorong untuk mendapatkan kemenangan itu adalah sebab pemutus tali silaturrahim yang paling kuat.” (Tarikh Dimasyq, 27-380)

508. Bilal ibn Sa’d rahimahullah berkata: “Jika kamu melihat seseorang berterusan berbahas dan berdebat maka sempurnalah kerugiannya.” (al-Adab al-Syar’iyyah: 1/23)

509. Imam Malik rahimahullah mengatakan: “Jidal(perdebatan) dalam agama itu bukan apa-apa (tidak ada nilainya sama sekali).” Imam Malik juga berkata: “Sesungguhnya, jidal itu mengeraskan hati dan menimbulkan kebencian.”

510. Manusia diciptakan daripada tanah. Tanah berbagai jenis dan warna. Sifat tanah apabila diusahakan, Allah Swt akan mendatangkan pelbagai manfaat. Sebaliknya, tidak akan mendatangkan apa-apa bahkan beri mudharat. Begitu juga manusia, apabila diusahakan, akan datang sifat-sifat mahmudah. Sebaliknya jika tidak diusahakan, akan datang sifat-sifat yang buruk. - Tamthil

511. “Bagiku ilmu dan dzikir seandainya kurang dalam usaha ini adalah satu hambatan. Dan kekurangan ilmu dan dzikir ini adalah disebabkan kurangnya ahli–ahli ilmu dan ahli–ahli dzikir yang turut dalam usaha dakwah ini. Seandainya para ahli ilmu dan dzikir menyingsingkan lengan mereka untuk kerja ini, maka akan menyempurnakan kerja ini. Untuk saat ini, ilmu masih terpenjara dalam dua tempat; kitab–kitab agama dan para hati para ulama. Ilmu masih belum tersebar ke tengah masyarakat umum. Hal ini perlu diperbaiki secara bersama–sama.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

512. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian (dari kalangan sahabat dan tabi'in) membenci ucapan yang tidak bermanfaat. Mereka menganggap bahawa semua ucapan termasuk dalam ucapan yang tidak bermanfaat, kecuali tiga hal: 1.membaca al-Qur'an. 2.Amar ma'ruf nahi mungkar. 3. Pembicaraan seseorang dalam hal yang memang ia harus berbicara tentangnya seperlunya. ('Atha)

513. Tabiat yang tidak berhasil seperti melatih kucing yang membawa lilin di kepala dan berjalan dengan menggunakan dua kaki. Ketika sedang dipertontonkan kebolehannya, tiba-tiba ada orang melempar ikan, maka ditinggalkan lilin dan mengejar ikan tersebut. Begitulah ahli Dakwah yang tidak betul dalam tarbiyah ketika pulang ke rumah, tergoda dengan keduniaan dan mangabaikan Amal. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

514. Amal yang dibuat tanpa yakin seperti menerbangkan pesawat tanpa mesin. Sedangkan amal yang dikerjakan tanpa Adab seperti solat tanpa wudhu. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

515. Sifat salafus soleh: 1.Sentiasa berjemaah, 2.Mengikuti sunnah, 3.Memakmurkan masjid, 4.Tilawah al Quran dan 5.Berjihad. (Imam al Auza-i Rahimahullah)

516. Abu Sulaiman ad-Darani berkata: “Jika di hati ada akhirat maka dunia datang mendesaknya. Jika dunia ada di dalam hati, akhirat tidak datang mendesaknya, kerana akhirat itu mulia sedangkan dunia itu tercela.” (Tazkiyatun Nafs)

517. Al-Fudhail berkata: “Seandainya dunia itu dari emas yang sirna dan akhirat itu dari tembikar yang kekal nescaya kita harus memilih tembikar yang kekal daripada emas yang sirna. Bagaimana pula jika kita memilih tembikar yang sirna daripada emas yang kekal?” (Tazkiyatun Nafs)

518. Pintu menuju kecerdasan ada empat: 1. al-khauf (takut) 2. ar-raja' (harap) 3. al-mahabbah (cinta) 4. asy-syauq (rindu). Tiap pintu tersebut memiliki kunci masing-masing. Melaksanakan ibadah fardhu (wajib) adalah kunci pembuka pintu al-khauf. Melaksanakan ibadah nafilah(sunat) adalah kunci pembuka pintu ar-raja'. Cinta, senang dan rindu untuk beribadah adalah kunci pembuka pintu al-mahabbah. Dan sentiasa berzikir kepada Allah dengan hati dan lisan adalah kunci pembuka pintu asy-syauq. (Dzun-Nun)

519. Ibrahim bin Adham berkata: “Wara' ertinya meninggalkan setiap syubhat, sedangkan meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagimu ertinya meninggalkan hal-hal yang terlebih.” (Madarijus Salikin)

520. “Sekiranya kamu hendak mempelajari sesuatu, maka pilihlah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan menghidupkan jiwamu. Sekiranya kamu tahu umurmu hanya tinggal seminggu sahaja lagi, nescaya kamu hanya mempelajari ilmu untuk mengawasi hatimu dan berusaha melepaskan diri dari belenggu dunia.” (Imam Al-Ghazali)

521. Berkata Luqman kepada anaknya: “Jika berbicara itu perak maka diam itu emas, maksudnya jika berbicara untuk taat kepada Allah adalah perak maka diam untuk tidak bermaksiat kepada Allah adalah emas.” (as-Shumtu Imam Ibnu Abi Dunya, Hal. 47)

522. Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: “Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan, dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam, 2/275)

523. Raghib Al-Asfahani rahimahullah berkata: “Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain. Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya.” (Umdatul Qari', 22/140)

524. Abdullah bin Mubarak rah berkata: “Berapa banyak amalan kecil menjadi besar kerana niat, dan berapa banyak pula amalan besar menjadi kecil kerana niat.”(Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam,12)

525. Berkata Imam as-Suyuthi Rahimahullah: “Empat sebab su'ul Khotimah: Meremehkan dan malas solat, minum khamar, derhaka kepada orang tua, menyakiti dan merosak kehormatan orang muslim.” (Syarhus Shudur, Hal. 41)

526. Berkata Sahl bin al-Mutawakkil Rahimahullah: “Aku menjumpai 1000 ustaz (Ulama) atau lebih semuanya mengatakan Iman itu perkataan dan amalan, bertambah dan berkurang.” (Syarah Usul Iktiqad, al-Lalikaie, 4/348)

527. Ar-Rabi' bin Sulayman berkata: “Saya mendengar Asy-Syafi'iy berkata: Amalan yang paling susah itu tiga: Pemurah dalam kekurangan, dan wara' dalam khulwah (bersendirian), dan perkataan yang benar di sisi orang yang diharapkan dan ditakuti.” (Shifatush Shafwah: 1/234)

528. Syuraih berkata: “Tatkala aku ditimpa musibah, aku empat kali memuji Allah: Pertama, aku memuji-Nya kerana musibah itu bukanlah musibah terbesar yang menimpaku. Kedua, aku memuji-Nya kerana Dia memberiku rizki berupa sabar atas musibah itu. Ketiga, aku memuji-Nya kerana Dia memberiku taufiq untuk mengucapkan istirja' (Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un) yang aku harapkan pahalanya atas ucapan itu. Keempat, aku memuji-Nya kerana musibah itu tidak menimpa agamaku.” (Siyar A’lam an-Nubala': 4/105)

529. Berjabat tangan menghilangkan perasaan permusuhan, menambah rasa cinta, dan menghilangkan perasaan dengki. (Kifayah Talib, 2/619, Jami' Ulum wal Hikam, 1/332)

530. Yunus berkata: “Aku pernah mendengar Muhammad bin Wasi’ berkata: “Seandainya dosa itu mempunyai bau, nescaya kalian tidak sanggup dekat denganku kerana busuknya bauku.” (Hilyatul Auliya', 2/349)

531. Wuhaib berkata: “Aku pernah mendengar Ayyub berkata, “Jika orang-orang soleh disebut, maka aku tidak termasuk di antara mereka.” (Hilyatul Auliya', 5/3)

532. Sa’id bin Amir berkata: “Aku mendengar bahawa Yunus bin Ubaid berkata: “Sungguh, aku pernah menghitung seratus pekerti dari sekian banyak pekerti kebajikan, namun tidak ada satupun ada pada diriku.” (Hilyatul Auliya', 3/18)

533. Hasan berkata: “Engkau akan senantiasa dihormati orang selama engkau tidak mengambil hak milik mereka. Jika engkau mengambil hak milik mereka, maka mereka akan meremehkanmu, tidak menyukai ucapanmu, dan membencimu.” (Hilyatul Auliya)

534. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Setiap orang yang meremehkan perkara solat, bererti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bahagian dalam Islam selari dengan penjagaannya terhadap solat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan solat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bahagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar solat dalam hatimu.” (Ash Sholah, hal. 12)

535. Al Hasan mengatakan: “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.” (Ash Sholah, 35-36)

536. Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Sunnah adalah suatu jalan yang ditempuh. Dengan demikian perintah tersebut (berpegang teguh dengan sunnah) mencakupi berpegang teguh dengan segala keyakinan, amal, mahu pun ucapan yang diajarkan oleh Rasulullah dan para khulafa’ur rasyidin.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/120)

537. Diantara bentuk kezaliman seseorang terhadap saudaranya adalah apabila ia menyebutkan keburukan yang ia ketahui dari saudaranya dan menyembunyikan kebaikan-kebaikannya. (Ibnu Sirin)

538. Imam Mawardi berkata: “Jadilah engkau orang yang mencari dunia kerana terpaksa, dan carilah sebab-sebab kebahagiaan untuk hari akhirat dengan segera. Jadilah engkau di dunia bak musafir yang dalam perjalanan, kerana kematian akan datang pada suatu hari yang tidak dapat diperkirakan.” (Adabud Dunya wad Din)

539. Imam Ibnu Hibban berkata: “Orang yang bersikap hati-hati tidak akan didahului, tidak seperti orang yang tergesa-gesa yang boleh jadi dapat disusul. Orang yang diam tidak akan menyesal, tidak seperti orang yang berbicara yang boleh jadi tidak selamat. Orang yang tergesa-gesa akan berbicara sebelum mengetahui, menjawab sebelum memahami, memuji sebelum menguji, menghina setelah memuji, bertekad sebelum memikirkan, dan melaksanakan sebelum meneliti. Orang yang tergesa-gesa akan diiringi dengan penyesalan dan dijauhi keselamatan.”(Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala': 216)

540. Ibnu Hibban berkata: “Ada yang mengatakan bahawa orang yang tergesa-gesa tidak akan dipuji, orang yang pemarah tidak akan disenangi, orang yang sombong tidak akan dicintai, orang yang dermawan tidak akan didengki, orang yang kikir tidak akan menjadi kaya, dan orang yang tidak penyabar maka tidak ada yang mahu menjadi kawannya.” (Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala': 217)

541. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Tidak ada suatu perkara yang lebih merosakkan amalan daripada perasaan ujub dan terlalu memandang jasa (kebaikan) diri sendiri.” (Al-Fawa’id, 1/147)

542. Barang siapa tidak beradab maka tiadalah ilmu baginya. Barangsiapa tidak bersabar maka tidak ada agama baginya. Dan barangsiapa tidak wara' atau tidak menjaga diri dari sebarang subhat dan haram, maka tidaklah dekat dengan-Nya. (Hasan al-Bashri rah.a)

543. Sufyan rahimahullah berkata: “Suatu perkataan tidak akan diterima kecuali disertai perbuatan. Perkataan dan perbuatan tidak menjadi lurus kecuali disertai niat. Perkataan, perbuatan dan niat tidak menjadi lurus kecuali sesuai dengan As-Sunnah’.” (Talbis Iblis, hal.27)

544. Wuhaib bin Ward ditanya: “Bisakah orang yang sering bermaksiat merasakan nikmatnya ibadah? Ia menjawab: “Tidak, bahkan orang yang sekadar memikirkan (berniat) maksiat pun tidak dapat merasakannya.” (Al Hilyah Al Auliya)

545. “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu. Sesungguhnya, engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (ahli neraka) atau orang yang berbahagia (ahli syurga).” (Abu Hazim Salamah bin Dinar)

546. “Kita berdoa dan menyangka doa terangkat padahal dosa menghadangnya lalu doa tersebut kembali. Bagaimana doa kita bisa sampai sementara dosa kita menghadang di jalannya?” (Al-Azhiyah dalam Ahkamil Ad'iyah, hal.141)

547. Diriwayatkan Ali bin Abu Thalib radhiyallahu’anhu berkata setelah solat subuh dengan bersedih hati: “Demi Allah, aku telah melihat para sahabat Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam dan sekarang aku tidak melihat sesuatu yang menyerupai mereka sama sekali. Mereka dahulu berdebu dan pucat pasi. Mereka melewatkan malam hari dengan sujud dan berdiri kerana Allah. Mereka membaca kitab Allah dengan bergantian pijakan kaki dan dahi mereka. Apabila menyebut Allah, mereka bergetar seperti pohon bergetar terterpa angin, mata mereka mencucurkan airmata membasahi pakaian merek dan orang-orang sekarang seakan-akan lalai (bila dibandingkan dengan mereka.” (Tazkiyatun Nafs, hal.145)

548. Abdullah bin Mas'ud radiallahuanhu berkata: “Sungguh aku meletakkan lidahku di batu kerikil yang panas lebih aku rela berbanding aku mengatakan 'seandainya tidak terjadi' terhadap sesuatu yang telah terjadi, atau 'seandainya terjadi' terhadap sesuatu yang tidak terjadi.” (Tazkiyatun Nafs, hal.387)

549. ‎Al-Fudhail berkata: “Seandainya dunia itu dari emas yang sirna dan akhirat itu dari tembikar yang kekal nescaya kita harus memilih tembikar yang kekal daripada emas yang sirna. Bagaimana pula jika kita memilih tembikar yang sirna daripada emas yang kekal?” (Tazkiyatun Nafs, hal.303)

550. ‎Jika harta sudah masuk ke dalam umat akan terjadi 4 perkara, dan ini telah terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus sampai hari kiamat. 4 perkara itu adalah: 1. Kesibukan mengurus harta, sehingga lalai dari Amal Agama, 2. Perpecahan diantara umat, 3. Menyebabkan hati menjadi keras, 4. Pintu menuju kemaksiatan akan terbuka. - Maulana Yunus

551. ‎Maulana Yunus di dalam bayannya mengatakan bahawa Maulana Ilyas rah.a pernah berkata: “Siapa saja yang ikut kerja dakwah tetapi tidak yakin Allah akan menolongnya, bererti orang ini adalah orang yang fasik.”

552. Ibnu Uyainah berkata: “Mereka berpendapat bahawa pelepasan daripada neraka adalah dengan keampunan Allah, dan masuk syurga adalah dengan pemberian Allah, dan pembahagian kedudukan (dalam syurga) adalah dengan amalan.” (Haadi al Arwah: hal. 72, 73)

553. ‎Imam Syafi’i berkata: “Barangsiapa menasihati saudaranya secara rahsia, maka sungguh ia telah memberi nasihat dengan sebenarnya dan menghargainya. Sedangkan barangsiapa yang memberi nasihat secara terang-terangan dihadapan manusia, maka sungguh ia telah membongkar aib saudaranya dan merendahkannya.” (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, 1/31)

554. ‎Seorang salafus soleh bersyair: “Sungguh, tidaklah manusia mulia kecuali dengan agamanya. Maka janganlah engkau tinggalkan takwa karena mengandalkan nasab. Islam telah mengangkat Salman dari Persia. Dan syirik telah merendahkan Abu Lahab yang memiliki nasab.” (Jami’ul Ulum wal Hikam: 2/310)

555. ‎Imam Bukhari bersyair: “Gunakanlah waktu luangmu untuk memperbanyak solat. Barangkali kematianmu datang tiba-tiba secara cepat. Betapa banyak orang yang sehat tiada cacat. Jiwanya yang sehat melayang cepat.” (Hadyu Sari: 481)

556. ‎Syair Abu Bakar ash-Shiddiq: “Semua orang menghadapi kematian di pagi hari. Dan kematian lebih dekat dari tali sandalnya sendiri.” (Fathul Bari: 7/308, Akhbar Makkah: 2/154)

557. Syair Ka’ab bin Zuhair: “Semua anak manusia walaupun berumur panjang. Suatu hari ia pasti akan dibawa diatas keranda mayat.” (Bahjatul Majalis: 3/324)

558. ‎Tanpa iman: 1.Amal tidak mungkin istiqamah, 2.Amal tidak akan mendapatkan pahala, 3.Amal tidak akan diterima, 4.Apa yang dijanjikan Allah Swt tidak akan disempurnakan. - Maulana Muhammad Saad

559. ‎Kita tidak boleh menyesuaikan diri kita pada golongan tertentu, yang mana ia akan membawa perpecahan pada ummah. Kita ialah ummah dan kita harus memberi da`wah sebagai ummah. - Maulana Muhammad Saad

560. ‎Imam Asy Syafi’i Rahimullah ‘alaihi berkata: “Aku pernah mengadukan pada Waki’ tentang buruknya hafalanku. Maka ia pun menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Ia mengabarkan padaku bahwa ilmu adalah cahaya. Cahaya Allah tidak mungkin ditujukan pada orang yang bermaksiat.” (Kayfa Tahfazul Qur’an fii Ashri Khutuwath, hal. 33-34)

561. ‎Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata: “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang kikir, akan mengakibatkan kita terjangkit akan kekikirannya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga berzuhud dalam masalah dunia. Kerana memang asalnya seseorang akan mengikuti teman akrabnya.” (Tuhfatul Ahwadzi: 7/42)

562. ‎Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan menggilapkan(menyucikan) hati.” (Siyar A’lam An Nubala’: 8/435)

563. ‎Imam Hasan Al-Bashri berkata: “Berlaku lemah lembut, inilah akhlaq Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang di mana Rasulullah diutus dengan membawa akhlaq yang mulia ini.” (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 3/232)

564. ‎Ibnu Baththol berkata: “Jika tutur kata yang baik dapat menyelamatkan dari siksa neraka, bererti sebaliknya, tutur kata yang kotor (buruk) dapat diancam dengan siksa neraka.” (Syarh al-Bukhari, 4/460)

565. ‎Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/243)

566. ‎Ibnu Hajar berkata: “Mengucapkan salam kepada orang yang tidak kenal merupakan tanda ikhlas dalam beramal kepada Allah Ta’ala, tanda tawadhu’ (rendah diri) dan menyebarkan salam merupakan syi’ar dari umat ini.” (Fathul Bari, 17/459)

567. ‎Ibnu Hajar berkata: “Memulai mengucapkan salam menunjukkan akhlaq yang mulia, tawadhu’ (rendah diri), tidak merendahkan orang lain, juga akan timbul kesatuan dan rasa cinta sesama muslim.” (Fathul Bari, 1/46)

568. ‎Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ’anhu- pernah ditanya: “Bagaimana cinta kalian kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam?” Ia menjawab, “Demi Allah, Rasulullah lebih kami cintai daripada harta, anak-anak, ayah, dan ibu kami serta kami juga lebih mencintai Rasulullah daripada air dingin pada saat dahaga.” (al-Ausath, Majma’ Az Zawa’id)

569. Amr bin al-Ash radhiyallahu ’anhu berkata: “Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan tidak ada yang lebih mulia di mataku dibandingkan Rasulullah. Aku tidak mampu menatap Rasulullah demi mengagungkannya. Seandainya aku ditanya, tentang sifat-sifat Rasulullah, tentu aku tidak sanggup menyebutkannya, kerana aku tidak pernah menatap Rasulullah dengan pandangan yang tajam.” (Al Bukhari)

570. ‎Pada setiap zaman, para rasul diutuskan untuk menyeru manusia beribadah hanya kepada Allah dan melarang beribadah kepada selain-Nya. Allah Ta’ala bertindak mengutus para Rasul kepada manusia dengan membawa misi ini semenjak terjadinya syirik dalam kalangan anak cucu Adam di zaman Nabi Nuh. Nuh ‘alaihissalam, diutus kepada mereka sebagai Rasul pertama yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepada penduduk bumi sehingga Dia menutup mereka dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dakwahnya mencakupi jin dan manusia di timur dan barat.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/570)

571. ‎Maulana Husnul Hizam di dalam bayannya: “Islam itu bukan sekadar maklumat, Islam itu ma'mulat (amal). Islam itu 100% kehidupan Nabi Muhammad Saw.”

572. ‎Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (1/203-204), telah berkata Umar r.a: “Kami dulu satu kaum yang hina, kemudian Allah SWT muliakan kami dengan Islam. Walau macam manapun kami mencari kemuliaan selain dari apa yang Allah telah muliakan kami maka Allah akan hinakan kami.” (Silsilah Sahihah: 1/117)

573. ‎Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “Tatkala mata telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis kerana takut kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahawa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari kerasnya hati. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.” (Bada’i al-Fawa’id, 3/74)

574. Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah berkata: “Segala sesuatu memiliki ciri, sedangkan ciri orang yang dibiarkan binasa adalah tidak bisa menangis kerana takut kepada Allah.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 10/256)

575. Seorang lelaki berkata kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id! Aku mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka Beliau menjawab, “Lembutkanlah hatimu dengan berdzikir.” (al-Wabil as-Shayyib, hal.99)

576. Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata: “Kerasnya hati ini termasuk hukuman paling parah yang menimpa manusia (akibat dosanya). Ayat-ayat dan peringatan tidak lagi bermanfaat baginya. Dia tidak merasa takut melakukan kejelekan, dan tidak terpacu melakukan kebaikan, sehingga petunjuk (ilmu) yang sampai kepadanya bukannya menambah baik justru semakin menambah buruk keadaannya.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.225)

577. Imam Syafi'i Rahimahullah berkata: “Jika kamu biarkan perkaramu pada keinginan kedua matamu maka kamu tidak tahu menuju kebaikan atau keburukan, berpalinglah dari hawa nafsumu kerana hawa nafsu akan mengajak pada hal yang tercela.” (Diwan, Hal.48)

578. Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata: “Ketahuilah sesungguhnya syaitan tidaklah masuk pada anak Adam melainkan melalui pintu hawa nafsu.” (Dzammul Hawa, hal.14-15)

579. Imam ad-Dailami Rahimahullah berkata: “Telah sampai kepadaku khabar dari para ulama', sesungguhnya hilangnya agama pertama kali ialah meninggalkan sunnah, hilangnya agama satu sunnah satu sunnah sebagaimana pudarnya tali seutas demi seutas.” (Silsilah Atsarus Shahih, 1/25)

580. Abul ‘Aliyah rahimahullah berkata: “Kami jika hendak mengambil ilmu dari seseorang, maka kami melihat bagaimana solatnya. Jika solatnya baik, maka kami pun duduk mengambil ilmu darinya dan kami nyatakan,“amalannya yang lain juga baik”. Namun apabila buruk solatnya, maka kami pun pergi meninggalkannya dan kami nyatakan, “amalannya yang lain juga buruk.” (Sunan Ad-Darimi, 1/93-94)

581. Berkata Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah kepadaku (Abdullah Ibnul Mubarak): “Berhati-hati, jangan sampai kamu cinta kepada kemahsyuran”. Maka tidak ada satu ulama pun yang saya datangi melainkan semua berpesan : “Jangan suka kepada kemahsyuran. (As Siyar, VII/260)

582. Hasan al-Bashri memberi wasiat kepada kerabatnya: “1. Setiap perkara yang dilarang bagi kalian, jadilah kalian orang yang paling menjauhinya. 2. Setiap perkara ma’ruf yang diperintahkan bagi kalian, jadilah kalian orang yang paling mengamalkannya. Dan 3. Ketahuilah bahawa langkah kalian ada dua, langkah yang menguntungkan dan langkah merugikan. Maka perhatikan, kemana saja kau melangkah dari pagi hingga sore(petang).” (Hilyatul Auliya’, 1/275)

583. Al Hasan Al Bashri berkata: “Wahai kaum muslimin, rutinlah dalam beramal, rutinlah dalam beramal. Ingatlah! Allah tidaklah menjadikan akhir dari seseorang beramal selain kematiannya. Jika syaitan melihatmu istiqamah dalam melakukan amalan ketaatan, dia pun akan menjauhimu. Namun jika syaitan melihatmu beramal kemudian engkau meninggalkannya setelah itu, malah melakukannya sesekali saja, maka syaitan pun akan semakin tamak untuk menggodamu.” (Al Mahjah fii Sayrid Duljah, hal.71)

584. Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Orang yang zuhud adalah yang melihat orang lain, lantas ia katakan, “Orang tersebut lebih baik dariku.” (Lathaif Al Ma’arif, hal.392)

585. Al Hasan Al Bashri berkata: “Saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu`!” Mereka berkata: “Apa itu tawadhu` wahai Abu Sa`id?” Beliau menjawab: “Iaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.” (Lathaif Al Ma’arif, hal.392)

586. Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih besar daripada menahan al-hilm (kesantunan) di kala marah dan menahan kesabaran ketika ditimpa musibah.” (Mawa’izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal.62)

587. Al Hasan Al Bashri berkata: “Kebaikan yang tiada kejelekan padanya adalah bersyukur ketika sihat wal afiat, serta bersabar ketika diuji dengan musibah. Betapa banyak manusia yang dianugerahi berbagai kenikmatan namun tiada mensyukurinya. Dan betapa banyak manusia yang ditimpa suatu musibah akan tetapi tidak bersabar atasnya.” (Mawa’izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal.158)

588. Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata kepada yang mengajaknya berdebat: “Adapun aku maka aku telah memahami agamaku, jika engkau telah menyesatkan (menyia-nyiakan) agamamu maka carilah.” (al-Ibanah al-Kubra: 588)

589. Al Hasan Al Bashri berkata: “Kamu bertanya tentang dunia dan akhirat? Sesungguhnya perumpamaan dunia dan akhirat adalah bagaikan timur dan barat. Setiap salah satunya bertambah dekat, maka yang satunya lagi semakin jauh. Dan kamu berkata kepadaku, Sebutkanlah sifat dunia ini kepadaku! Apa yang harus aku sebutkan kepadamu tentang rumah yang awalnya melelahkan sedangkan akhirnya membinasakan, di dalam kehalalannya ada perhitungan dan di dalam keharamannya ada siksaan. Siapa yang tidak membutuhkannya terkena fitnah dan siapa yang membutuhkannya akan sedih.”

590. Al Hasan Al Bashri berkata: “Demi Allah, saya tidaklah takjub dengan sesuatu seperti kehairanan saya kepada seseorang yang tidak menganggap bahawa cinta dunia itu termasuk salah satu dosa besar. Demi Allah, sesungguhnya cinta kepada dunia adalah termasuk dosa-dosa besar, tidaklah cabang-cabang dosa-dosa besar itu melainkan dengan sebab cinta dunia? Tidaklah berhala-berhala disembah, Allah Subhanahu wa Ta’ala didurhakai melainkan kerana cinta dunia? Maka seorang yang mengetahui tidak akan mengeluh dari kehinaan dunia, dan tidak akan berlumba-lumba mendekatinya dan tidak akan putus asa kerana jauh terhadap dunia.” (Hilyatul Aulia: 6/13, Siyar ‘Alaamun An-Nubala: 7/259)

591. Al Hasan Al Bashri berkata: “Demi Allah ‘Azza wa Jalla, sungguh! Andai saja salah seorang dari kalian mendapati salah seorang dari generasi pertama umat ini sebagaimana yang telah aku dapati, serta melihat salah seorang dari salafus soleh sebagaimana yang telah aku lihat, nescaya di pagi hari dia dalam keadaan bersedih hati dan pada petang harinya dalam keadaan berduka. Dia pasti mengetahui bahawa orang yang bersungguh-sungguh dari kalangan kalian hanya serupa dengan orang yang bermain-main di antara mereka. Dan seseorang yang rajin dari kalangan kalian hanya serupa dengan orang yang suka meninggalkan di antara mereka. Seandainya aku redha terhadap diriku sendiri pastilah aku akan memperingatkan kalian dengannya, akan tetapi Allah ‘Azza wa Jalla Maha Tahu bahawa aku tidak senang terhadapnya, oleh kerana itu aku membencinya.” (Mawai’zh lilImam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185-187)

592. Salah seorang ulama ditanya: “Mengapa perkataan salafus-soleh lebih bermanfaat dari perkataan kita?” maka iapun menjawab : “Kerana mereka berbicara untuk kemulian Islam, untuk keselamatan jiwa, untuk mencari redha Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan mencari keredhaan makhluk.” (Sifatus Safwah, 4/122)

593. Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Janganlah seseorang meremehkan suatu ilmu (faidah) yang dia lihat atau dia dengar. Segeralah mencatatnya atau menelaahnya.” (Majmu’, 1/39)

594. “Selalulah membuat kerja yang rendah-rendah seperti mengangkat sampah, menyusun selipar dan sebagainya.” - Mufti Zainal Abidin rah.a

595. “Ilmu itu bermula apabila manusia menganggap dia tidak tahu. Ilmu itu berakhir apabila manusia menganggap dia tahu.” - Mufti Zainal Abidin rah.a

596. “Amal adalah asbab hakiki untuk manusia mengambil faedah langsung daripada kudrat dan khazanah Allah Swt. Dalam amal, 1. Ada janji Allah Swt. 2. Pasti akan dapat apa yang Allah janjikan dan Allah akan sempurnakan. 3. Faedahnya besar, banyak dan kekal selama-lamanya. 4. Asbab penyelesaian masalah infradi dan ijtimai. Usaha asbab zahiriah (kebendaan), 1. Tiada janji Allah swt. 2. Allah akan beri atau tidak. 3. Faedah kecil, sedikit dan sementara. 4. Sekiranya dijadikan maksud, sanggup melanggar perintah Allah.” - Bayan Maulana Hazim

597. “Bahawasanya yang aku takuti atasmu ada dua perkara, iaitu panjang angan-angan dan memperturutkan hawa nafsu. Maka sesungguhnya panjang angan-angan menjadikan lupa kepada akhirat dan memperturutkan hawa nafsu menghalang-halangi berlakunya yang baik (hak).” (Ali bin Abu Talib RA)

598. Seorang ulama salafus soleh pernah berkata: “Seorang yang ujub akan tertimpa dua kehinaan, akan terbongkar kesalahan-kesalahannya dan akan jatuh martabatnya di mata manusia.” (Risalah Al-Hujjah, No: 54)

599. Imam Syafi’i berkata: “Barangsiapa yang mengangkat-angkat diri sendiri secara berlebihan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjatuhkan martabatnya.” (Risalah Al-Hujjah, No: 54)

600. “Amal untuk kehidupan sesudah mati tidaklah berat, yang berat adalah kita dengan banyaknya dosa-dosa. Bermula dari hujung rambut sampai ke hujung kaki kita ini penuh dengan dosa. Dahi kosong dari sujud kepada Allah.Mata kosong dari rasa malu. Telinga dipenuhi dengan racun-racun muzik, yang tidak memperhatikan kebaktian kepada orang tua, yang menyia-nyiakan kewajiban kepada isterinya, yang menyia-nyiakan kewajiban kepada suaminya. Orang seperti kita inilah yang akan menjadi beban bagi bumi.” - Maulana Tariq Jamil

601. al-Fudhail bin Iyadh berkata: “Lima tanda celakanya seseorang adalah kerasnya hati, mata yang tidak bisa menangis, sedikitnya rasa malu, cinta dunia, dan panjang angan-angan.” (Nashihati lin Nisa’, hlm. 196-197)

602. al-Qasim al-Junaidi rahimahullah berkata: “Malu adalah memerhatikan nikmat-nikmat (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan menganggap dirinya kurang (mensyukuri nikmat-nikmat tersebut). Dari keduanya terlahir rasa malu.” (Majalah Asy Syariah no. 62/VI)

603. Ummu Abdillah al-Wadi’iyyah hafizhahallahu ta’ala berkata: “Malu adalah salah satu akhlak yang utama. Ia merupakan perhiasan manusia. Hilangnya rasa malu akan menyebabkan segala macam keburukan, sehingga terjadilah pertumpahan darah, dinodainya kehormatan manusia, dilakukannya perbuatan-perbuatan keji, tidak dihargainya orang-orang tua, dan campur baurnya laki-laki dengan para wanita.” (Majalah Asy Syariah no. 62/VI)

604. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menjelaskan: “Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengisyaratkan bahwa mengetahui perkara yang ma’ruf dan yang mungkar dengan hati merupakan perkara yang wajib. Tidak gugur kewajiban tersebut dari seorangpun. Maka barangsiapa yang tidak dapat mengenalinya, dia akan binasa. Adapun mengingkari kemungkaran dengan lisan dan tangan, kewajiban tersebut hanyalah disesuaikan dengan kemampuan. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan: ‘Hampir-hampir saja orang yang hidup di antara kalian akan menyaksikan kemungkaran yang tidak mampu untuk diingkarinya, hanya saja Allah mengetahui dari hati orang tersebut bahwa dia sangat membenci kemungkaran itu.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 258-259)

605. Dikatakan kepada Ibnul Mubarak: “Himpunkanlah untuk kami akhlak-akhlak baik dalam satu kata!” Beliau rahimahullah mengatakan, “Menjauhi marah.” (Jami'ul 'Ulum wal Hikam, hal. 379)

606. 'Umar bin Abdul 'Aziz berkata: “Telah beruntung orang yang dijaga dari hawa nafsu, kemarahan, dan ketamakan.” (Jami'ul 'Ulum wal Hikam, hal. 372)

607. Ja'far bin Muhammad berkata: “Kemarahan itu adalah kunci dari segala macam kejelekan.” (Jami'ul 'Ulum wal Hikam, hal. 372, 379)

608. “Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ (rendah hati) dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut (kepada Allah) dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya.” (Al Fawa’id, hal. 149)

609. Berkata Abdul Mun'in bin Idris dari ayahnya: “Sa'id bin Musayyab rahimahullah tidak pernah ketinggalan sholat isya' dan subuh berjama'ah selama 50 tahun.” (al-Hilyah, 2/162)

610. al Auza’i rahimahullah berkata: “Jika Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum maka Allah menetapkan jidal(debat) pada diri mereka dan menghalangi mereka dari amal.” (Siyar al-A’lam: 16/104, Tadzkiratul Huffazh: 3/924, Tarikh Dimsyq: 35/202)

611. Imran al-Qashir rahimahullah berkata: “Jauhi oleh kalian perdebatan dan permusuhan, jauhi oleh kalian orang-orang yang mengatakan: Bagaimana menurutmu, bagaimana pendapatmu.” (Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 639)

612. Mu’awwiyah ibn Qurrah rahimahullah berkata: “Dulu dikatakan, pertikaian dalam agama itu melebur amal.” (Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 562)

613. Umar ibn Abdul Aziz rahimahullah berkata: “Barangsiapa menjadikan agamanya sebagai sasaran untuk perdebatan maka ia akan banyak berpindah-pindah (agama).” (Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra: 565)

614. Bilakah orang kafir akan masuk Islam? “Dengan dakwah yang bersungguh-sungguh,Insyaallah orang-orang kafir akan masuk Islam.” - Maulana Muhammad Yusuf Rah.a

615. “Keistimewaan menuntut ilmu cara Nabi salallahu a'laihi wasallam ialah apabila bertambah ilmu, merasa bertambah jahil dan merasa kurang ilmu.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

616. Perumpamaan orang yang bertaubat dari dosa lahiriyah seperti orang yang memotong pohon padi dari batangnya, nanti akan tumbuh kembali bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Orang yang bertaubat dengan sempurna (terhadap dosa-dosa batiniah dan lahiriyah) adalah orang yang mencabut pohon padi dengan akarnya sekali, sehingga tidak tumbuh lagi. - Tamthil

617. Imam Syafi'i berkata: “Berkatalah kehendakmu untuk menghinaku, diamnya aku dari orang yang hina adalah satu jawaban. Bukanlah artinya aku tak ada jawaban. Tetapi tidaklah pantas seekor singa meladeni anjing-anjing.” (Diwan asy Syafii: 44)

618. Imam Syafi'i berkata: “Setiap orang yang meremehkan perkara solat, bererti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bahagian dalam Islam berkadar dengan penjagaannya terhadap solat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan solat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bahagian didalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar solat dalam hatimu.” (Ash Sholah, hal. 12)

619. “Hendaklah kamu berjanji terhadap dirimu sendiri untuk menjadi baik, sehingga dengan hal itu ia akan menjadi ahli kebajikan. Sebab jika anda melakukan demikian, maka kebajikan akan datang mencarimu sebagaimana air mengalir mencari tempat yang curam.” (Al Adab Ash Shaghir wa Al Adab Al Kabir)

620. Imam Malik berkata: “Barangsiapa yang mencari ilmu untuk diamalkan, maka Allah memberinya taufiq dan barangsiapa yang mencari ilmu tidak untuk diamalkan, maka tidaklah menambah ilmu tersebut, kecuali kesombongan.” (Hilyatul Auliyaa')

621. Maimun bin Mahron rahimahullah berkata: “Sabar ada dua. Sabar pada musibah maka itu baik, sabar yang paling utama adalah sabar dari melakukan maksiat.” (Da'un Nufus, hal.7)

622. Ibnu Umar radiyallahu'anhu berkata: “Makhluk Allah yang paling jahat, mereka mengambil ayat-ayat al Quran yang sebenarnya turun untuk orang kafir, tetapi digunakannya kepada orang Mukmin.” (Fathul Bari: XV/313)

623. Syeikhul Islam Zakariyya al-Ansari berkata: “Sekiranya orang berilmu meninggalkan ibadat sunat, wirid-wirid dan adab-adab orang yang dekat dengan Allah, nescaya dia seolah-olah roti kering yang tidak berzat.”

624. Ibnu Mas’ud berkata: “Nilailah seseorang itu dengan siapa ia berteman, kerana seorang muslim akan mengikuti muslim yang lain dan seorang fajir akan mengikuti orang fajir lainnya.” (Syarhussunnah Al-Baghawi: 13/70)

625. Qatadah berkata: “Sesungguhnya kami, demi Allah belum pernah melihat seseorang menjadikan teman buat dirinya kecuali yang memang menyerupai dirinya, maka bertemanlah dengan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba Allah agar kamu digolongkan dengan mereka atau menjadi seperti mereka.” (Al-Ibanah: 2/477, no.511)

626. Imam al-Bukhari berkata: “Orang muslim yang paling utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pencinta sunnah, kerana sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia).” (al-Jaami’ li akhlaaqir raawi': 1/168)

627. Imam Asy Syafi’i berkata: “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), maka kamu akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109)

628.Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma suatu hari memandang ke Ka’bah lalu ia berkata: “Alangkah agungnya engkau dan alangkah besarnya kehormatanmu, namun orang Mukmin memiliki kehormatan yang lebih besar di sisi Allah dibanding dirimu.” (Tafsir Ibnu Katsir: 4/274)

629. Ibnul Qoyyim berkata: “Termasuk tanda-tanda pengagungan perintah dan larangan adalah dengan tidak mencari-cari keringanan sehingga dia terjerumus pada batas yang menjadikannya tidak lurus di atas jalan yang lurus.” (Al-Wabilu Shoyyib, hal.24)";

630. Yusuf bin Al-Husain Ar-Roozi rahimahullah berkata: “Perkara yang paling berat di dunia adalah ikhlas, betapa sering aku berijtihad (bersungguh-sungguh) untuk menghilangkan riyaa' dari hatiku akan tetapi seakan-akan riyaa' tersebut kembali muncul lagi dalam bentuk yang lain.” (Jaami'ul 'Uluum wal Hikam: 42)

631. As-Suusi rahimahullah berkata: “Ikhlas adalah hilangnya perasaan memandang bahawa diri sudah ikhlas, kerana barang siapa yang melihat tatkala dia sudah ikhlas bahawasanya ia adalah seorang yang ikhlas, maka keikhlasannya tersebut memerlukan kepada keikhlasan.” (Tazkiyatun Nufuus: 4)

632. Tujuan usaha atas agama bukanlah kerana melibatkan sebahagian aspek dan golongan di dalam agama untuk menyebarkannya, tetapi tujuan utama dalam usaha atas agama ialah di dalam keseluruhan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W dan pengamalan para Sahabat R.Anhum di bangkitkan semula dan ianya berkembang. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

633. Usaha ini memiliki zahir dan juga batin. Zahir usaha ini adalah adanya jemaah-jemaah 4 bulan, 40 hari, 3 hari dan lain-lain. Batin dalam usaha ini adalah bagaimana setiap orang islam mempunyai kefahaman bahawa harta, diri dan waktu itu digunakan bersesuaian dengan kehendak Allah swt. Sehingga harta, diri dan waktu itu digunakan untuk menyampaikan agama kepada seluruh ummat di seluruh dunia. - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

634. Hazrat Maulana Zeyad Danka sedang berjalan kaki menuju masjid dan seorang hamba Allah telah memberi cadangan dan mengajaknya untuk menaiki kereta. Hazrat Maulana menjawab: “Apakah kesalahan/dosa yang telah dilakukan oleh tayar dan kereta? Kaki kita telah banyak kali melakukan dosa. Apabila kita berjalan kaki ke masjid, dosa anggota kaki kita akan diampun oleh Allah S.W.T.” (Priceless Advices for All Workers of Deen: Part 4)

635. Kerosakan dunia pada hari ini adalah berpunca daripada buruknya amalan orang islam pada hari ini. Jangan kita menuduh pihak lain, tentang rusuhan, bencana alam, maksiat dan mungkar yang berlaku, salahkan diri kita sendiri kerana kita sendiri tidak beramal dan sebarkan agama. - Maulana Muhammad Umar Palanpuri Rah.A.

636. Maulana Zeyad Danka berkata: “Walau apapun kesusahan dan kesulitan yang kita hadapi sekarang dan masa akan datang di dalam jalan ini, Allah S.W.T telah menetapkan bahawa ianya sebagai petunjuk dan rahmat (hidayah) untuk ummah. Kerana, jika seseorang itu berkehendakkan hidayah untuk ummah, maka ia tidak boleh walau sekalipun membenci, mengeluh serta bersangka buruk kepada Allah S.W.T di dalam menghadapi kesusahan dan kesulitan di dalam berkerja untuk agama Allah S.W.T.” (Priceless Advices for All Workers of Deen: Part 3)

637. Maulana Zeyad Danka berkata: “Kesukaran dan menjalani kesusahan ialah tujuan utama usaha atas agama ini. Dengan kita menjauhkan diri dari mengharap kepada mahluk dan kesenangan serta keselesaan ini, kita akan mendapat inspirasi dari susah payah yang telah dibuat oleh orang-orang terdahulu sebelum kita untuk agama Allah S.W.T dan dibimbing serta belajar di dalam usaha atas agama ini. Kita akan mendapat ilham dan bantuan dari Allah S.W.T di dalam menjalankan usaha atas agama dan setanding serta dekat dengan Sunnah Nabi Muhammad S.A.W.” (Priceless Advices for All Workers of Deen: Part 4)

638. Maulana Muhammad Yusuf Khandahlawi Rah.A berkata: “Apabila kita terlihat suatu kesalahan yang dibuat oleh seseorang, maka janganlah kita terkesan dengan kesalahan individu itu. Sebaliknya kita kenalah melihat pengorbanan dan susah payah yang individu itu telah buat untuk agama. Ketika itulah kita akan menyedari bahawa pengorbanan yang telah dibuat oleh seseorang itu besar dan kesalahan itu akan menjadi lemah dan kecil berbanding dengan pengorbanan yang telah dibuat. Dengan cara inilah kita akan sangat-sangat menghargai dan menghormati seseorang, dan penambahbaikan dan muhasabah (islah) akan dibuat di dalam diri setiap individu dalam ummah.” (Priceless Advices for All Workers of Deen: Part 2)

639. Abu Muslim Al-Khaulani berkata: “Ulama ada tiga macam: Ulama yang hidup dengan ilmunya dan manusia pun hidup bersamanya, ulama yang hidup dengan ilmunya tetapi manusia tidak hidup bersamanya, dan ulama yang manusia hidup dengan ilmunya sementara dirinya sendiri binasa.” (Hilyatul Auliya’: 5/121)

640. Selagi mana hati kamu ada perasaan benci kepada umat Islam di dunia ini, maka peringkat dakwah kamu tidak akan naik. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

641. Berkata al-Khalil bin Ahmad Rahimahullah: “Waktu ada 3 macam: Waktu berlalu darimu takkan kembali, waktu yang terjadi lihatlah ! bagaimana ia akan berlalu darimu, dan waktu yang kamu tunggu bisa jadi kamu takkan menjumpainya.” (Thobaqot Hanabilah: 1/28)

642. Berkata Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah: “Ikatlah sifat marahmu dengan menaburi kelembutan, kerana marah itu seperti anjing, jika kamu lepas maka dia akan menggigitmu.” (al-Fawa'id, hal.69)

643. Berkata Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah: “Jadilah sebagai anak akhirat dan jangan jadi anak dunia, kerana seorang anak akan mengikuti ibunya.” (al-Fawa'id, hal.70)

644. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Demi Allah! Sungguh, mencintainya benar-benar termasuk dosa yang terbesar. Dan tidaklah dosa-dosa menjadi bercabang-cabang melainkan kerana cinta dunia. Bukankah sebab disembahnya patung-patung serta dimaksiatinya Ar-Rahman tidak lain kerana cinta dunia dan lebih mengutamakannya?” (Mawa’izh: hal.138)

645. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: ““Sungguh aku benar-benar dapat mengenali kecintaan seseorang terhadap dunia dari (cara) penghormatannya kepada ahli dunia.” (Mawa’izh: hal.120)

646. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Telah sampai kepadaku bahawasanya akan datang suatu masa kepada umat manusia di mana pada masa itu hati-hati manusia dipenuhi oleh kecintaan terhadap dunia, sehingga hati-hati tersebut tidak dapat dimasuki rasa takut terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan itu dapat engkau ketahui apabila engkau memenuhi sebuah kantung kulit dengan sesuatu hingga penuh, kemudian engkau bermaksud memasukkan barang lain ke dalamnya, namun engkau tidak mendapati tempat untuknya.” (Mawa’izh: hal.120)

647. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Kelebihan dunia adalah kekejian di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat.” Beliau ditanya: “Apa yang dimaksud dengan kelebihan dunia?” Beliau menjawab: “Yakni engkau memiliki kelebihan pakaian sedangkan saudaramu telanjang; dan engkau memiliki kelebihan sepatu sementara saudaramu tidak memiliki alas kaki.” (Mawa’izh: hal.76)

648. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Tiga perkara yang merupakan bahagian dari kesabaran; engkau tidak menceritakan musibah yang tengah menimpamu, tidak pula sakit yang engkau derita, serta tidak merekomendasikan dirimu sendiri.” (Mawa’izh: hal.81)

649. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih besar daripada menahan al-hilm (kesantunan) di kala marah dan menahan kesabaran ketika ditimpa musibah.” (Mawa’izh: hal.62)

650. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Kebaikan yang tiada keburukan padanya adalah bersyukur ketika sihat wal afiat, serta bersabar ketika diuji dengan musibah. Betapa banyak manusia yang dianugerahi berbagai kenikmatan namun tidak mensyukurinya. Dan betapa banyak manusia yang ditimpa suatu musibah akan tetapi tidak bersabar atasnya.” (Mawa’izh: hal.158)

651. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Janganlah kalian mempelajari ilmu kerana tiga hal: (1) dalam rangka debat kusir dengan orang-orang bodoh, (2) untuk mendebat para ulama, atau (3) memalingkan wajah-wajah manusia ke arah kalian. Carilah apa yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ucapan dan perbuatan kalian. Kerana, sesungguhnya itulah yang kekal abadi, sedangkan yang selain itu akan hilang dan pergi.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1/45)

652. Sahl At-Tustari rahimahullahu berkata: “Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang tidak ada manfaatnya, nescaya diharamkan baginya kejujuran.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1/290-294)

653. Ma’ruf rahimahullahu berkata: “Pembicaraan seorang hamba tentang masalah-masalah yang tidak ada faedahnya merupakan kehinaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (untuknya).” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1/290-294)

654. Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Menangislah kalian atas orang-orang yang ditimpa bencana. Jika dosa-dosa kalian lebih besar dari dosa-dosa mereka (yang ditimpa musibah), maka ada kemungkinan kalian bakal dihukum atas dosa-dosa yang telah kalian perbuat, sebagaimana mereka telah mendapat hukumannya, atau bahkan lebih dahsyat dari itu.” (Mawa’izh: hal.73)

655. Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala benar-benar menjanjikan adanya ujian bagi hamba-Nya yang beriman, sebagaimana seseorang berwasiat akan kebaikan pada keluarganya.” (Mawa’izh: hal.111)

656. Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Tidak ada musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpa kita, (di mana) salah seorang dari kita membaca Al-Qur’an malam dan siang akan tetapi tidak mengamalkannya, sedangkan semua itu adalah risalah-risalah dari Rabb kita untuk kita.” (Mawa’izh: hal.32)

657. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Sesungguhnya seorang mukmin adalah penanggung jawab atas dirinya, (kerananya hendaknya ia senantiasa) menghisab diri kerana Allah Subhanahu wa ta’ala semata.” (Mawa’izh: hal. 39-41)

658. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Adalah hisab (perhitungan amal) di Yaumul Qiyamah nanti akan terasa lebih ringan bagi suatu kaum yang (terbiasa) menghisab diri mereka selama masih di dunia, dan sungguh hisab tersebut akan menjadi perkara yang sangat memberatkan bagi kaum yang menjadikan masalah ini sebagai sesuatu yang tidak diperhitungkan.” (Mawa’izh: hal. 39-41)

659. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Sesungguhnya seorang mukmin (apabila) dikejutkan oleh sesuatu yang dikaguminya maka dia pun berbisik: ‘Demi Allah, sungguh aku benar-benar sangat menginginkanmu, dan sungguh kamulah yang sangat aku butuhkan. Akan tetapi demi Allah, tiada (alasan syar’i) yang dapat menyampaikanku kepadamu, maka menjauhlah dariku sejauh-jauhnya. Ada yang menghalangi antara aku denganmu’.” (Mawa’izh: hal. 39-41)

660. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Dan (jika) tanpa sengaja dia melakukan sesuatu yang melampaui batas, segera dia kembalikan pada dirinya sendiri sambil berucap: ‘Apa yang aku mahukan dengan ini semua, ada apa denganku dan dengan ini? Demi Allah, tidak ada uzur (alasan) bagiku untuk melakukannya, dan demi Allah, aku tidak akan mengulangi lagi selama-lamanya, insya Allah.” (Mawa’izh: hal. 39-41)

661. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Sesungguhnya seorang mukmin adalah suatu kaum yang berpegang erat kepada Al Qur`an dan memaksa amalan-amalannya agar sesuai dengan Al Qur`an serta berpaling daripada (hal-hal) yang dapat membinasakan diri mereka.” (Mawa’izh: hal. 39-41)

662. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Sesungguhnya seorang mukmin di dunia ini bagaikan tawanan yang (selalu) berusaha untuk terlepas dari perbudakan(hamba). Dia tidak pernah merasa aman dari sesuatupun hingga dia menghadap Allah, kerana dia mengetahui bahawa dirinya akan dimintai pertanggungjawaban atas semua itu.” (Mawa’izh: hal. 39-41)

663. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Seorang hamba akan senantiasa dalam kebaikan selama dia memiliki penasihat dari dalam dirinya sendiri. Dan menghisab diri merupakan perkara yang paling diutamakan.” (Mawa’izh: hal. 39-41)

664. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Bahawa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan kerana akan didapatkan di dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 1/95)

665. Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di berkata: “Dasar tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna.” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)

666. Tidak pernah ada seorang mujaddid atau muslih daripada ummat ini kecuali mereka ini daripada ahli kerohanian. Mereka ini merupakan saluran bagi turunnya rahmat Allah sehingga nikmat-Nya itu dirasai oleh ummah seluruhnya. - Maulana Abu Hasan an-Nadwi

667. Seluruh kerosakan di dalam aspek kehidupan, bala bencana dan kesengsaraan ini diakibatkan oleh tiadanya keikhlasan dan rosaknya akhlak. Kewajiban dan tugas terbesar pada zaman sekarang ini adalah bagi menghidupkan dan memperbaharui keikhlasan dan akhlak, dan jalan utama mencapai keduanya adalah mahabbah, dan jalan menuju mahabbah itu ialah dengan berzikir, berteman dan bergaul dengan hamba-hamba Allah yang soleh dan arifin. - Maulana Abdul Qadir ar-Raibury

668. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Di antara tanda kebahagiaan dan keberuntungan, tatkala ilmu seorang hamba bertambah, bertambah pulalah sikap tawadhu’(rendah hati) dan kasih sayang yang dimilikinya. Setiap kali bertambah amalnya, bertambah pula rasa takut dan waspada di dalam dirinya. Tatkala bertambah umurnya, berkuranglah ketamakannya terhadap dunia. Tiap kali hartanya bertambah, kedermawanannya pun bertambah. Setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah tinggi, maka bertambah pula kedekatannya dengan manusia, dirinya akan semakin memperhatikan kebutuhan mereka dan merendahkan diri di hadapan mereka.” (Fawaaidul Fawaaid, hal.403-404)

669. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Di antara tanda kebinasaan seorang, tatkala ilmunya bertambah, bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya. Tiap kali amalnya bertambah, bertambahlah ‘ujub(bangga diri) dalam dirinya, semakin meremehkan orang lain dan justru memandang baik dirinya. Tatkala umurnya bertambah, ketamakannya terhadap dunia justeru semakin bertambah. Tiap kali hartanya bertambah, bertambah pula sifat kikir yang dimiliki. Setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah, bertambah pula keangkuhan dan kecongkakannya.” (Fawaaidul Fawaaid, hal.403-404)

670. Abu Darda r.a berkata: “Aku dibuat tertawa oleh orang yang mengharapkan dunia padahal maut mengejarnya, dan orang yang lalai padahal dia tidak pernah lepas dari intaian Allah, dan orang yang tertawa dengan mulut lebar sedang dia tidak mengetahui apakah Allah ridha kepadanya ataukah murka?” (Ar-Raqaaiq: 180)

671. Ath Thobari mengatakan bahawa makna dari “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.” Iaitu Allah swt pasti menolong orang-orang yang berperang di jalan-Nya agar kalimat-Nya tinggi terhadap musuh-musuh-Nya. Maka makna pertolongan Allah kepada hamba-Nya adalah bantuan-Nya kepadanya sedangkan makna pertolongan hamba-Nya kepada Allah adalah jihad orang itu dijalan-Nya untuk meninggikan kalimat-Nya.” (Tafsir At Thobari: XVII/651)

672. Sepertimana berhala-berhala tidak boleh buat apa-apa, begitu juga apa yang kita buat dengan tangan kita seperti jentera-jentera, kapal terbang yang besar-besar pun tidak boleh buat apa-apa, Allah yang buat segala-galanya. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

673. Seluruh dunia sedang berusaha untuk mendapatkan manfaat dari apa yang diciptakan oleh Allah, dari makhluk yang diciptakan Allah. Nabi-nabi telah datang mengajar kita bagaimana hendak manfaat dari Allah. Kita yang hidup di dunia jangan terikat dengan apa yang dijadikan Allah. Kita jangan terikat dengan pejabat kita, perniagaan kita, perladangan kita, tetapi kita hidup terikat dengan kehendak Allah, kemahuan Allah. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

674. Belia-belia Islam yang bakal memimpin umat pada masa akan datang sangat perlu diisikan dengan ilmu, tazkiyah ruhiyyah, semangat juang dan sifat zuhud dari dunia. Kalau tidak, akan dibimbangi mereka akan kecundang dalam menghadapi cabaran akhir zaman. Kepetahan lidah dalam berucap dan keluasan ilmu belum dapat memberi kesan yang terbaik kalau tidak disertai dengan kekuatan rohani yang mantap. - Syeikh Abul Hasan Ali Nadwi

675. Cintailah orang soleh, kerana mereka memiliki kesolehannya. Cintailah Nabi Muhammad s.a.w., kerana dia kekasih Allah SWT. Dan cintailah Allah SWT, kerana dia kecintaan Nabi dan orang soleh. (Imam Asy-Syafi'i)";

676. Kalau tiada orang yang mahu mendengar kalam bicara dakwahmu, teruskan juga menyampaikan kerana seluruh alam memahaminya. Malah seluruh alam gembira mendengar dan menyahut kalam-kalam yang mengagungkan Tuhan. (Badiuzzaman Said Nursi)

677. Kejahatan itu semua dikumpulkan dalam sebuah rumah sedang kuncinya adalah cinta kepada dunia dan kebaikan itu juga dikumpulkan dalam rumah dan kuncinya adalah zuhud (tidak tamak rakus) pada dunia. (Fudhail ibn 'Iyadh)

678. Tidaklah ilmu itu menjadi indah dan baik kecuali dengan tiga hal: Taqwa kepada Allah, mengamalkan Sunnah dan khasyah (takut kpd Allah). (Imam Asy-Syafi'i)

679. Syumaith bin ‘Ajlan berkata: “Siapa yang menjadikan kematian di hadapannya, nescaya dia tidak akan peduli akan sempit atau luasnya dunia.” (Shifatush Shafwah: 2/166)

680. Seorang salafus soleh bersyair: “Ia adalah sifat qona'ah yang tidak ada gantinya, Di dalamnya ada kenikmatan dan kesenangan untuk badan, Lihatlah orang yang memiliki dunia dengan apa yang dikumpulkannya, Apakah dia pergi dengan selain kapas dan kafan..”

681. Imam Ibnu Rajab berkata: “Ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang tidak menumbuhkan rasa takut kepada Allah, ilmu yang hanya menumbuhkan kesombongan, hasad dan memandang rendah manusia lainnya.” (Fadhlu 'Ilmi Salaf 'alal Khalaf)

682. Abu Hurairah r.a berkata: “Seorang lelaki itu semakin tampan dengan janggutnya dan seorang wanita semakin anggun dengan jalinan rambutnya.” (Tarikh Dimasyq, Asy Syamilah: 36/343)

683. Seorang salafus soleh bersyair: “Seandainya apabila kita mati kita dibiarkan, Nescaya orang yang hidup merasa lega dengan kematian, Tapi ternyata apabila kita mati kita akan dibangkitkan, Dan setelah itu ditanya tentang segala sesuatu yang telah dilakukan.”

684. Maulana Rasyidh dalam targhibnya mengatakan: “Perpecahan itu merugikan kita dan seluruh umat.”

685. Darawardi rah berkata: “Saya lihat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik rah. duduk di masjid Nabawi selepas solat `isyak dan mula membincangkan satu-satu masalah tanpa sebarang tikam lidah, tanpa memburukkan pihak lain dan tidak juga berkeras suara. Perbincangan itu berlalu sehingga ke solah subuh dan di tempat itu juga mereka akan mendirikan solah subuh.” (Muqaddimah Aujaz)

686. Setiap perkara yang kita lihat, kita ucapkan dalam hati لا إله إلا الله dan menafikan kekuasaan makhluk dalam hati, manfaat dan mudharat hanya daripada Allah. - Hajji Mohammed Abd Wahhab

687. Ali B. Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Janganlah kamu menjadi orang yang suka terburu-buru, suka menyebarkan keburukan (perkara keji) dan membongkar rahsia orang lain. Sesungguhnya di belakang kamu ada bala’ (ujian dan fitnah) yang amat pedih yang menjadikan mereka merungut (menyesal) serta akan timbul pelbagai perkara yang berlarutan dan fitnah yang amat besar.” (al-Adabul Mufrad: 1/120, no. 327)

688. Zakaria bin ‘Adi bin Shalt bin Bistam (ulama Ahlus Sunnah), ketika beliau ditanya: “Alangkah besarnya semangatmu untuk mempelajari dan mengamalkan sunnah Rasulullah saw, apa sebabnya?”. Maka beliau menjawab, “Apakah aku tidak ingin (pada hari Kiamat nanti) masuk ke dalam iring-iringan (rombongan) keluarga Rasulullah saw?” (Miftaahu Daaris Sa’aadah)

689. “Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan perilaku awalnya digerakkan oleh pandangan mata. Oleh itu, hendaknya mata selalu didorong melihat kepada perkara-perkara yang baik. Bila dibiarkan mata memandang yang dicegah dan diharamkan, maka pemiliknya berada di tepi jurang yang merbahaya.” (Ihya Ulumuddin)

690. Imam Muhammad bin Sirin berkata: “Sesungguhnya, ilmu (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu mencapai ketakwaan), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu.” (Muqaddimah Shahih Muslim: 1/12)

691. Syeikh Muhammad al-Ghazali berkata: “Terbanglah menuju Allah dengan sayap keampunan, janganlah lari dariNya kerana takut pada cemeti murkaNya.” (Jaddid Hayatak)

692. Imam al-Ghazali berkata: “Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan.” (Ihya Ulumuddin)

693. Imam Ahmad berkata: “Kebutuhan seorang hamba pada hidayah melebihi kebutuhannya dari makan dan minum, kalau makan dan minum hanya dibutuhkan satu, dua kali saja, sedangkan hidayah dibutuhkan sejumlah nafas.” (Miftah Darus Sa'adah)

694. Abu Utsman Nahdi rah.a berkata: “Saya pernah melihat Umar r.a berkhutbah di atas mimbar, sedangkan di baju yang dipakainya terdapat dua belas tambalan.” (Tanbihul Ghafilin)

695. Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata: “Barangsiapa mengetahui kadar ucapannya dibandingkan dengan perbuatannya nescaya akan sedikit ucapannya kecuali dalam hal yang penting dan bermanfaat baginya; dan barangsiapa banyak mengingat kematian ia akan merasa cukup dengan sedikit dari harta dunia.” (Adz-Dzakhiirah: 25, hal. 50)

696. Maulana Ilyas rah.a berkata: “Terdapat dua golongan orang yang membuat usaha usaha tabligh(iaitu); Pertama, mereka yang keluar di jalan Allah untuk menyelesaikan masalah hutang, sakit atau kesusahan. Orang yang seperti ini tidak akan istiqamah (dalam usaha). Kedua, maereka yang keluar di jalan Allah kerana menganggap itu adalah perintah Allah Taala. Orang seperti ini akan istiqamah dalam membuat kerja dan akan mendapat tarbiyah serta maju (dalam usaha).”

697. Imam Abu Dawud as-Sajastany Rahimahullah berkata: “Aku berjumpa 200 ulama' tapi aku tidak pernah melihat orang seperti Ahmad bin Hambal yang tidak pernah berbicara sebagaimana kebanyakan manusia membicarakan dunia, apabila disebut–sebut(tentang) ilmu baru beliau bicara.” (Hilyatul Auliya': 9/164)

698. Maulana Ilyas rah.a berkata: “Usaha tabligh adalah usaha menyebarkan ta'lim (pembelajaran) dan tarbiyah (pendidikan) agama serta (usaha untuk) mewujudkan kehidupan beragama (Islam). Tersedia kejayaan yang tersembunyi bagi yang melakukannya dengan gigih.” (Malfuzat Maulana Ilyas rah.a, no. 135)

699. Hazrat Maulana Ahmed Suleman Khatani berkata: “Pejuang agama yang sebenar ialah mereka yang bangun awal pagi menangis mendoakan kebaikan untuk saudara Islam mereka dan bergaul dengan orang yang tidak sefahaman serta bukan Islam dengan akhlak dan hikmah; dan apabila dia melihat keburukan saudara seagama dan mendoakan kebaikan untuknya.”

700. Imam Ghazali Rahmatullahi A`alaih berkata: “Cara paling sesuai untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T ialah dengan melaksanakan keutamaan amalan fardhu disamping menambah amalan sunat dan apabila Allah S.W.T mencintai kita, semua pergerakan dan anggota badan di dalam kawalan Allah S.W.T.” (Bidayatul Hidayah)

701. Syiekh Muhammad Ilyas Al-Kandhalawi Rahmatullahi A`alaih berkata: “Bagaimana aku ingin berhenti dari melakukan dakwah ini, sedangkan kekasihku, Nabi s.a.w sendiri terpaksa mengalami kesusahan dan kepayahan untuk agama ini. Walaupun baginda s.a.w sendiri telah di janji dengan segala kebaikan oleh Allah s.w.t,namum baginda s.a.w telah memilih untuk terjun dalam lautan kesusahan dan kepayahan dalam menghidup dan mengamalkan agama ini.” (Bayan Hidayat Ijtimak Bhopal)

702. ‘Abdullah bin ‘Ubaidillah bin Abi Mulaikah Rahmatullahi A`alaih berkata: “Aku mendapati 30 orang Sahabat Nabi s.a.w., semuanya merasa takut kemunafikan menimpa diri mereka, tidak ada seorang pun dari mereka berkata bahawa imannya seperti keimanan Malaikat Jibril dan Mika’il.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari)

703. Al-Hasan berkata: “Janganlah kalian sibuk dengan urusan dunia, kerana dunia itu sangat menyibukkan. Tidaklah seseorang membukakan pintu kesibukan untuk dirinya, melainkan akan terbuka baginya sepuluh pintu kesibukan lainnya.” (Az-Zuhd: 189)

704. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Barangsiapa bercita-cita meraih perkara-perkara yang tinggi (syurga), maka wajib baginya mengatasi kecintaan pada perkara-perkara yang rendah (dunia).” (Miftah Dar as-Sa’adah: 1/108)

705. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Pandangan adalah sumber berbagai bencana yang banyak menimpa manusia, kerana pandangan akan melahirkan angan-angan, lalu angan-angan melahirkan pemikiran, pemikiran melahirkan syahwat, dan syahwat memunculkan keinginan, lalu keinginan itu makin menguat hingga menjadi azam (tekad), akhirnya terjadilah perbuatan jika tidak ada yang menghalangi. Maka dikatakan bahawa bersabar untuk menahan pandangan lebih ringan dibanding bersabar menahan derita setelahnya.” (Madakhil asy-Syaithan li ighwa’ al-Insan, min kalam al-Imam)

706. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Angan-angan seseorang berkisar pada empat perkara, iaitu; Pertama, angan-angan yang memberikan manfaat keduniaan; Kedua, angan-angan yang mendatangkan mudharat keduniaan; Ketiga, angan-angan yang memberikan maslahat akhirat; Keempat, angan-angan yang mendatangkan mudharat akhirat. Maka hendaknya seseorang selalu melihat kepada apa yang dia angankan, dia fikirkan, dan dia inginkan lalu menimbangnya dengan empat perkara di atas. Lalu memilih yang terbaik, mendahulukan mana yang terpenting, mengakhirkan yang kurang penting.” (Madakhil asy-Syaithan li ighwa’ al-Insan, min kalam al-Imam)

707. Yahya bin Muadz berkata: “Hati itu ibarat periuk yang sedang mendidih, sedangkan lisan ibarat gayungnya. Maka perhatikanlah seseorang ketika berbicara, kerana lisannya sedang mencedok untukmu apa yang ada dalam hatinya, manis atau pahit, tawar atau masin, dan sebagainya. Dan cedokan lisannya akan menje- laskan kepadamu rasa hati orang itu.” (Madakhil asy-Syaithan li ighwa’ al-Insan, min kalam al-Imam)

708. Abdullah Ibn Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya orang beriman melihat dosa-dosa seperti dia seorang yang duduk di bawah kaki bukit, dan merasa takut bukit itu (runtuh lalu) menimpanya. Sesungguhnya orang yang berdosa melihat dosa-dosanya seperti lalat yang lalu dihidungnya.” (Sya'bul Iman Lil Baihaqi: 6602)

709. Abu Sai'd al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya kalian akan melakukan amalan yang di mata kalian lebih kecil daripada sehelai rambut, sedangkan kami di zaman Rasulullah memandang ia sebagai perkara yang menghancurkan.” (Musnad Ahmad: 10783)

710. Bakr al-Muzani berkata: “Keutamaan Abu Bakar berbanding sahabat yang lain bukanlah dengan banyaknya berpuasa mahu pun solat, tetapi dengan apa yang ada di dalam dadanya.” Salah seorang salafus soleh berkata: “Hal yang ada di dalam dada Abu Bakar adalah cinta kepada Allah dan selalu memberi nasihat kepada manusia.” (Latho-if al-Ma’arif, hal. 563-564)

711. Fatimah binti Abdul Malik (isteri Umar bin Abdul Aziz) ditanya tentang amalan suaminya, maka ia menjawab: “Demi Allah, dia bukanlah seorang yang paling banyak melakukan solat mahu pun berpuasa. Tetapi, demi Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih takut kepada Allah berbanding dirinya. Dia berzikir diatas kasur (alas tidur), lalu tubuhnya bergerak-gerak seperti burung kecil yang sangat ketakutan, sehingga kami berkata: “Esok hari orang akan kehilangan seorang khalifah.” (Latho-if al-Ma’arif, hal. 563-564)

712. Salah seorang ulama salafus soleh berkata: “Tidaklah kami mencapai darjat yang tinggi dengan banyaknya melakukan ibadat solat atau pun berpuasa. Tetapi kami mencapainya dengan kemurahan hati, keselamatan jiwa, rendah hati (tawadhu'), dan selalu menasihati manusia.” (Latho-if al-Ma’arif, hal. 563-564)

713. Coba kita bermuhasabbah mana rezki yang Allah berikan yang terpakai buat menyenangkan Allah dan yang terpakai untuk memuaskan nafsu. Lihat kebendaan kita yang ada di rumah dan lihat apa yang telah kita korbankan untuk agama. Ini semua akan di hisab dan akan di mintakan pertanggung jawabannya. Berapa banyak Rezki yang Allah telah kasih tetapi kita selewengkan hanya untuk memuaskan nafsu kita bahkan untuk bermaksiat kepada Allah. Allah Maha Tahu dan Allah punya team khusus yang bisa membuktikannya Sesungguhnya perhitungan Allah ini cepat, tepat dan akurat. Namun mengapa hari ini ketika kita diminta untuk korbankan harta dan diri untuk agama kita masih ragu-ragu, ini karena kita belum buat keputusan. - KH. Abdul Halim

714. Allah menjadikan mata sebagai cermin hati. Jika seseorang menahan pandangan matanya, bererti dia menahan syahwat dan keinginannya. Jika dia menbebaskan pandangan matanya, bererti dia membebaskan syahwat hatinya. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah)

715. Berkata Ibnu Ruslan: “Ubat hatimu yang keras ada lima. Amalkan kelima hal itu nescaya anda akan selamat: (1)Tidak mengenyangkan perut dan (2)merenungkan makna Al-Qur’an. (3)Rendah diri pada-Nya dengan menangis di waktu sahur. (4)Lalu solat tahajud di malam hari. (5)Dan bergaullah dengan orang-orang yang baik dan soleh.”

716. Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah berkata: “Apabila sempurna ketakutan hamba kepada Tuhan, maka dia tidak akan takut kepada sesuatu selainNya. Apabila kurang ketakutan hamba kepada Tuhan, maka dia akan takut kepada makhluk. Kadar ketakutannya kepada makhluk bergantung kepada kekurangan dan pertambahan ketakutannya kepada Allah.” (Majmu’ al-Fatawa: 1/94)

717. Aku belum pernah melihat orang yang paling lama bersedih daripada al-Hasan. Ia berkata, “Kita tertawa, sementara bisa jadi Allah yang telah melihat amal-amal yang telah kita perbuat berfirman, Aku tidak mau menerima amal-amal kalian sedikitpun.” (Yunus bin ‘Ubaid)

718. Al-Imam Asy-Syathibi berkata: “Semua ilmu yang tidak membuahkan amal, maka tidak dalam syariat satu dalil pun yang menunjukkan akan baiknya ilmu tersebut.” (Al-Muwafaqat: 1/74)

719. Sebahagian ahli bijak berkata: “Ilmu adalah pembantu bagi amal, dan amal adalah puncak dari ilmu.” (Iqtidhaul Ilmi Al-’Amal, 14-15)

720. Abu Ad-Darda’ berkata kepada seseorang: “Apakah semua masalah agama yang kau tanyakan kau amalkan?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Maka Abu Ad-Darda’ menempelaknya: “Apa yang engkau lakukan dengan menambah hujah yang akan menjadi beban bagimu?” (Al-Muwaafaqaat 1/82, Al-Jami’: no. 1232)

721. Al-Imam Asy-Syathibi berkata: “Sesungguhnya ruh ilmu adalah amal. Jika ada ilmu tanpa amal, maka ilmu tersebut kosong dan tidak bermanfaat.” (Al-Muwafaqat, 1/75)

722. Al-Khathib al-Baghdadi berkata: “Tujuan ilmu adalah amal, sebagaimana tujuan amal adalah keselamatan. Jika ilmu kosong dari amal, maka ilmu itu akan menjadi beban bagi pemiliknya. Kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang menjadi beban dan mendatangkan kehinaan, dan akhirnya menjadi belenggu di leher pemiliknya.” (Iqtidhaul Ilmi Al-’Amal, 14-15)

723. Ali bin Abu Thalib berkata: “Apabila aku bacakan kepada kalian sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka anggaplah bahawa Rasulullah yang menyampaikannya, dia yang memberi petunjuk dan dia yang berwasiat takwa.” (HR. Ibnu Majah, 20)

724. Al-Imam Ar-Roghib Al-Ashfahan berkata: “Taqwa ialah menjaga jiwa daripada perbuatan yang mendatangkan dosa, dengan cara meninggalkan apa yang dilarang dan hal itu menjadi sempurna dengan meninggalkan sebahagian yang dihalalkan.” (Ar-Risalah At-Tabukiyyah, hal. 10)

725. Al-Imam An-Nawawi menyatakan taqwa adalah: “Mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.” (Tahrir Alfazh At-Tanbih, hal. 322)

726. Al-Imam Ibnu Rejab rahimahullah berkata: “Taqwa seorang hamba kepada Allah, ia membuat pelindung antara dirinya dengan sesuatu yang ia takuti dari Rabb-nya berupa kemarahan, murka, dan siksaan-Nya; pelindung itu akan menjaga dirinya dari hal tersebut. Sedang ia (pelindung itu) adalah melakukan ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi kederhakaan kepada-Nya.” (Jami'ul Ulum wal Hikam, 1/158)

727. Tholq bin Habib rahimahullah berkata: “Taqwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya (ilmu) dari Allah karena mencari pahala di sisi Allah, dan engkau meninggalkan maksiat berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah, kerana takut terhadap siksaan-Nya.” (Ar-Risalah At-Tabukiyyah, hal. 10)

728. Umar bin Abdul Aziz memberi nasihat di khutbah terakhirnya sebelum wafat, akhir khutbahnya beliau berkata: “Aku mengucapkan kata-kata ini kepada kalian dan tidak ada seorang pun yang aku ketahui lebih banyak dosanya dibanding diriku. Hanya saja aku selalu memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya.” Setelah itu beliau menangis tersedu-sedu kemudian turun dari mimbar. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya. (Latho-if al-Ma’arif, hal. 351)

729. “Dalam setiap rakaat solat ada dua sujud. Hikmahnya, semasa sujud yang pertama, ingatlah bahawa kita dicipta dari tanah. Kemudian semasa sujud yang kedua, ingatlah bahawa setelah kehidupan dunia ini, kita akan kembali menjadi tanah, kemudian akan dibangkitkan serta dihisab kehidupan dunia ini.” - Syeikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi rah.a

730. “Jannah adalah untuk orang yang tawadhuk. Jika pada diri manusia ada sedikit sifat takabbur maka ia akan dibakar di dalam api neraka. Apabila tinggal sifat tawadhuk sahaja pada dirinya maka barulah dia akan dimasukkan ke dalam jannah. Tidak ada seorang pun yang boleh memasuki jannah jika masih ada sebesar zarah takabbur pada dirinya.” - Asy-Syaikh Muhammad Ilyas al-Kandahlawi rah.a

731. Asy-Syaikh Muhammad Ilyas al-Kandahlawi rah.a mengatakan: “Sudah menjadi kebiasaan kita, iaitu merasa senang dengan ucapan-ucapan yang baik, dan kita menganggap bahwa nasehat-nasehat baik tersebut sudah cukup menunaikan kerja asal kita. Tinggalkan kebiasaan itu dan bekerjalah, sebagaimana disebutkan dalam syair: “Hai pekerja, kalian biasa bersuka ria dengan nasehat-nasehat baik, tinggalkan nasehat-nasehat itu gantilah dengan amal-amal baik.” (Mutiara Hikmah Ulama Ahli Da’wah)

732. Asy-Syaikh Muhammad Ilyas al-Kandahlawi rah.a mengatakan: “Cara menyelesaikan berbagai masalah, baik masalah peribadi, masalah umat, mahu pun masalah politik adalah dengan Dakwah dan Usaha Agama, berdasarkan satu fikir. Cara-cara yang ditempuh di luar usaha agama nampaknya sahaja dapat memberikan hasil dan keuntungan dengan segera, sekalipun hanya dengan pengorbanan yang sedikit. Dalam pada itu, usaha agama menghendaki pengorbanan yang besar sedangkan keuntungannya tidak segera dapat dilihat. Itulah sebabnya mengapa orang-orang menjauhi dari usaha agama. Demikian pula orang-orang yang terlalu tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan ketika melihat orang-orang yang “tidak produktif” seperti kita atau ketika melihat asas usaha dakwah kita. Namun ternyata mereka tidak mampu melihat hakikatnya, yakni tidak mampu memahami hakikat syariah.” (Malfoozat)

733. Sebahagian ulama berkata: “Nasihat hanya bermanfaat jika keluar dari dalam hati, kerana nasihat tersebut akan sampai pula ke hati. Tetapi jika nasihat tersebut sekadar keluar dari lisan, maka hanya akan masuk ke dalam telinga kemudian keluar melalui telinga yang lain.” (Latho-if Al Ma'arif: 55)

734. Sebahagian salafus soleh berkata: “Jika seorang yang berilmu menyampaikan nasihatnya tidak ikhlas kerana Allah, nescaya nasihatnya itu akan hilang dari hati pendengarnya seperti berhentinya hujan di saat langit sudah cerah.” (Latho-if Al Ma'arif: 55)

735. Yahya bin Muadz pernh bersyair: “Nasihat dari pemberi nasihat tidak dapat diterima, Sampai dirinya memahami nasihat itu pertama kalinya. Wahai kaum, siapakah yang lebih berbuat aniaya, Daripada seorang pemberi nasihat yang telah melanggar nasihatnya. Dihadapan manusia ia memperlihatkan sifat baiknya, Dan Allah akan memperlihatkan sifat buruknya.” (Latho-if Al Ma'arif: 55)

736. Yahya bin Muadz berkata: “Hati ibarat periuk dengan isinya yang mendidih. Sedangkan lidah adalah gayungnya. Maka perhatikanlah apabila seseorang berbicara. Kerana sesungguhnya lidahnya akan menuangkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, apakah manis, pahit, tawar, masin atau rasa lainnya.” (Hilyatul Auliya: 10/63)

737. Ibnu Umar berkata: “Berhati-hatilah terhadap agamamu, sebab dia adalah darah dagingmu. Lihatlah dari mana kamu mengambilnya. Ambillah dari orang istiqomah dan janganlah mengambil dari orang yang menyeleweng.” (Al Kifayah, hal. 121)

738. Hazrat Umar bin Khattab r.a berkata: “Sekiranya kehidupan dunia ini, sejak pertama kali hingga akhirnya, diberikan kepada satu orang saja, kemudian tiba-tiba kematian menghampirinya, maka hal itu serupa dengan orang yang melihat sesuatu yang menyenangkannya dalam mimpi, kemudian dia pun terbangun dan ternyata di tangannya tidak ada sesuatu pun.” (Madarijus Salikin, Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah)

739. Sesiapa yang menambahkan sifat-sifat Islam dalam dirinya, maka dialah yang akan menjadi sumber hidayat untuk umat. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

740. Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengarang Tafsir al-Aisar memetik syair dalam memberi pandangan berimbang terhadap usaha dakwah dan tabligh: “Pandangan ridha atau senang selalu tumpul (buta) terhadap setiap aib, sedangkan benci selalu membongkar keburukan.”

741. “Suatu hal yang sering dikatakan orang sebelum kami (iaitu para sahabat) berpegang teguh dengan sunnah (Nabi sallallahu ‘alaihi was sallam ) adalah sebuah jalan keselamatan.” (Imam Az-Zuhri)

742. “Ramai manusia menangis kerana masalah cinta dan kehidupan tetapi sangat sedikit manusia yang risaukan keadaan umat islam dan ia menangis kerana Allah S.W.T.” - Hazrat Asy Sheikh Maulana Ih`naamul Hassan Khandahlawi Rahmatullahi A`laih

743. Imam Asy-Syafi’i berkata: “Mereka menanyakan mengapa engkau diam padahal engkau telah dihujat, maka kepada mereka aku katakan: Sesungguhnya menjawab mereka dapat membuka pintu kerusakan; Sedangkan diam dari orang jahil nan pandir adalah kemuliaan; Dan dalam diam itu juga merupakan perbaikan untuk terpeliharanya kehormatan.”

744. Utsman ibn Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Memikirkan (mengutamakan) urusan akhirat adalah merupakan tanda cahaya didalam hati.”

745. Umair bin Habib Al-Anshoriy radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jika seorang diantara kalian ingin memerintahkan yang ma’ruf, dan melarang dari kemungkaran, maka hendaklah ia menempatkan dirinya di atas kesabaran terhadap segala cubaan (ujian), dan meyakini (akan mendapatkan) pahala dari Allah. Kerana barangsiapa yang meyakini (akan mendapatkan) pahala dari Allah, maka dia tidak akan merasakan cubaan apa pun. (HR. Ibnu Abid Dunya dalam Al-Hilm, 1/30)

746. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah berkata: “Empat perkara yang dapat membuat hati menjadi keras iaitu berlebihan dalam berbicara, makan, tidur dan bergaul.” (Fawa-idul Fawa-id, hal.26)

747. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah berkata: “Jika mengingkari kemungkaran menimbulkan sesuatu yang lebih mungkar dan di benci oleh Allah dan RasulNya, maka tidak boleh dilakukan, sekalipun Allah membenci pelaku kemungkaran dan mengutuknya.” (I’laamul Muwaqqi’iin, 3/4)

748. Az-Zuhr Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya ilmu dicari seiring dengan perjalanan siang dan malam. Barangsiapa yang ingin mendapatkan segudang ilmu secara tiba-tiba, nescaya ilmu yang diperoleh akan cepat hilang.”

749. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah berkata: “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh kerana itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah kerana dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)

750. Ketika Mu'adz bin Jabal ra. hampir wafatnya, dia berkata: “Ya Allah, aku dahulu takut kepada-Mu dan saat ini aku mengharapkan-Mu. Ya Allah, Engkau mengetahui bahawa aku tidak mencintai dunia dan tidak suka berlama-lama di dalamnya kerana mengalirnya sungai-sungai dan tumbuhnya pepohonan. Namun yang aku sukai adalah panasnya matahari dan penderitaan sesaat serta berkumpul dengan para Ulama.” (Hilyah al-Auliya: 1/239)

751. Thalq bin Habib berkata: “Lindungilah diri kamu dari fitnah dengan ketaqwaan.” Beliau ditanya, “Simpulkanlah untuk kami apa itu ketaqwaan?” Beliau pun menjawab, “Iaitu engkau beramal dengan ketaatan kepada Allah dengan petunjuk daripada Allah dengan mengharap rahmat Allah. Dan engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan petunjuk daripada Allah kerana takut akan azab Allah.” (Minhajus, 4/527-531)

752. Syaikh as-Sa’di berkata dalam Tafsirnya: “Sebagaimana para hamba (masyarakat) itu jika baik dan istiqamah berada di atas jalan yang benar, maka Allah memperbaiki pemimpin mereka, iaitu menjadikan untuk mereka pemimpin-pemimpin yang bersikap adil dan insaf. Bukan yang zalim lagi jahat.” (Taisir Karim ar-Rahman fii Tafsir Kalam al-Mannan, 1/273)

753. Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata: “Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu itu akan menjagamu, sedangkan harta engkaulah yang menjaganya. Ilmu itu semakin berkembang dengan diinfakkan, sedangkan harta akan berkurang jika dinafkahkan. Ilmu adalah yang mengaturmu, sedangkan harta, engkau yang akan mengaturnya. Mencintai ilmu adalah agama yang seseorang itu beribadah dengannya. Ilmu akan membuahkan ketaatan di dalam kehidupan pemiliknya serta mengharumkan namanya setelah ia meninggal dunia. Kebaikan para pemelihara harta akan melenyap bersamaan dengan kepergiannya. Para penimbun harta (pada hakikatnya) telah mati (meskipun) mereka itu masih hidup. Adapun para ulama tetap kekal sepanjang masa. Jasad mereka telah tiada, namun kenangan tentang mereka senantiasa melekat di hati manusia.” (Durus fil Qira’ah al-Mustawa ar-Rabi, hal. 16)

754. Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata: “Ilmu membisikkan pemiliknya untuk diamalkan. Jika ia menjawab panggilan bisikan itu, maka ilmu akan tetap ada. Namun jika ia tidak menjawab panggilan itu, maka ilmu akan pergi.” (Iqtidhaul ‘Ilmil amal: hal. 41)

755. Imam Ahmad Rahimahullah berkata: “Manusia lebih memerlukan ilmu dibandingkan makan dan minum, kerana makanan dan minuman diperlukan manusia satu atau dua kali dalam satu hari. Akan tetapi, ilmu senantiasa diperlukan seorang manusia setiap saat (selama nafasnya berhembus).” (Thabaqat Al-Hanabilah, 1: 146)

756. Mu’adz bin Jabal berkata: “Pelajarilah ilmu syar’i kerana mempelajarinya di jalan Allah adalah khasyyah, memperdalamnya adalah ibadah, mengulang-ulangnya adalah tasbih (memuji Allah), membahas (permasalahan-permasalahannya) adalah jihad, mengajarkannya kepada yang belum mengetahuinya adalah shadaqah, dengan ilmulah Allah diketahui dan disembah, dengannya Allah diEsakan dalam tauhid, dan dengannya pula diketahui yang halal dan yang haram.” (Hilayatul Auliya 1: 239, Al-Ajmi’ 1: 65)

757. Al-Baghawi menyebutkan bahawa seseorang memanggil dan berkata kepada Sya’bi, “Wahai ‘aalim berfatwalah.” Sya’bi menjawab, “Sesungguhnya seorang ‘alim adalah yang memiliki khasyyah (rasa takut) kepada Allah.” (Az-Zuhudl, hal. 15)

758. Ath-Thabari berkata: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah, menjaga diri dari azab dengan menjalankan ketaatan kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu. Mereka mengetahui bahawa Allah Maha Mampu melakukan segala sesuatu, maka mereka menghindar dari kemaksiatan yang akan menyebabkan murka dan adzab Allah.” (Tafsir Ath-Thabari, QS Fathir: 28)

759. Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata: “Berpegang teguh dengan sunnah adalah keselamatan. Sementara ilmu diangkat dengan cepat. Kekokohan ilmu adalah keteguhan bagi agama dan dunia. Hilangnya ilmu adalah kehancuran bagi itu semua.” (Az-Zuhud: 817, Al-Jami’: 1018)

760. Amr bin Qays rahimahullah berkata: “Jika sampai kepadamu suatu ilmu, maka amalkanlah meskipun hanya sekali.” (Hilyatul Auliya, 5/10)

761. Imam Waki’ Rahimahullah berkata: “Jika engkau hendak menghafal satu ilmu (hadits), maka amalkanlah!” (Tadribur Rawi: 2/588)

762. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Tidaklah aku menulis suatu hadits melainkan aku telah mengamalkannya. Sehingga suatu ketika aku mendengar hadits bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hijamah (bekam) dan memberikan upah kepada ahli bekam (Abu Thaybah) satu dinar, maka aku melakukan hijamah dan memberikan kepada ahli bekam satu dinar pula.” (Manaqib Ahmad, hal. 232)

763. Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata: “Ingat-ingatlah (ilmu) hadits. Sungguh jika kalian tidak melakukannya maka ilmu akan hilang.” (Al-Muhadditsul Fashil, hal. 545)

764. Ibnu ‘Abbas berkata: “Mengulang-ulang ilmu di sebagian malam lebih aku cintai daripada menghidupkan malam (dengan shalat malam.” (Sunan Ad-Darimi: 1/82, 149)

765. Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang terkenal sangat berbakti kepada ibunya, sampai-sampai ada orang yang berkata kepadanya, “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu, akan tetapi kami tidak pernah melihatmu makan bersama ibumu.” Beliau menjawab, “Aku takut kalau-kalau tanganku mengambil makanan yang sudah dilirik oleh ibuku. Sehingga aku berarti mendurhakainya.” (Uyunul Akhyar, Ibnu Qutaibah)

766. Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata sang Ibu sudah ketiduran. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi.” (Birrul walidain, Ibnu Jauzi)

767. Haiwah binti Syuraih adalah seorang ulama besar, suatu hari ketika beliau sedang mengajar, ibunya memanggil. “Hai Haiwah, berdirilah! Berilah makan ayam-ayam dengan gandum.” Mendengar panggilan ibunya beliau lantas berdiri dan meninggalkan pengajiannya. (al-Birr wasilah, Ibnu Jauzi)

768. Adi bin Hatim رضي الله عنه berkata: “Sejak aku menjadi seorang muslim, aku selalu memastikan bahawa aku telah berwudhu ketika adzan dikumandangkan.” (As Siyar: 3/16)

769. Imam Ghazali mengutip atsar Al-Hasan: “Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri.”

770. Syaikh Abul Hasan Ali An–Nadwi berkata: “Salah satu usaha dalam dakwah ini adalah menjadikan dakwah sebagai cara untuk mendatangkan orang awam kepada ulama, dan mewujudkan kerisauan ulama pada diri orang awam. Dan orang awam dapat memahami derajat ketinggian ulama, sehingga orang awam senantiasa mengambil manfaat dari para ulama. Sesuai dengan aturan dan penegasan atas hal ini, dianjurkan agar senantiasa berkhidmat kepada alim ulama.” (Sawanih Yusufi)

771. “Ilmu dan dzikir bagi gerakanku ini laksana dua pergelangan tangan. Seperti dua buah sayap. Seandainya satu sayap terlepas, maka burung tentu akan sulit terbang.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

772. “Ilmu tanpa dzikir adalah kegelapan dan dzikir tanpa ilmu adalah pintu bagi banyak fitnah.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

773. “Segala tindak tanduk dan amal perbuatan serta kesungguhan dan pengorbanan kalian akan menjadi rusak apabila kalian tidak ambil perhatian terhadap ilmu agama dan dzikrullah. Bahkan kalian dalam keadaan bahaya yang sangat besar serta besar kemungkinan jika kalian lalaikan kedua hal tadi, maka usaha dan perjuangan kalian akan menjadi pintu–pintu baru bagi fitnah dan kesesatan. Usaha dan perjuangan kalian tidak akan menjadi pintu bagi terbukanya agama. Seandainya ilu tidak dipelajari, maka islam dan iman sekedar adap istiadat saja. Dan seandainya ilmu ada namun tidak disertai dengan dzikrullah maka semua akan mejadi kegelapan.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

774. “Di dalam kerja Tabligh ini, ilmu dan dzikir mempunyai peranan dan perhatian yang sangat besar. Tanpa ilmu, tidak akan mudah untuk beramal, dan tidak akan mengenal amalan. Dan tanpa dzikir, ilmu akan menjadi kegelapan. Tidak akan dijumpai di dalamnya nur. Namun sayangnya hal ini terasa kurang dalam ahli–ahli dakwah.” - Maulana Muhammad Ilyas rah.a

775. Imam Yahya bin Mu’adz رحمه الله berkata: “Hendaknya mu’min itu mendapatkan darimu tiga perkara: 1. Jika kamu tidak bisa memberinya manfaat, maka janganlah memberinya bahaya; 2. Jika kamu tidak bisa memberinya bahagia, maka janganlah memberinya gundah; 3. Dan jika kamu tida memujinya, maka janganlah mencelanya.” (Ar Risaalah Al Qusyairiyyah)

776. Berkata Hisyam bin Urwah Rahimahullah: “Wahai anakku, berserilah wajahmu, ucapkan kalimat yang baik maka kamu akan dicintai manusia, dari pada kamu mengambil simpati dengan suatu pemberian atas mereka.” (Raudhatul Uqala', 1/75)

777. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menukilkan di dalam suratnya kepada seseorang: “Adapun dunia yang saudara tegakkan atau saudara dudukkan untuk (menghalangi) mereka, maka kata-kata penyair berikut ini sangat sesuai untuk saudara: “Kambing penanduk untuk menghancurkan batu tidak akan membahayakannya. Pada suatu hari, tanduk kambing itu (pasti) akan hancur.” (Jilaaul Adzhan, Menyingkap Tabir Kesalahfahaman terhadap Jamaah Tabligh)

778. Berkata Sa’id bin Jubair Radhiallahuanhu: “Senantiasa seseorang menjadi pandai selama dia tetap belajar, ketika dia tidak belajar dan merasa cukup ilmunya maka ketika itu dia menjadi orang yang paling bodoh.” (Adabul Alim Wal Muta’allim, hal. 32)

779. Iman Ibnu Hazm rahimahullaahu ta'ala berkata: “Setiap Nikmat yang tidak mendekatkan pemiliknya kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala maka itu adalah (sebuah) petaka.” (Hilyatul Auliya': III/266, no.3908)

780. “Orang yang mampu menghancurkan kebathilan bukan orang yang pandai beramal, tetapi orang yang memiliki KEYAKINAN didalam hatinya.” - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

781. “Doa akan dikabulkan, jika menghindari makanan-makanan yang HARAM. Dan akan lebih dikabulkan lagi jika yang MAKRUH pun dihindarkan.” (Tadzkirah Hadraji, hal. 195)

782. Muhammad bin an-Nadhar al-Haritsi menyatakan: “Pertama yang harus dipelajari DIAM terhadap ilmu, kemudian mendengarkan, menghafal, mengamalkan lalu menyebarkan (menda'wahkan).” (Syu'abul Iman, 2/289)

783. Imam asy-Syafi'i berkata: “Ilmu itu tidaklah indah kecuali dengan tiga perkara; 1.Takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 2.Sesuai dengan Sunnah (petunjuk) Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. 3.Dan rasa takut kepada Allah azza wa jalla.” (Manaqib Syafi'i, I/470)

784. Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Allah harus ditaati tanpa dimaksiati, diingat tanpa dilupakan dan disyukuri tanpa di ingkari.” (Al-Hakim, ll/294)

785. Seorang tabi’in bernama Makhul (wafat 118 H) berkata: “Aku pernah melihat seseorang mengerjakan sholat. Setiap kali ruku’ dan sujud ia selalu menangis. Lalu aku (berburuk sangka) menuduh ia menangis karena riya’. Namun akibatnya, justru aku tidak bisa menangis (dalam sholat) selama setahun.” (Hilyatul Auliya': 5/184)

786. Saidina 'Ali R.H mengungkapkan: “Tidakkah kamu malu? Tidakkah kamu cemburu? Salah seorang di antara kamu membiarkan isterinya pergi ke khalayak kaum lelaki dan dia melihat mereka serta mereka (para lelaki) pun melihatnya pula.” (adz-Dzahabi, al-Kaba’ir, m/s. 171-172)

787. Seorang gabenor kota Makkah, Attab bin Usaid Al-Umawiy pernah berkata: “Wahai penduduk Makkah, Demi Allah tak ada yang sampai berita salah seorang diantara kalian ada yang tertinggal sholat dimasjid, kecuali aku akan tebas lehernya.” (Ash-sholah, hal.122)

788. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ahlus Sunnah Wal Jama'ah adalah mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara lahir dan batin dan mengikuti jalnnya As-Sabiqunal Awalun (orang-orang pertama yang masuk Islam) dari kalangan kaum muhajirin dan Anshar.” (Majmu' Fatawa: 3/157)

789. Berkata Ibnu Hazm: “Jika engkau menghadiri majelis ilmu, maka janganlah engkau menghadirinya kecuali kehadiranmu untuk menambah ilmu dan mencari pahala. Dan bukanlah kehadiranmu itu dengan merasa sudah cukup ilmu yang ada padamu, atau demi mencari-cari kesalahan (dari pengajar) untuk menjelekkannya. Hal tersebut adalah perilaku orang-orang yang hina, yang mana mereka tidak akan mendapatkan kesuksesan dalam ilmu selamanya.” (Al Akhlaq Was Siyar: 193)

790. al-Khaththabi rahimahullah (Wafat: 388H) berkata: “Nasihat adalah perkataan yang menjelaskan sebahagian besar perkara yang merujuk kepada menghendaki kebaikan kepada yang diberi nasihat.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, m/s. 79)

791. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (691H-751H) berkata: “Nasihat adalah sifat ihsan yang lahir dari perasaan belas-kasihan semata-mata kerana Allah, dan bersedia untuk menanggung sebarang akibatnya, seperti cacian yang buruk daripada orang yang dinasihati setelah dilakukan dengan lemah lembut. Jika nasihat untuk meyakinkannya tidak diterima, maka orang yang memberi nasihat tersebut tidak dikira melampaui batas dan dia akan menerima balasan atas usahanya tersebut daripada Allah, di samping merahsiakan (menutup aib) orang yang dinasihatinya dan sentiasa mendoakannya (dengan kebaikan).” (Fiqh as-Siyasah asy-Syar’iyah fii Dhaw al-Qur’an wa as-Sunnah wa Aqaul Salaf al-A’immah, m/s. 208)

792. Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata: “Hanya orang yang berilmu yang lemah-lembut sahaja berhak untuk menegur pemerintah mereka supaya melakukan kebaikan dan menghalang dari kejahatan serta bersikap adil dalam menyampaikan nasihat.” (Syarhus Sunnah, 10/54)

793. ‘Abdul Malik B. Marwan (seorang Khalifah Bani Umayyah) berkata: “Berlaku adillah kepada kami wahai seluruh rakyat. Kamu mahukan daripada kami seperti pemerintahan Abu Bakr dan ‘Umar, tetapi kamu tidak mahu berjalan bersama kami dan tidak pula mencontohi rakyat di zaman mereka berdua (Abu Bakr dan ‘Umar).” (ath-Thurthusyi, Siraj al-Muluk, 1/94)

794. Syeikh Abul Hassan Ali Nadwi Al Hassani menyatakan: “Kerajaan Islam bukan impian, bukan matlamat dan juga bukan perbualan harian Nabi s.a.w dan Para Sahabat r.anhum.” (Ilal Islami Min Jadid, 107 dan 161)

795. Syeikh Abul Hassan Ali Nadwi Al Hassani menyatakan: “Kezuhudan akan membangkitkan dalam jiwa kekuatan-kekuatan yang terpendam, menyalakan bakat dan kebolehan serta menyalakan ruh dan semangat. Sedangkan keselesaan dan kemanjaan akan membodohkan perasaan, menidurkan jiwa dan mematikan hati..” (Rijāl al-Fikr Wa al-Da’wah: 1/104-105)

796. Berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam perkara menunda-nunda kebaikan: “Sekedar berangan-angan (tanpa realisasi) itu adalah dasar dari harta orang-orang yang bangkrut (muflis).” (Madarijus Salikin: 1/456, Zaadul Ma’ad: 2/325, Ar Ruuh: 247, ‘Iddatush Shobirin: 46)

797. Syaikh Yahya al-Hajuri berkata: “Menyampaikan kebaikan kepada umat manusia adalah termasuk bagian keimanan. Janganlah ada yang mengira bahwa dakwah illallah ataupun tabligh yang dilakukan oleh seseorang itu akan sia-sia belaka selama ia bersikap jujur kepada Allah (ikhlash dalam amalnya) , meskipun tidak ada seorangpun yang menerima dakwahmu maka kamu tetap mendapatkan pahala.” (Syarh al-Arba'in: 105)

798. Hadrathji Yusuf rahmatullahi mengatakan: “Deen/agama tidak dapat difahami dengan tetap di satu tempat. Deen difahami dengan bergerak. Renungkanlah! Wahyu/ Al-Quran itu tidak diturunkan di satu tempat. Wahyu diturunkan kadang-kadang di rumah, kadang-kadang dalam perjalanan dan kadang-kadang dalam pertempuran..”

799. Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata: “Sesungguhnya, di antara kelemahan imanmu, engkau lebih percaya kepada harta yang ada di tanganmu daripada perbendaharaan yang ada di sisi Allah.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2:147)

800. Abu Darda radhiallahu'anhu berkata: “Barangsiapa yang menganggap bahwa berangkatnya seseorang mencari ilmu itu bukan jihad, maka sungguh dia kurang akal dan fikiran.” (Shahih Jami’ Al Bayan, 35/56) - ilmu agama.

801. Syaikh Maulana Ilyas rah.a. mengatakan: “Perhatikanlah benar-benar, bahwa kita senantiasa berhajat kepada para ulama. Tanpa mereka kita tidak dapat ditolong. Bantuan mereka adalah kebahagian kita. Mereka adalah pera pembawa kebaikan-kebaikan dan nur-nur ilmu Nubuwah. Mengetahui derajat mereka adalah berarti meninggikan ilmu Nubuwah, dimana ketinggian mereka sangat layak kita berkhidmat kepada mereka. Dan pahamilah bahwa penghidmatan kita kepada mereka adalah suatu ibadah yang amat besar. Dan tindakan kita mengambil faedah dari petunjuk dan nasehat-nasehat mereka serta selalu bermusyawarah dengan mereka adalah asbab mendapatkan cahaya ilmu Nubuwah.” (Sawanih Yusufi, no 17)

802. Syekh Maulana Ilyas Rah.A berkata: “Kita perlu fikir bersungguh-sungguh bagaimana ulama` dan orang-orang soleh boleh ambil bahagian dalam usaha ini agar mereka mendapat keredhoan dan ketenangan. Jika mereka tidak suka, kita hendaklah bersangka baik atas mereka dan sentiasa menziarahi mereka dengan niat untuk mengambil faedah agama dan berkat dari mereka.” (Malfudzat, 88)

803. Imam Al-Zuhri berkata: “Hisyam bin Hakim bin Hizam al-Qurasyiyy r.a menyeru kepada perkara ma’ruf bersama-sama dengan segolongan bersamanya.” (Tahzib al-Tahzib: 11/37)

804. Imam Al-Zahabi berkata: “Abdul Rahim bin al-‘Althi al-Baghdadi(seorang ahli fiqh dan ahli hadis yang zuhud) mempunyai pengikut-pengikut dan sahabat sahabat yang berusaha menyuruh manusia kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.” (Zail Tabaqat al-Hanabilah: 2/316)

805. Ahmad al-Ghazali rah(saudara kandung kepada Abu Hamid al-Ghazali rah pengarang Ihya’ ‘Ulumuddin) berkata: “Imam Al-Zuhri rah memasuki kampung-kampung dan kebun-kebun, memberi nasihat kepada penduduknya agar mereka mendekatkan diri kepada Allah S.W.T.” (Tabaqat al-Syafi’iyyah: 6/62)

806. Ibnu al-Musayyib berkata: “Seandainya aku dapat menyaksikan bahawa seseorang termasuk ahli syurga, maka aku akan menyaksikan bahawa Ibnu Umar termasuk ahlinya.” (Siyar A'lam An-Nubala')

807. Diriwayatkan dari Nafi’, dia berkata: “Seandainya engkau melihat Ibnu Umar ketika mengikuti Rasulullah SAW, maka engkau akan berkata, “Dia orang gila.” (Siyar A'lam An-Nubala')

808. Ali bin Abi Thalib r.a berkata: “Manusia (di dunia rata-rata) tidur; bila mereka mati, barulah terjaga.” (Ihya' Ulumuddin, 4:23)

809. Syeikh Maulana Ilyas rah.a berkata: “Meminta kurniaan dan rezki dari Allah adalah fardhu, meminta upah di dunia dari ibadat serta khidmat adalah HARAM.” (Maldfuzat: 168)

810. Syeikh Maulana Ilyas rah.a berkata: “Kita perlu fikir bersungguh-sungguh bagaimana ulama` dan orang-orang soleh boleh ambil bahagian dalam usaha ini agar mereka mendapat keredhoan dan ketenangan. Jika mereka tidak suka, kita hendaklah bersangka baik atas mereka dan sentiasa menziarahi mereka dengan niat untuk mengambil faedah agama dan berkat dari mereka.” (Maldfuzat: 88)

811. Syeikh Maulana Ilyas rah.a berkata: “Natijah ilmu ialah wujudnya amalan. Dan natijah amalan ialah wujudnya zikir. Apabila ilmu tidak wujudkan amalan(hanya ilmu sahaja), maka ia adalah ZULMAT. Jika amalan tidak beserta ingat pada Allah, maka ia adalah bisikan sahaja. Zikir tanpa ilmu adalah FITNAH.” (Maldfuzat: 63)

812. Hazrat Maulana Ibrahim dalam bayan subuhnya pada 15/7/2010 di Masjid Bangawali, Nizamuddin. Hazrat berkata: “Natijah hujan adalah air yang bersih dan pada sudut pandangan, adalah satu makhluk biasa. Tetapi kesan pergerakannya amat luar biasa. Wujudnya hujan, satu perkara akan menjadi hidup (tanah kering kontang menjadi subur dengan tumbuh tumbuhan). Begitu juga pergerakan umat ini, pergerakan hujan natijahnya memberi manfaat. Air hujan membasahi setiap penjuru tempat, tanpa mengira keadaan tempat tersebut. Dengan wujudnya hujan, maka faedahnya dapat memberi manfaat kepada satu kehidupan. Air itu diumpamakan agama dan pergerakan hujan diumpamakan pergerakan umat dengan kerja agama.”

813. Maulana Talha Nizamuddin rah.a berkata kepada salah seorang muridnya: “Bekalan yang berharga untuk dibawa mati itulah adalah dalam mengamal, menyebar dan mengajak manusia untuk amalkan agama. Jika masa yang telah berlalu tanpa berusaha untuk maksud ini, maka sesungguhnya dia telah merugikan masanya di dunia dan di akhirat kelak dia akan menyesal. Matinya adalah satu kemiskinan yang hakiki. Maka wahai anak muridku, maksud kita dihantar adalah untuk mati, maka pergunakan setiap sisa-sisa detik, ketika dan masa ini untuk usahakan bekalan yang berharga dengan perantaraan mengamal, menyebar dan mengajak manusia untuk amalkan agama. Semoga Allah berkati pertemuan kita ini.”

814. Syeikh Maulana Ilyas rah.a mengatakan: “Jadikanlah diri kita maqbul disisi Allah, maka Allah s.w.t akan memerintahkn semua makhluk untuk menyintai kita.”

815. Di dalam satu safar, Hazrat Mufti Zainal Abidin rah pernah bertanyakan kepada ameer Hj. Abd Wahab berkenaan malfuzatnya lebih banyak dijadikan sebagai usul, tertib dan nasihat dalam usaha. Setelah safar, Hj. Abd Wahab memberikan nasihat kepadanya: “Sejauh mana masa dikorbankan untuk usaha agama, sebanyak itulah Allah akan campakkan roh dalam percakapan agama kita. Jika percakapan kita mempunyai roh, maka Allah akan sebarkan percakapan itu dikalangan manusia, dan diberi taufiq untuk amalkan apa yang dipercakapkan. Sekarang, berapa lamakah masa yang kamu telah berikan untuk pengorbanan dalam usaha agama? Saat ini, kamu balik ke madrasah kamu dan uruskan hal peribadi kamu, padahal saya kembali kepada markaz Raiwind untuk bagi masa. Fikirkanlah jawapannya.”

816. Syeikh Maulana Ilyas rah.a mengatakan: “Sedangkan kamu tidak mendirikan ahkam Allah, perintahNya dan larangan-laranganNya pada dirimu sendiri dan pada kawasan-kawasan yang mana kamu ada kuasa (mempunyai kebolehan mendirikan perintah-perintah Allah yang tiada halangan apa-apa), maka bagaimanakah pula kamu boleh diberikan peraturan-peraturan dunia dan tugas itu? Tujuan Allah untuk memberi kuasa kepada orang orang beriman ialah supaya mereka mendirikan hukum-hakam dan kehendak-kehendak Allah s.w.t atas muka bumi ini. Apabila kamu tidak mendirikannya dikawasan yang terhad, manakah ada harapan boleh mencapai tujuan Allah s.w.t. apabila kamu diberi kuasa kerajaan didunia nanti.” (Malfuzat)

817. Syeikh Maulana Ilyas rah.a mengatakan: “Kedudukan fardhu adalah terlalu tinggi daripada sunat. Bahkan harus kita faham bahawa tujuan sunat adalah untuk kesempurnaan fardhu yang digantikan dengannya apabila didapati kekurangan didalamnya. Kesimpulannya, fardhu adalah perkara yang asli dan merupakan matlamat. Amalan sunat adalah dibawahnya dan juga untuk mengelokkannya. Tetapi keadaan setengah manusia ialah,mereka lalai daripada amalan-amalan fardhu dan sebaliknya memberi keutamaan dan kesibukan di dalam amalan amalan sunat. Misalnya tuan-tuan sedia maklum bahawa ‘dakwat ilal khair’ mengajakan kepada kebaikan,’amar bil makruf’ menyuruh berbuat baik, dan ‘nahi ‘anil munkar’ mencegah kejahatan(pendek kata kesemua kerja bahagian kerja tabligh) adalah fardhu. Tetapi berapa ramaikah yang dapat menunaikannya? Walhal bilangan orang yang menunaikan zikir tasbih yang sunat dan amalan sunat yang lain begitu ramai sekali.” (Malfuzat)

818. Syeikh Maulana Ilyas rah.a mengatakan: “Keistimewaan dan keatasan manusia berbanding dengan makhluk yang selainnya adalah khusus dari segi percakapan. Kini, dengan percakapan itu dia bercakap akan perkara yang baik dan menggunakan hanya kapada perkara kebaikan sahaja, maka keistimewaan dan ketinggian akan diperolehi dalam kebaikan. Dan sekiranya dia bercakap hal-hal keburukan, misalnya dia bercakap mengenai keburukan dan dengan percakapannya dia menyusahkan manusia tanpa hak, maka dengan keadaan demikian dia memperolehi keistimewaan dan keatasan dari segi keburukan, sehingga kadang kala percakapan inilah manusia menjadi lebih buruk dari anjing dan babi.” (Malfuzat)

819. Syeikh Maulana Ilyas rah.a mengatakan: “Kita telah diperintahkan supaya harta yang telah dikurniakan didalam penghidupan dunia jangan dijimatkan dan dijaga didalam simpanan yakni janganlah bakhil, bahkan harus kita membelanjakannya. Tetapi harus pula kita menjaga syaratnya semasa membelanjakannya, iaitu perbelanjaannya janganlah melampaui perkara-perkara yang tidak patut. Yakni perbelanjaannya mestilah kepada perkar-perkara yang betul dengan mengikut cara yang telah diajar oleh Allah s.w.t dan juga didalam batasNya.” (Malfuzat)

820. Syeikh Maulana Ilyas rah.a mengatakan: “Maksud ittiba’ Nabi SAW adalah mengikuti kepada dua perkara: Amalan Rasulullah SAW dan Maksud hidup Rasulullah SAW.”

821. “Iman seseorang itu ibarat air yang dituangkan ke dalam gelas, sebanyak mana usaha menuang air kedalam cawan tersebut maka sebanyak itulah paras air yang akan memenuhi cawan tersebut. Begitulah iman seseorang kepada Allah SWT, lebih diusahakannya maka lebihlah hasilnya, kurang usahanya maka kuranglah hasilnya.” - Tamthil

822. Abdul Malik telah bertanya kepada ayahnya, “Mengapa tidak dilaksanakan semua perkara Islam, walhal kita sudah memerintah?” Umar bin Abdul Aziz menjawab, “Jangan kamu gopoh wahai anakku, sesungguhnya Allah cela arak dalam al-Quran sebanyak dua kali, kemudian haramkannya pada kali yang ketiga. Aku bimbang, jika aku laksanakan kebenaran kepada manusia secara total, bimbangnya mereka menolak kebenaran itu secara tolal juga.”(Al-Muwafaqat, 2/94)

823. “Ada kemungkinan matahari terbit, tapi tidak ada cahaya. Tapi tidak mungkin sama sekali ada dakwah, tetapi tidak ada hidayah! Ini bukan kerja main-main. Tapi ini kerja seluruh para nabi! Hari ini, tertib yang kita buat, menjadikan dakwah ini nampak mudah dan kecil. Bukan macam itu! Dakwah ialah kerja yang sangat besar.” - Maulana Muhammad Saad

824. “Usaha melalui hati dan bukan pikiran. Sejauh mana hatimu menangis, sejauh mana hatimu risau atau sejauh mana terbakarnya hati, atau sejauh mana risau runsingnya hati bukan bagaimana pemikiranmu bekerja, atau bagaimana pemikiranmu membuat rancangan, atau bukan bagaimana pemikiranmu membuat rencana atau bukan bagaimana pemikiran filosofi yang tinggi-tinggi untuk mendapatkan gagasan-gagasan.” - Ustadz Muhammad Qosim At-Timori

825. Syeikh Maulana Saad Al Kandhlawi pernah ditanya oleh seseorang: “Syeikh, anda telah berkeliling dunia meninggalkan anak dan isteri, menghilangkan hak-hak mereka, bagaimana anda mempertanggungjawabkannya nanti?” Beliau menjawab: “Itu benar, anak dan isteri saya telah terkurangi hak-haknya, tapi dengan berkelilingnya saya, banyak laki-laki yang paham akan agama, dengan pahamnya mereka terhadap agama, maka hak-hak anak dan isteri mereka akan dipenuhi, berapa banyak keluarga yang akan dipenuhi hak-haknya oleh suami-sumai mereka..”

826. “Jikalau kamu bingung mau pilih yang mana antara dunia atau akherat, maka tubruk kan saja dunia mu itu dengan akherat ... maka Insya'Allah langsung 4 Bulan..” - KH. Mukhlisun

827. Syaikh Ahmad Lat An-Nadwi dalam bayannya di Ijtima Malaysia 2009 mengatakan: “Apabila maut datang mencengkam, zahirnya mata tertutup, tetapi yang sebenarnya pada masa itulah mata mereka akan terbuka dan segalanya akan tersingkap...! Walau di mana jua kita berada, kita kena tahu apa yang Allah kehendaki daripada kita. Dan kita kena tunaikan kehendak Allah itu mengikut cara Nabi Muhammad s.a.w, itulah hakikat kehambaan...”

828. Maulana Hazim di dalam bayannya mengatakan: “Maksud amal ketaatan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh sebab itu alim ulama beritahu bahawa peluang untuk setiap manusia makin hampir dengan Allah adalah sebanyak mana nafas yang masuk dan keluar daripada badan. Kerana dengan setiap nafas yang masuk dan keluar daripada badan dan bersama itu kita dapat melakukan amal ketaatan kepada Allah, yang menyebabkan kita semakin hampir dan dekat kepada-Nya.”

829. Hadhrat Hj Imdadullah Muhajir al Makki rah berkata: “Walaupun jika anda melakukan sesuatu perbuatan (kebaikan) kerana riya' (menunjuk-nunjuk), jangan tinggalkan amalan tersebut. Walaupun pada mulanya ia akan menjadi riya', kemudian (dengan keteguhan) ia akan bertukar menjadi adat (tabiat). Akhirnya, daripada adat akan bertukar menjadi ibadat.”

830. Tamthil Hazrat Maulana Nadzrurrohman: “Ingatan kita kepada Allah hendaklah seperti seorang ibu ingat kepada anaknya yang kecil, dia akan gelisah jika tidak melihatnya. Hendaklah kita ada kegelisahan jika dalam kehidupan kita ada masa yang terlewatkan dari mengingat Allah.”

831. Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Saya tidak pernah menghadapi sesuatu yang lebih berat daripada niat, karena niat itu berbolak-balik (berubah-ubah).” (Hilyatul Auliya: 7/hal.5 dan 62, Jami’ul ‘Ulul wal Hikam: hal.70)

832. Seseorang bertanya pada Tamim Ad-Dari “Bagaimana sholat malam engkau?” Maka marahlah Tamim, sangat marah, kemudian berkata, “Demi Allah, satu rakaat saja sholatku ditengah malam, tanpa diketahui (orang lain), lebih aku sukai daripada aku sholat semalam penuh kemudian aku ceritakan pada manusia.” (Dinukil dari kitab Az- Zuhud, Imam Ahmad)

833. Abu Nu’aim meriwayatkan: “Ayyub As-Sikhtiyani sholat sepanjang malam, dan jika menjelang fajar maka dia kembali untuk berbaring di tempat tidurnya. Dan jika telah terbit fajar maka dia pun mengangkat suaranya seakan-akan dia baru saja bangun pada saat itu.” (Al-Hilyah: 3/8)

834. Imam Ahmad mengatakan kepada salah seorang muridnya (yang bernama Abu Bakar) tatkala sampai kepadanya kabar bahwa manusia memujinya: “Wahai Abu Bakar, jika seseorang mengetahui (aib-aib) dirinya maka tidak bermanfaat baginya pujian manusia”. (As-Siyar 11/211)

835. Berkata Imam Ahmad: “Aku ingin tinggal di jalan-jalan di sela-sela gunung-gunung yang ada di Mekah hingga aku tidak dikenal. Aku ditimpa musibah ketenaran (kemasyuran).” (As-Siyar: 11/210)

836. Maulana Umar rah berkata: “Ketiadaan dan kekurangan amalan agama akan mengakibatkan kehancuran, kecelakaan, kesengsa​raan dan kehinaan serta penyesalan manusia didunia sampailah diakhirat selama-lamanya.”

837. “Hari-hari berlalu kepada kita semua silih berganti, Kita hanyalah digiring kepada ajal sedangkan mata melihatnya sendiri, Masa muda yang telah berlalu tidak akan pernah kembali, Dan uban yang telah keruh tidak akan pernah pergi.” (Syadzaratudz Dzahab: 6/231)

838. Imam Asy-Syafi’i pernah berkata: “Keridhaan manusia adalah suatu yang sulit dicapai, maka hendaklah engkau memperbaiki dirimu dan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh, karena tiada jalan membuat seluruh manusia ridha terhadapmu.” (Hilyatul Auliya': 9/122)

839. Hadhrat Mufti Muhammad Abdur Rahim Lajpuri Rahmatullahi A`laih berkata: “Kawan manusia ialah mereka yang berusaha keras membina kehidupan akhirat walaupun nampak seperti memusnahkan keduniaannya. Musuh manusia ialah mereka yang memusnahkan kehidupan akhirat walaupun ia nampak seperti keuntungan dunia.”

840. Hazrat Maulana Ashraf Ali Thanwi Rahmatullahi A`laih pernah berkata: “Apabila saya mengambil tanggungjawab seseorang, saya akan menganggap dia sebagai orang besar dan lebih mulia dari diri saya sendiri.”

841. Hazrat Maulana Shah Abrarul Haq Hardoi Sa`ab Rahmatullahi A`laih berkata: “Apabila doktor memberikan suntikan kepada seorang Putera Raja, doktor itu tidak merasa dirinya mulia dan besar dari Putera raja itu. Dalam maksud yang sama apabila kita bercakap tentang agama kita tidak seharusnya merasa diri kita ini lebih besar dan mulia dari para pendengar.”

842. Maulana Umar Palampuri Rahimahullah berkata: “Orang kuat adalah orang yang sanggup bertahan dalam arus kerosakan. Orang yang lebih kuat adalah orang yang sanggup melawan arus kerosakan. Namun orang yang paling kuat adalah orang yang sanggup merubah arah arus kerusokan menuju arus kebaikan.”

843. Al-Imam Ibnu Rajab berkata: “Kesabaran ada tiga macam, yaitu kesabaran dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kesabaran dalam menjauhi larangan-larangan Allah, dan kesabaran atas takdir Allah. Ketiga hal itu terkumpul pada puasa, sebab dalam puasa ada kesabaran dalam ketaatan kepada Allah, kesabaran dalam menahan hawa nafsu yang diharamkan Allah kepada orang yang berpuasa, dan kesabaran atas apa yang ditakdirkan menimpa orang yang berpuasa berupa rasa lapar, haus serta lemahnya badan.” (Latha-if al-Ma’arif, hal.354)

844. Sheikh Saed Zayani dalam baynannya mengatakan: “Ahli Agama ialah mereka yang menggunakan dunia untuk kepentingan Agama sebaliknya mereka yang menggunakan agama untuk kepentingan dunia dinamakan Ahli Dunia.”

845. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan: “Betapa banyak manusia yang bercita-cita untuk berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi cita-citanya tidak sampai karena ia keburu masuk ke dalam gelapnya kuburan. Betapa banyak manusia yang sedang menjalani harinya tapi tak dapat menyelesaikannya, dan betapa ramai orang yang mengira dapat bertemu hari esok tapi tak mendapatkannya. Sungguh, jika kalian melihat kematian dan beratnya perjalanan setelahnya, pasti kalian akan membenci panjang angan-angan dan tidak mau terpedaya karenanya.” (Latha-if Al-Ma’arif : 351)

846. Di samping ilmu zahir, hendaklah dipelajari juga ilmu yang berkaitan hati dan rohani supaya hati juga akan dihiasi dengan ilmu, kerana ilmu yang tidak memberi kesan kepada hati akan didakwa oleh Allah SWT pada hari kiamat. - Maulana Muhammad Zakariyya rah.a

847. Mu'awiyah bin Abu Sofyan رضي الله عنه berkata: “Adapun Abu Bakar, ia tidak sedikitpun menginginkan dunia dan dunia juga tidak ingin datang menghampirinya. Sedangkan Umar, dunia datang menghampirinya namun dia tidak menginginkannya, adapun kita bergelimang dalam kenikmatan dunia.” (ath-Thabaqat al-Kubra, 2/277)

848. Dari Salim bin Abu al-Jady dari Ummu Ad-Darda, Abu Darda berkata: “Berfikir sesaat lebih baik dari solat satu malam.” (Shifah As-Shafwah)

849. Dari Qobus dari Ibnu Abbas: “Kesulitan paling akhir yang dihadapi oleh seorang beriman adalah kematian.” (Shifah As-Shafwah)

850. Dari Muawiyah bin Qarran, Abu Ad-Darda berkata: “Tuntutlah ilmu, jika kalian tak sanggup, maka bergaullah kalian dengan para ahli ilmu dan jika kalian tidak sanggup bergaul dengan mereka maka janganlah kalian membenci mereka.” (Shifah As-Shafwah)

851. Dzun Nun al-Mishri rahimahullah berkata: “Dahulu para ulama saling menasihati dengan tiga hal: Barangsiapa memperbagus keadaan batinnya, Allah akan memperbagus lahiriahnya; barangsiapa memperbaiki hubungan dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia dan barangsiapa yang memperbaiki urusan akhiratnya, Allah akan memperbaiki urusan dunianya.” (as-Siyar, 19/141)

852. Abu Usamah Al-Khuza’i berkata: “Imam Malik jika ingin keluar untuk menyampaikan hadits ia berwudhu sebagaimana wudhu untuk melaksanakan sholat dan memakai pakaiannya yang paling indah, memakai kopiah beliau dan menyisir (merapikan) jenggot beliau. Beliau ditanya tentang sikapnya itu maka kata beliau, “Aku mengagungkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berbuat demikian.” ([Al-Jami’, 2/34)

853. Hammad bin Salamah berkata: “Kami sedang bersama Ayyub lalu kami mendengar suara (keras namun tidak jelas), maka Ayyub berkata, “Suara apa ini?, apakah kalian tidak tahu bahwasanya mengangkat suara tatkala hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disampaikan (dibacakan) seperti mengangkat suara dihadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala ia masih hidup?” (Al-Jami’: 1/128, 130)

854. “Muhammad bin Sirin berbicara dan tertawa, namun jika datang hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka iapun dalam keadaan khusyu.” (Al-Jami’, 2/57)

855. Ibnu Abi Az-Zinad berkata: “Said ibn Al-Musayyib tatkala beliau sakit beliau berkata, “Dudukkan aku, aku merasa berat untuk menyampaikan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berbaring.” (Al-Jami’: 2/34, Jami’ bayanil ‘ilmi wa fadhlihi: 2/1220)

856. Berkata Ishaq: “Aku melihat Al-A’masy jika dia hendak menyampaikan hadits dan dia dalam keadaan tidak berwudhu maka dia bertayammum.” (Jami’ bayanil ‘ilmi wa fadhlihi: 2/1217, syarh As-Syifa: 2/77)

857. ‘Amr bin Maimun berkata: “Aku bolak-balik mendatangi Ibnu Mas’ud selama setahun, dan tidaklah aku pernah mendengarnya berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda” kecuali pada suatu hari ia menyampaikan hadits dan keluar dari lisannya perkataan “Rasulullah telah bersabda”, kemudian menimpa beliau ketakutan hingga aku melihat keringat keluar dari keningnya kemudian ia berakata, هكذا إن شاء الله، أو فوق ذا، أَو مَا دون ذا “Seperti ini insya Allah, atau kurang lebih seperti ini (lafal haditsnya sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) kemudian mengembang kedua pipi beliau, berubah masam wajahnya dan kedua matanya berlinang air mata.” (Al-Jami’ Li Akhlaqi Ar-Rawi wa Adabis Sami’: 2/66-67, As-Syifa bita’rifi huquqil Musthofa: 2/599)

858. Abdurrahman bin Qosim pernah menyebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka pucatlah wajahnya seakan-akan telah kering darah dari wajahnya. Lidahnya kering di mulutnya karena pengagunggannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku (Mush’ab bin Abdillah) pernah mendatangi ‘Amir bin Abdillah, jika disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapannya maka diapun menangis hingga kering air matanya” Dan aku telah melihat Imam Az-Zuhri –dan dia adalah orang yang paling dermawan dan paling dekat dengan manusia-, jika disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisinya maka seakan-akan engkau tidak mengenalnya dan dia tidak mengenalmu. Dan aku pernah mendatangi Sofwan bin Sulaim –dan dia adalah termasuk ahli ibadah dan kesungguhan-, jika disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapannya maka iapun menangis hingga orang-orang pergi meninggalkaannya.” (As-Syifa bita’rifi huquqil Musthofa, hal.598)

859. Ahmad bin Sulaiman Al-Qotton berkata: “Tidak ada yang berbicara di majelis penyampaian hadits Abdurrahman bin Mahdi, dan tidak ada yang meruncing alat tulisnya, dan tidak seorangpun yang tersenyum. Jika ada yang berbicara atau meruncing alat tulisnya di majelisnya maka iapun berteriak dan memakai kedua sendalnya lalu masuk dalam rumahnya (tidak jadi menyampaikan hadits). Demikian juga yang dilakukan oleh Ibnu Numair, dan dia adalah termasuk orang yang paling tegas dalam perkara ini. Waki’ juga demikian, orang-orang yang berada di majelisnya seakan-akan mereka sedang melaksanakan sholat. Jika ia mengingkari suatu perkara yang dilakukan diantara mereka maka iapun memakai sendalnya lalu masuk dalam rumahnya. Ibnu Numair marah dan berteriak, dan jika ia melihat ada yang meruncing alat tulisnya maka berubahlah wajahnya.” (Al-Jami’: 1/128, 130)

860. Rumah dalam kegelapan, tidak dapat bezakan antara ular dengan tali. - Tamthil

861. Seseorang yang menggabungkan amal dan asbab di dalam yakinnya tidak akan mendapat kemanisan dan khusyu' di dalam beramal. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a

862. Mufti Maulana Muhammad Ahmad Bahawalpuri menasihatkan kepada pekerja agama: “Masjid adalah satu perkara dan amalan masjid nabawi pun adalah satu perkara, yakni masing-masingnya adalah dua perkara yang berlainan. Tetapi bila disatukan, iaitu apabila zahir bentuk masjid dimakmurkan manusia dan serentak dengannya amalan-amalan masjid nabawi juga dihidupkan maka hasilnya adalah Allah kurniakan hidayahNya. Inilah tertib untuk hasilkan hidayah Allah SWT. Sebaliknya tapi jika dua perkara ini terpisah dan tidak dihidupkan, hidayah daripada Allah akan tersekat sama sekali.”

863. Mufti Maulana Muhammad Ahmad Bahawalpuri menasihatkan kepada pekerja agama: “Kesyumulan agama, dalam sahabah adalah 100% tahap sepertimana yang telah ditinggalkan oleh Nabi SAW. Disebalik semua ini, adalah sebenarnya datang daripada hasil usaha agama yang dibawa Nabi SAW. Seluruh sahabah telah datang kepada usaha agama Nabi SAW iaitu amalan masjid nabawi. Apakah itu usaha agama? usaha agama adalah satu usaha untuk menghidupkan kembali amalan masjid nabawi, hubungkan manusia dan masjid dengan amalan dakwah, taklim, ibadat dan khidmat, cara Nabi SAW. Maka hasil daripada usaha agama, amalan agama yang sempurna akan datang dalam kehidupan kamu.”

864. Lingkungan lima tertib usaha agama: 1. Buat dengan yakin yang betul (ehsan, yakin). 2. Usaha cara Nabi SAW (tariqah dan ilmu, pengendalian alim ulama). 3. Penuh pengorbanan (dugaan dan ujian, mujahadah nafs). 4. Berterusan tanpa cuti (istiqamah ikhlas dan istiqlas) dan 5. Banyak alirkan air mata dengan berdoa (ibadah dan dzikir).

865. Mufti Maulana Muhammad Ahmad Bahawalpuri menasihatkan kepada pekerja agama tentang maksud keluar di jalan Allah: “Jadi kamu di sini, kena faham bahawa masa yang diluangkan, negara, keluarga dan pekerjaan yang kamu telah tinggalkan sekarang ini adalah satu perkara besar kerana kamu telah buat pengorbanan. Maka pengorbanan ini sebenarnya adalah untuk belajar, bagaimana tahap kehidupan dan tahap agama kamu akan menjadi sepertimana yang ada pada sahabah iaitu tingkat agama dan kehidupan sesyumul zaman Nabi SAW..”

866. Berkata Abu Bakr Ash-Shiddiq: “Tidaklah aku meninggalkan sesuatu yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali aku melakukannya dan sesungguhnya aku benar-benar takut kalau aku meninggalkan sedikit saja dari perintah beliau maka aku akan menyimpang.” (Al-Ibaanah, Ibnu Baththah 1/246, Ta'zhiimus Sunnah hal.24)

867. Abu Bakar Ash Shiddiq r.a berkata: “Demi Allah, jika mereka hanya membayar zakat unta tanpa talinya, tidak dengan keduanya sebagaimana mereka membayarkannya pada zaman Rasulullah sallahu 'alaihi wasallam, kemudian pohon, tanah, jin dan manusia membantu mereka, niscaya aku akan berjihad atas mereka hingga rohku kembali kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak memisahkan antara shalat dan zakat, kemudian menyatukannya lagi.” (fii Kanzul Ummal, 3/142)

868. Imam adz-Dzahabi rahimahullah menukilkan: “Tidak ada yang berkata-kata (berbual) dalam majlis ilmu 'Abdurrahman B. Mahdi rahimahullah, tidak ada pula yang sibuk mengasah pensil, tiada seorang pun yang tersenyum, dan tidak ada seorang pun yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang solat (kerana terlalu tekun). Jika beliau melihat salah seorang di antara mereka tersenyum atau berbual-bual, maka beliau segera memakai seliparnya lalu beredar keluar.” (Siyar A’lam an-Nubala’, 9/202-203. Tazkiratul Huffaz, 1/242, no. 313)

869. “The work of da'wah is the greater jihad.” - Hazrat Maulana Yusuf Binori r.alayhi

870. “The tablighi jama'at gave Darul Ulum (Deoband) a Mufti. The Darul Ulum needed a Mufti, so they requested the tablighi jama'at who gave them a Mufti as I am first a tablighi then a Mufti.” - Hazrat Mufti Mahmud Hassan Gangohi r.alayhi

871. “Molvi Ilyas has changed 'yas' (despondency) into 'as' (hope). This is the original effort.” - Hakimul Ummah Hazrat Maulana Ashraf Ali Thanwi r.alayhi

872. “Dear brothers! This is a tablighi gathering and this tabligh was originally the practice of Rasulullah s.a.w. The work you are doing is therefore not insignificant. I give you the glad tidings that Allah has granted you the opportunity to carry out a great service.” - Sheikhul Islam Hazrat Maulana Husain Ahmad Madani r.alayhi

873. “There are four ways of attaining self reformation and by good chance, they all happen to be found in the tablighi jama'at. It includes sitting in the company of the pious, it includes dzikr and fikr, it includes brotherhood for the pleasure of Allah, it includes taking lessons from enemies and also taking account of oneself. The tablighi jama'at is a conglomeration of the four. For an average person there can be no way better than this for attaining self-reformation.” - Hazrat Maulana Qari Muhammad Tayyib r.alayhi

874. Berkata Imam Abu `Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari: “Hargailah masa lapang kamu, kerana mati kamu mungkin datang tanpa diduga. Ramai manusia sihat yang aku lihat bebas daripada penyakit, tetapi nyawa mereka terpisah daripada badan tanpa diduga.” (Sirah al-Imam al-Bukhari, Salahuddin `Ali `Abdul Maujud)

875. Berkata Imam Syafii Rahimahullah: “Tidak semua angan-angan dan cita-cita manusia terkabulkan sebagaimana tidak diharapkannya badai oleh banyak kapal.” (Diwan, Hal.8)

876. “Sesungguhnya di antara balasan amalan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di antara balasan dari amalan kejahatan adalah kejahatan selanjutnya.” (Tafsir surah Al Lail Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir)

877. Al Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Sifat yang disebutkan dalam (Al Fajr ayat 15-16) adalah sifat orang kafir yang tidak beriman pada hari berbangkit. Sesungguhnya kemuliaan yang dianggap orang kafir adalah dilihat pada banyak atau sedikitnya harta. Sedangkan orang mukmin, kemuliaan menurutnya adalah dilihat pada ketaatan pada Allah dan bagaimana ia menggunakan segala nikmat untuk tujuan akhirat. Jika Allah memberi rizki baginya di dunia, ia pun memuji Allah dan bersyukur pada-Nya.” (Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an)

878. Ath Thobari rahimahullah menjelaskan surah Al Fajr ayat 15-16): “Adapun manusia ketika ia diuji oleh Rabbnya dengan diberi nikmat dan kekayaan, yaitu dimuliakan dengan harta dan kemuliaan serta diberi nikmat yang melimpah, ia pun katakan, “Allah benar-benar telah memuliakanku.” Ia pun bergembira dan senang, lantas ia katakan, “Rabbku telah memuliakanku dengan karunia ini. Adapun manusia jika ia ditimpa musibah oleh Rabbnya dengan disempitkan rizki, yaitu rizkinya tidak begitu banyak, maka ia pun katakan bahwa Rabbnya telah menghinakan atau merendahkannya. Sehingga ia pun tidak bersyukur atas karunia yang Allah berikan berupa keselamatan anggota badan dan rizki berupa nikmat sehat pada jasadnya.” (Tafsir Ath Thobari)

879. Berkata Imam Ibnu Rajab Rahimahullah: “Dunia ini seluruhnya adalah bulan puasa bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan hari rayanya adalah hari pertemuan dengan Rabb-Nya. Dan sesungguhnya sebagian besar waktu siang untuk puasa telah lewat, sedangkan hari raya pertemuan dengan Rabb-Nya telah dekat.” (Lathaif Al-Ma’arif)

880. Imam Qatadah rah (Wafat: 118H) berkata: “Sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai adanya perpecahan terhadap kamu. Allah telah menjelaskannya kepada kamu, memberi peringatan tentang perpecahan, dan melarang kamu dari terlibat dengannya. Sebaliknya Allah meredhai bagi kamu kepatuhan, ketaatan, perpaduan, dan al-jama’ah. Oleh sebab itu, redhailah untuk diri kamu sedaya-upaya apa sahaja yang telah Allah redhai bagi kamu. Bahawasanya tiada kekuatan melainkan dengan izin Allah.” (Tafsir ath-Thabari, 7/74)

881. Umar Ibn al-Khaththab berkata: “Kekayaan dan kefaqiran adalah dua tunggangan, aku tidak peduli yang mana dari keduanya yang aku tunggangi.” (Majmu' al-Fatawa, vol. XI, hal. 123)

882. Imam al-Munawi berkata: “Berapa banyak orang kaya yang kekayaannya tersebut tidak menyibukkan dan melalaikannya dari Allah, sementara berapa banyak orang fakir yang kefakirannya menyibukkan dan melalaikannya dari Allah.” (Faidhu’l Qadir, vol. II, hal. 288)

883. ‎“Seseorang terkadang dikaruniai kecerdasan. Namun, dia tidak dikaruniai keshalehan.” (Syarah Matan al-Waraqaat Fii Ushuul al-Fiqhi: 3/19, Syaikh Abdul Karim al-Khudair)

884. Imam Al-Khatib Al-Baghdadi (wafat 463 H) dalam mukaddimah kitabnya Iqtidha’ Al Ilmi Al Amal berkata: ‎“Yang paling memprihatinkan adalah seorang ahli ilmu yang ditinggalkan manusia karena keburukan akhlaknya, atau seorang bodoh yang diikuti manusia karena banyak ibadahnya.”

885. Dalam sebuah syair dikatakan: ‎“Berbuat baiklah kepada manusia niscaya engkau akan mendapatkan hati mereka, Betapa sering perbuatan baik itu dapat menundukkan manusia.”

886. Keinginan-keinginan terhadap dunia seperti gelombang-gelombang ombak yang berterusan dan bersilih ganti. - Tamthil

887. Maulana Sa'ad Damat Barakatuhu Katakan, Bahwasanya Sunah Da'wah Nabi SAW ada 3; 1. Da'wah secara umumiyat, 2. Terjun kesetiap lapisan masyarakat dan 3. Sabar dan Tahammul dalam menerima setiap ujian. (Musy. Indonesia di Nizamuddin Okt 2011)";

888. Dari Abu Darda' Radhiyallaahu 'anhu mengatakan: ‎“Tanda kebodohan itu ada tiga: 1. Mengagumi diri sendiri, 2. Banyak bicara dalam hal yang tidak bermanfaat dan 3. Melarang sesuatu namun melanggarnya.” (Jami' Bayan Al-'Ilmi wa Fadhlih, I/143)

889. “The effort of tabligh is like rain, which reaches every area whether people like it or not. Without asking renumeration from people, it pours over the rivers and oceans just as it falls on mountains, rocky grounds and salt flats. It is according to the potential of the ground that it either derives benefit from the rain or is deprived. The rain water then collects in the dams and watering holes from which humans and animals derive benefit for a long time. It is with this water that fields are irrigated and crops grown. Had it not been for the rain, even dams and wells would run dry..” - Hazrath Mufti Mahmood Saab Rahmatullah ‘Alaih

890. ‎Imam Adz-Dzahabi menceritakan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu pernah dalam sebuah majelis mendapatkan 30.000 dinar. Tapi dalam bulan berikutnya ia tidak memakan sepotong dagingpun, itu semua karena hartanya habis diinfakkan. (Siyar A’lam An-Nubala': 3/128)

891. ‎Seorang ulama terkenal bernama Laits bin Saad, beliau mendapatkan gaji 20.000 dinar setiap tahun. Ia berkata : “Meski hartaku sebanyak ini, aku tidak pernah terkena zakat.” (Tarikh Baghdad : 13/80). Hal ini karena harta beliau digunakan untuk berinfak di jalan Allah dan habis sebelum satu tahun, sehingga ia tidak pernah terkena kewajiban zakat."

892. Abu Hazim mengatakan: “Aku tidak pernah berkomentar tentang ulama, kecuali yang baik. Saya menjumpai para ulama, dan mereka merasa kaya dengan ilmunya sehingga tidak butuh orang yang kaya dunia. Sementara orang yang kaya dunia tidak merasa kaya dengan dunia mereka, sehingga tetap butuh ilmu ulama.” (Al-Madkhal ilas sunan al-Baihaqi, 456)

893. Abdullah bin al-Mu’taz rahimahullah berkata: “Ilmu seorang munafik itu terletak pada ucapannya, sedangkan ilmunya seorang mukmin terletak pada amalnya.” (Tsamrat al-’Ilmi al-’Amal, hal. 44-45)

894. Sufyan ats-Tsauri rahimahullah pernah ditanya, “Menuntut ilmu yang lebih kau sukai ataukah beramal?” Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya ilmu itu dimaksudkan untuk beramal, maka jangan kau tinggalkan menuntut ilmu dengan alasan beramal, dan jangan kau tinggalkan amal dengan alasan menuntut ilmu.” (Tsamrat al-’Ilmi al-’Amal, hal. 44-45)

895. Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna,tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna,niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat.” (Mawai’zh lilImam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185)

896. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata: “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.” (Al Jawabul Kaafi, hal 156)

897. Hazrat Maulana Yusuf rah used to say: “The object of the work is not merely to cause a few branches or selected aspects of Deen to spread, but the actual object of the work is that the entire Deen of Muhammad saw. and the practices of the Sahabah ra. are revived and flourish.”

898. Hadhrat Mufti Azeezur Rahmaan Bijnori writes: “Hadhrat Moulana Mohammed Yusuf Sahib began teaching while he was a student. This remained his beloved occupation until the end of his life. He spent the time which remained after lecturing, supervising the movement of Jamaats and writing and teaching students. Once I complained to him that I was tired of teaching. I wished to place my responsibility of teaching on some capable person so that I could proceed in the path of Allah for a few days. On this he said, “Never ever. Before Tabligh you should teach and after Tabligh also you should teach. People say that we are against the running of madaaris. This is an error on their part. We regard teaching as one of the fundamental duties. Our involvement in teaching proves this. We wish involvement in teaching to be combined with Tabligh.” (Biography of Hadhrat Moulana Muhammad Yusuf Sahib – Amire Tabligh, pg.77)

899. “Understand that Ta’leem (Tadrees), Tabligh, Tasawwuf are all the works of Nubbuwwat. Only a foolish person will consider one aspect of Nubuwwat in conflict to another aspect of the work of Nubuwwat. In my opinion, I do not see any one more foolish and ignorant than this (it is the height of ignorance). (Maulana Muhammad Saad DB)

900. “Allaah, the Merciful, has provided a simple method. It is to go out in the path of Allaah, not primarily to reform others but to change one’s own direction from the world to the Aakhirah, from the created things to the Creator of things, from materialism to spiritualism. Once the focus changes, the person knows what he has been created for, then the enthusiasm to seek Ilm, will automatically develop. Now we will have Muslim doctors, teachers, engineers and business men who will lead Islaamic lives. Deen will become alive in the surgery, class room, office and factory.” (Moulana Mufti Afzal Elias)

901. Berkata Fudhail Bin 'Iyadh: “Seorang ‘Aalim itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar ‘Aalim.” (Iqtidhaa al-'Ilm al-'amal, hal 37)

902. Berkata Ibnu Umar: “Kami (para sahabat) pada zaman Rasulullah saw. suka tidur di masjid, kami tidur qailulah (tidur tengah hari) di dalamnya, dan kami pada waktu itu masih muda-muda.” (Fiqh Sunnah, Juz I, 213)

903. Ulama salaf pernah berkata: “Amal-amal kebajikan bisa dilakukan oleh setiap orang, baik yang shalih maupun yang fajir (jahat). Sedangkan maksiat, hanya orang-orang shiddiq (bertakwa) saja yang mampu meninggalkannya.”

904. Imam Adz-Dzahabi menceritakan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu pernah dalam sebuah majelis mendapatkan 30.000 dinar. Tapi dalam bulan berikutnya ia tidak memakan sepotong dagingpun, itu semua karena hartanya habis diinfakkan. (Siyar A’lam An-Nubala': 3/128)

905. Ulama mengatakan: “Barangsiapa tidak mampu menjaga nafsunya, maka tidak bermanfaat ilmunya.” Dikatakan pula: “Jika engkau tidak melawan hawa nafsumu, Ia akan mengantarkanmu kepada sesuatu yang dapat menghancurkanmu.”

906. Ibnu ‘Abbas Radhiallahu anhu mengatakan: “Barangsiapa yang suka menjadi orang terkaya, maka hendaklah dia lebih yakin terhadap apa yang ada di tangan ALLAH daripada apa yang ada di tangannya.” (Al Hilyah:3/218-219, Musnad Asy Syihab:367-368)

907. Sufyan bin Husain al-Wasithi berkata: “Aku bercerita mengenai keburukan seorang lelaki di hadapan Iyas bin al-Muzani, seorang tabi'in yang menjadi hakim Basrah. Maka ia menatap wajahku dan mengatakan: Engkau pernah ikut berperang melawan Rom? Aku mengatakan: Tidak. Bagaimana dengan Sind (sekarang Pakistan), India, dan Turki? Aku mengatakan: Tidak. Bagaimana bisa selamat darimu Rom, Sind, India, dan Turki namun tidak selamat darimu saudaramu Muslim?” Sejak dari itu Sufyan bin Husain al-Wasithi tidak pernah menceritakan aib orang lain kepada manusia dan menghebahnya. (al-Bidayah wa al-Nihayah, 9/336)

908. Imam Ibnul Qayyim berkata: “Cinta yang bermanfaat ada 3 macam, yakni: Cinta kepada Allah, saling mencintai karena Allah, dan cinta yang dapat memotivasi diri untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan. Demikian juga cinta yang berbahaya ada 3 macam, yaitu: Mencintai sesuatu setaraf dengan kecintaan kepada Allah, mencintai apa yang dibenci Allah, dan mencintai sesuatu yang dapat memutuskan dan mengurangi kecintaan kepada Allah.” (Ighatsatul Lahfan, hal. 512)

909. Abdur-Razzaq mengeluarkan satu riwayat daripada ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Tidak dapat tidak bagi setiap lelaki Muslim untuk mempelajari (sekurang-kurangnya) enam surah: dua surah untuk solat Subuh, dua surah untuk solat Maghrib dan dua surah untuk solat Isyak.” (Kanzul-Ummal, 1/217)

910. Dr. Yusuf al-Qaradawi mengatakan: “Dakwah adalah usaha membawa orang lain kepada agama Islam, supaya mengikut petunjuk agama ini, melaksanakan segala ketetapannya di muka bumi ini, mengkhususkan segala bentuk penghambaan diri, permohonan dan taat kepada Allah sahaja, melepaskan diri dari segala kongkongan yang bukan daripada Allah (taghut) yang terpaksa dipatuhi, memberi hak kepada orang lain yang ditentukan hak oleh Allah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran, dan bejihad pada jalan-Nya.”

911. Dr. Ra'uf Shalabi mengatakan: “Dakwah Islamiah itu ialah gerakan membawa atau mengubah masyarakat daripada keadaan kekufuran kepada keadaan keimanan, daripada keadaan kegelapan kepada keadaan cahaya dan daripada keadaan sempit kepada keadaan lapang, di dunia dan di akhirat.”

912. Iblis juga menyiapkan pasukan khusus yang dikomandani oleh anaknya sendiri bernama Al-A’war. Mujahid bin Jabr, murid utama Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Iblis memiliki 5 anak, satu di antaranya bernama Al-A’war. Dia memiliki tugas khusus menyeru orang untuk berbuat zina dan menghiasinya agar nampak baik dalam pandangan manusia. (Talbisul Iblis, Ibnu Al-Jauzy, hal. 41)

913. Ingatlah mati ketika solatmu. Sesungguhnya apabila seseorang mengingati mati di dalam solatnya, dia akan memperbaiki solatnya. (al-Baihaqi dalam az-Zuhud al-Kabir: 533)

914. Ali Radhiallahu anhu mengatakan: “Sesungguhnya ada hal yang paling aku khawatirkan atas kalian, yakni mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu bisa mengakibatkan orang menyimpang dari kebenaran, sementara panjang angan-angan bisa menjadikan orang lupa akan akhirat.” (HR al-Baihaqi dalam Sya'b al-Iman, VII/369)

915. Mufti Muhammad Taqi Usmani Hafizahullah berkata: “Para Sahabat R.Anhum tidak percaya bahawa adanya sunnah yang tidak penting dan signifikan. Setiap sunnah Nabi Muhammad S.A.W dan kemuliaannya serta kejayaan ada di dalam keyakinan mereka. Jadi adalah menjadi tanggungjawab setiap muslim untuk belajar dan mengamalkan sunnah Nabi Muhammad S.A.W tanpa membezakan mana satu yang penting ataupun kurang penting..” (Islahi Khutbaat)

916. Imam Hasan al-Bashri Rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah kezaliman penguasa adalah kemurkaan dari kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah tidaklah dihadapi dengan pedang(emosi), akan tetapi dengan takwa(amalan), tolaklah dengan do'a, taubat dan menjauhkan dosa.” (Adab, al-Hasan al-Bashri hal. 119)

917. “The first objective in this effort is the tabdeeli of yakeen [correction of yakeen]. Without imaan there is no amaal, without imaan there is no reward for actions, without strong imaan there will be no istikamat[consistancy] on amaal.” - Maulana Muhammad Saad

918. Maulana Zubair bercerita dinasehati oleh Maulana Zakariyya Rah.A: “Wahai Zubair, syarat orang agar bisa berhasil dalam usaha dakwah ini adalah Tawadhu, merasa dirinya ini tidak punya apa-apa. Hanya karena pertolongan Allah saja semua ini bisa terjadi. Tetapi ini Zubair tidak boleh hanya di mulut saja, saya ini lemah, saya ini fakir, tapi hatinya saya ini hebat, saya ini karkun kuat, ahli mujahaddah.. jangan yang seperti itu, ini tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tapi memang ditanamkan dalam hati kita memang kita tidak punya apa-apa, hanya Allahlah yang punya segalanya.”

919. Luqman Al-Hakim berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, ada tiga perkara yang tidak dapat diketahui kecuali pada tiga tempat : Tidak diketahui seorang yang lembut kecuali pada saat dia marah; tidak diketahui seorang yang pemberani kecuali pada saat perang; dan tidak diketahui seorang saudara kecuali pada saat kita membutuhkannya.” (Al-Adab Asy-Syar'iyyah : 3/534)

920. Hazrat Maulana Muhammad Taqi Usmani Hafizahullah pernah berkata: “Para Sahabat R.Anhum tidak percaya bahawa adanya sunnah yang tidak penting dan signifikan. Setiap sunnah Nabi Muhammad S.A.W dan kemuliaannya serta kejayaan ada di dalam keyakinan mereka. Jadi adalah menjadi tanggungjawab setiap muslim untum belajar dan mengamalkan sunnah Nabi Muhammad S.A.W tanpa membezakan mana satu yang penting ataupun kurang penting.” (Islahi Khutbaat)

921. Hazrat Maulana Shah Abrarul Haq Hardoi Rahimahullah pernah berkata: “Apabila seorang doktor memberi suntikan kepada seorang putera raja, dia tidak akan sekali-kali merasakan dirinya besar dari putera raja itu. Dalam maksud yang sama, apabila seseorang bercakap tentang islam, tidak harus ia merasakan dirinya besar dan lebih pandai dari para pendengar. Berkenaan tentang kemahiran seseorang itu dalam sesuatu bidang sebagai hampir sempurna ialah dibenarkan, tetapi berkenaan merasakan dirinya besar dan lebih pandai ialah haram. Ini adalah kerana kriteria dan kelebihan seseorang itu ialah di dalam penilaian dan penerimaan dirinya oleh Allah S.W.T (Qubuliyat inda'Allah) yang mana ianya tidak akan didapati dan diketahui di dunia ini.” (Malfoozat)

922. al-Ahnaf pernah berkata, Umar al-Khaththab mengatakan kepada kami: “Fahamilah agama sebelum memegang kekuasaan.” Sufyan menjelaskan perkataan ‘Umar tersebut: “Kerana jika seseorang telah memahami agama, dia tidak akan berhasrat terhadap kekuasaan.” (Shifah ash-Shafwah, 2/236)

923. “A'maal e Da'wat A'maal e nabuwwat hai!!!” - Moulana Saad khandalvi

924. Ada orang yang berkata: “Aku pernah mencela seseorang yang telah hilang sebagian giginya. Lalu gigiku pun lenyap semuanya!” (Al-Adab asy-Syar’iyyah : 1/341, Ibnu Muflih)

925. al-Kisa’i berkata dalam bentuk untaian syair: “Jagalah lisanmu jangan berkomentar, sebab engkau pun dapat ditimpa ujian. Sesungguhnya bala’ itu dapat disebabkan oleh ucapan.” (Thabaqat al-Mufassirin : 1/403, ad-Dawudi)

926. Ibrahim an-Nakha’i menasihatkan: “Sesungguhnya aku mendapatkan jiwaku membisikkan kepadaku agar mengatakan sesuatu. Tidaklah ada yang mencegahku dari mengatakannya melainkan kekhawatiranku akan tertimpa seperti yang kuucapkan.” (Dzamm al-Baghyi : 56, Ibnu Abid Dunya)

927. Al Hasan berkata kepada Mutharrif bin ‘Abdillah: “Berilah nasihat kepada sahabat-sahabatmu.” Mutharrif menjawab: “Sesungguhnya aku takut mengatakan apa yang tidak aku kerjakan.” Al Hasan balik berkata: “Semoga Allah merahmati dirimu. Tidak ada seorangpun diantara kita yang melakukan semua yang diperintahkan Allah. Syaitan akan gembira apabila kita berpikir seperti itu sehingga tidak ada seorangpun yang memerintah kepada kebaikan dan tidak pula mencegah dari kemungkaran.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an: 1/367, Al-Qurthubi)

928. Sebagaimana dikatakan seorang penyair: “Apabila seorang pendosa itu tidak menasihati manusia, Maka siapakah yang akan menasihati orang-orang yang berdosa setelah Nabi Muhammad kita?” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an: 1/367, Al-Qurthubi)

929. Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Ketahuilah, setiap orang yang telah dewasa dan mukalaf seharusnya menjaga lisannya dari segala bentuk perkataan, yakni tidaklah ia berkata kecuali perkataan yang betul-betul mengandung manfaat. Jika manfaat yang terkandung sama antara ia diam maupun berbicara, maka tindakan yang sesuai sunnah adalah sebaiknya ia memilih diam. Karena terkadang ucapan yang mubah, lambat-laun akan mengantarkan untuk mengucapkan kata-kata yang haram atau makruh. Kejadian seperti itu banyak terjadi. Sedangkan selamat dari mengucapkan sesuatu yang haram merupakan harta yang tak ternilai.” (Al-Adzkar: 284)

930. Hisyam Ad-Dastuwa’i Al-Bashri berkata: “Demi Allah, aku tidak berani mengatakan sesungguhnya aku pergi suatu hari untuk belajar hadits hanya untuk Allah Ta’ala semata.” (Siyar A’lam An-Nubala’: 7/152-153)

931. Berkata Al-Hasan: “Sabar adalah perbendaharaan surga yang tidak diberikan Allah kecuali bagi hamba yang mulia di sisi-Nya.” (Uddatush Shabirin: 95)

932. Seseorang pernah berkata: “Dia memilih dunia untuk kekal bersamanya, Padahal kematian mendatanginya sebelum angannya terlaksana. Dengan cepat batang kurma ia sirami, Batang kurmanya tetap hidup sedangkan penyiramnya telah mati.”

933. Syaikh Muhammad bin Amin asy-Syinqithi berkata: “Iblis mengqiyaskan dirinya dengan asal usulnya yaitu api, lalu ia mengqiyaskan Adam dengan asal usulnya yaitu tanah, kemudian dari qiyas tersebut ia menganggap dirinya lebih mulia dibanding Adam. Iblis beralasan dengan qiyas padahal terdapat dalil yang tegas yakni perintah Allah yang memerintahkannya bersujud kepada Adam. Qiyas yang demikian menurut ulama ushul fiqih dinamakan qiyas yang rusak dan tidak pada tempatnya.” (Adhwa’ul Bayan: 1/33)

934. Al-Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wan Nihayah (14/28) menceritakan tentang khalifah Harun ar-Rasyid: “Perjalanan bidupnya sangat mulia. Beliau seorang raja yang paling banyak berjihad dan menunaikan ibadah haji. Setiap hari beliau bersedekah dengan hartanya sendiri sebanyak seribu dirham. Jika beliau pergi haji maka ia juga menghajikan seratus ulama dan anak-anak mereka. Jika beliau tidak pergi haji maka ia menghajikan tiga ratus orang. Beliau sangat gemar bersedekah. Beliau mencintai ulama dan pujangga. Cincin beliau bertuliskan La ilaha Ilallah.”

935. Abul ‘Atahiyah menasihati Harun ar-Rasyid dengan sebuah syair: “Janganlah engkau merasa selamat sekejap pun dari kematian, Walaupun engkau mempunyai para penjaga dan para pasukan. Ketahuilah bahwa panah kematian pasti akan tepat sasaran, Meskipun seseorang berada dalam benteng perlindungan.”

936. Imam Ibnu Rajab dalam kitabnya Latha-if Al-Ma’arif menjelaskan: “Al-‘Afwu (Maha Pemaaf) adalah salah satu nama Allah yang indah. Dengan demikian, Allah tidak menghukum hamba-Nya atas keburukan yang mereka lakukan, bahkan sebaliknya Dia akan menghapus bekas keburukan itu dari mereka. Allah mencintai maaf dan menyukai untuk memaafkan hamba-Nya, sebagaimana Dia juga menyukai jika para hamba-Nya saling memaafkan. Jika sebagian manusia memaafkan sebagian yang lain, maka Allah akan memaafkan orang itu. Dan Allah lebih menyukai menurunkan maaf daripada menurunkan siksa-Nya.”

937. Imam Ibnul Qayyim berkata: “Ketahuilah sesungguhnya seorang hamba hanyalah mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju (ridha) Allah dengan hati dan keinginannya yang kuat, bukan (cuma) dengan (perbuatan) anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwanya hati, bukan takwa anggota badan (saja).” (Kitab al-Fawa’id, hal. 185)

938. an-Nawawi berkata: “Sesungguhnya amalan yang tampak (pada anggota badan) tidaklah (mesti) menunjukkan adanya takwa (yang hakiki pada diri seseorang), akan tetapi takwa (yang sebenarnya) terwujud pada apa yang terdapat dalam hati (manusia), berupa pengagungan, rasa takut dan (selalu) merasakan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Shahih Muslim: 16/121)

939. 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: “Barang siapa yang menginginkan akhirat, berarti dia akan mengalami kesulitan di dunia. Barang siapa menghendaki dunia, dia akan mengalami kesulitan di akhirat. Wahai sekalian manusia, bersusah payahlah kalian dengan sesuatu yang musnah untuk kebahagiaan yang kekal.” (Siyar A'lam Nubala', 1/496)

940. Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata: “Berapa jarak antara kalian dengan mereka (orang-orang shalih)? Dunia datang kepada mereka, tetapi mereka meninggalkannya, dan dunia meninggalkan kalian, tetapi kalian terus mengejarnya.” (Shifatush Shafwah: III/90 dan as-Siyar: V/61)

941. Abu Hatim Ibn Hibban mengatakan: “Wajib atas orang berakal untuk sentiasa bebas daripada perlakuan mencari-cari keaiban orang lain, dan sentiasa menyibukkan diri dengan memperelokkan keaiban diri sendiri. Sesungguhnya sesiapa yang menyibukkan dirinya dengan keaiban diri sendiri, dia akan merehatkan badannya dan tidak meletihkan hatinya. Kerana setiap kali dia mengesani suatu aib pada dirinya, dia akan bersikap mudah jika melihat aib yang sama pada saudaranya. Dan sesiapa yang menyibukkan diri dengan keaiban orang lain tanpa mengendahkan aib dirinya, hatinya akan buta dan badannya akan letih.” (Rawdhah al-Uqala)

942. Syair Arab mengatakan: “Jika seseorang itu berakal dan warak, Kewarakannya akan melekakannya dari aib orang lain.”

943. Seseorang datang kepada Ibn Abbas dan bertanya: “Mereka menyebut tentang Fulan..”. Lantas Ibn Abbas berkata, “Kalau kamu mahu menyebut aib-aib saudaramu itu, sebutlah aib-aib kamu.” (Syuab al-Iman 9/110)

944. Ibn Sirin rah. berkata: “Sekiranya aku diberi pilihan antara memasuki syurga dengan mendirikan dua rakaat solah maka solahlah yang akan menjadi pilihanku kerana masuk ke syurga adalah semata-mata untuk kesukaanku, sementara dua rakaat solah pula untuk keredhaan Allah.” (al-Jami` al-Saghir)

945. Saad bin Abi Waqqas r.anhu menulis surat kepada panglima tentera Qadisiah, Rustam yang di dalamnya berisi: “Sesungguhnya bersamaku terdapat satu kaum yang mencintai mati sebagaimana orang-orang 'Ajam mencintai arak.” (Tafsir 'Azizi)

946. “Dunia adalah jasad, roh pada dunia adalah agama. Agama adalah jasad, roh pada agama adalah dakwah. Dakwah adalah jasad, roh pada dakwah adalah mujahadah. Mujahadah adalah jasad, roh pada mujahadah adalah mesyuarat. Mesyuarat adalah jasad, roh pada mesyuarat adalah taat. Taat adalah jasad, roh pada taat adalah ikhlas. Ikhlas adalah jasad, roh pada ikhlas adalah istiqamah. Istiqamah adalah jasad, roh pada istiqamah adalah istikhlas.” - Maulana Zam Zam

947. Malik bin Dinar berkata: “Ada empat tanda kesengsaraan: Hati yang keras, mata yang tidak pernah menangis (karena Allah), panjang angan-angan dan tamak terhadap dunia.” (Hilyatul Auliya': 4/212)

948. Nasehat Syaikh Nawawi: “Jadilah orang yang paling baik dalam pandangan ALLAH. Jadilah orang yang paling buruk dalam pandangan diri sendiri. Jadilah orang yang biasa saja dalam pandangan manusia.” (Nashoihul-Ibad)

949. Andai perjuangan Dakwah itu mudah, pasti banyak yang menyertainya. Andai perjuangan Dakwah ini singkat, pasti banyak yang Istiqomah diatasnya. Andai perjuangan Dakwah ini menjanjikan kemanisan dunia, pasti banyak yang tertarik padanya. Tetapi hakikat Dakwah ini tidaklah begitu. Kadang Turun Naik. Sakit-Sehat. Pedih-Nikmat. Asam-Kecut. Senang-susah. Kenyang-lapar. Satu hati-pecah hati. Diterima-diusir. Dipuji-dihina dimaki. Ditendang-dinusrohi. Maka andai terjatuh, bangkitlah kembali. Andai terluka dan sakit hati, Bersabarlah. Dan harapkanlah pahala yang berlipat ganda pada Allah SWT. Andai lelah dan lemah, ingatlah gerbang Firdaus menanti dan di saat perjumpaan dengan Allah SWT. Tahukah anda kenapa perjuangan Dakwah itu pahit? Di karenakan SYURGA ITU SANGAT INDAH DAN MANIS. - Targhib Santri Temboro

950. Abu Abdullah Bin Baththah berkata: “Saya mendengar Abu Muhammad Al Barbahari (Imam Al Barbahari Rahimahullah) berkata: “Duduk-duduk untuk saling memberi nasihat adalah pembuka pintu faedah, sedangkan duduk-duduk untuk berdebat adalah penutup pintu faedah.” (Syarhus Sunnah)

951. Imam Al Barbahari Rahimahullah bersyair: “Barangsiapa yang puas dengan apa yang dimiliki maka dia menjadi orang kaya dan selalu tetap dialas agama. Betapa tingginya kedudukan qana'ah membuat orang rendahan menjadi mulia. Jiwa seseorang menjadi sempit ketika dalam kemiskinan namun bila ia mendekat kepada Tuhannya semua menjadi luas.” (Syarhus Sunnah)

952. Dari Abu Ja’far al-Hadzdza diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Aku pernah mendengar Ibnu Uyainah berkata: “Apabila amalan hati bersesuaian dengan amalan zahir, itulah keadilan. Apabila amalan hati lebih baik dari amalan zahir, itulah keutamaan.Dan apabila perbuatan zahir lebih bagus dari amalan hati, itulah kepuasan.” (Shifatush Shafwah: 4/141,142)

953. Al-Syaikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi rahimahullah menjawab pertanyaan seseorang berkenaan jihad: “Kalaulah kami mempunyai pandangan khusus dalam masalah jihad yang merupakan kemuncak Islam, nescaya kamu tidak akan dapati dalam buku kami Hayat al-Sahabah berita-berita tentang peperangan, jihad Rasulullah s.a.w. dan Sahabatnya yang mulia itu, dan buku ini tersebar luas dan dimiliki oleh saudara-saudara kami di seluruh pelusuk dunia.”

954. Dakwah itu menguatkan Ilmu dan Ilmu itu menguatkan Dakwah. - KH Uzairon

955. Hendaknya ada 3 sifat dalam diri kita, 1. Kesatuan hati, 2. Kesatuan fikir, dan 3. Cara yang betul. Kerana dengan 3 sifat itu akan ada pertolongan Allah SWT. - Maulana Muhammad Yusuf rah.a 

956. Dari `Adiy bin Artah, dia berkata: "Seorang dari para sahabat Nabi Sallallahu `Alayhi Wasallam apabila dipuji, dia berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau hukumi aku untuk apa yang mereka perkatakan. Dan ampunilah aku (untuk) apa yang mereka tidak ketahui." (Al-Adab Al-Mufrad li Al-Imam Al-Bukhariy)

957. Thawus rahimahullah mengatakan: “Termasuk Sunnah, yaitu menghormati orang alim.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi, I/129)


958. Al-Imam Ibnul Jauzi berkata: “Demi Allah, wajib atasmu – wahai seorang yang telah dimuliakan dengan ketakwaan - janganlah engkau menjual kemuliaan taqwa dengan kehinaan maksiat-maksiat, dan bersabarlah dari dahaga hawa nafsu di dalam panasnya sesuatu yang diinginkan walaupun merasakan sakit dan terbakar.” (Shaidul Khathir: 1/45)

959. Dinukilkan dalam syarah hadith Mazahiri Haq: “Manusia diumpamakan seperti barang-barang galian emas dan perak kerana barang-barang tersebut mempunyai berbagai jenis dan nilai yang berbeza-beza. Emas dan perak selagi tidak digali dan dibersihkan nilainya adalah rendah. Begitu juga dengan manusia yang berada di dalam kekufuran dan kegelapan, nilai dan sifatnya adalah rendah, walaupun didalamnya tersembunyi sifat pemurah, keberanian dan sebagainya. Islam dan kefahaman agama akan mengubah semua sifat buruk ini dan meletakkannya di dalam martabat yang tinggi.” (Ilmu dan Zikir, Muntakhab Ahadith)

960. Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?” Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya.. dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah, hal. 8-9)

961. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.” (At-Tadzkirah, hal. 9)

962. Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah. (At-Tadzkirah, hal. 9)


963. Di satu pertemuan dengan Syaikh Ibrahim Muhammad Shukro di Jordan, 24.5.11, Syaikh Hajji Mohammed Abd Wahhab mengatakan: “Jika seseorang itu cinta dengan usaha dakwah dan berdoa supaya orang lain terlibat dengan usaha dakwah, maka Allah akan terima anak-anaknya iaitu anak-anaknya pun akan menjadi orang yang berada di atas hidayat.”

964. al-Fudhail bin 'Iyadh berkata: “Barangsiapa yang ingin selamat dari ghibah (menggunjing) hendaklah ia menutup pintu persangkaan. Barangsiapa yang selamat dari persangkaan, maka ia akan selamat dari tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain). Barangsiapa yang selamat dari tajassus, maka ia akan selamat dari ghibah.” (Hambatan-hambatan Dakwah, Muhammad Ahmad Ar-Rasyid)

965. Abu Darda radiallahu 'anhu pernah berkata: “Yang paling aku takuti adalah soalan yang akan dikemukakan kepadaku dihadapan sekalian manusia iaitu apakah yang kamu telah lakukan terhadap ilmu yang kamu ketahui?” (HR Baihaqi)

966. Imam al-Hafiz Sufyan ibn `Uyaynah (wafat 198H) mengatakan: “Bukanlah seseorang itu dikatakan `alim(berilmu) apabila dia mengenal apa yang baik dan apa yang buruk. Tetapi seseorang itu dikatakan `alim(berilmu) ialah apabila dia mengenal yang baik maka dia mengikutinya, dan apabila dia mengenal yang buruk maka dia menjauhinya.”

967. Mujahid rah. berkata: “Sesiapa mengambil berat untuk mengetahui waktu solah maka mereka akan mendapat keberkatan sepertimana keberkatan yang dilimpahkan ke atas Nabi Ibrahim a.s dan keluarganya.” (Dur rul-Mansthur).
968. Al-'Allamah asy-Syaikh Sayyid Abul-hasan Ali an-Nadwi rahimahullah menulis: “Kewajipan agama terbesar yang mesti dipenuhi dan ditunaikan oleh kaum muslimin pada zaman moden ini adalah menyebarkan dakwah kepada semua umat manusia dengan jalan merombak bayang atau gambar Islam menjadi HAKIKAT Islam.” (Ilal-Islam Min Jadid)

969. Ahmad mengeluarkan dari Aisyah r.ha, dia berkata: “Abu Bakar meninggal dunia tanpa meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun. Sebelum itu dia masih memilikinya, namun kemudian dia mengambilnya dan menyerahkannya ke Baitul-mal.” (al-Kanzu, 3/132)

970. Berkata imam Fudhail B. ‘Iyadh rahimahullah (Wafat: 187H): “Istighfar (mohon keampunan) tanpa melepaskan diri (dari kemaksiatan) adalah taubatnya para pendusta.” (al-Adzkar, ms.703)

971. Pujangga arab bermadah: “Sesiapa sahaja yang memilih jalan yang bertentangan dengan jalan pesuruh Allah swt, tidak mungkin akan sampai ke matlamatnya.” (Fadhilat Tabligh, Mengenali dan Mendampingi Ahli Haq)

972. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa yang menginginkan akhirat, berarti dia akan mengalami kesulitan di dunia. Barangsiapa menghendaki dunia, maka dia akan mengalami kesulitan di akhirat. Wahai sekalian manusia, bersusah payahlah kalian dengan sesuatu yang musnah untuk kebahagiaan yang kekal.” (Siyar A’lam an-Nubala’, 1/496)

973. Al Imam Al Hasan Al Bashri berkata: “Wahai anak Adam, jika engkau melihat manusia berada dalam kebaikan maka berlombalah dengan mereka, dan apabila engkau melihat mereka dalam kebinasaan tinggalkanlah mereka berserta apa yang telah mereka pilih bagi diri mereka sendiri. sungguh, telah kita saksikan kaum demi kaum yang lebih mengutamakan dunia daripada kehidupan akhiratnya, akhirnya mereka menjadi hina, binasa, dan tercela.” (Mawaizh Al Imam Al Hasan Al Bashri, hal 46-48)

974. Hasan Al Bashri Rahimahullah mengatakan, “Wahai anak Adam, jagalah agamamu, perhatikanlah agamamu. Karena agamamu adalah darah dagingmu. Apabila agamamu selamat, akan selamat pula darah dan dagingmu. Kalau tidak demikian, -kita berlindung kepada Allah- maka baginya adalah neraka yang tak pernah padam, luka membusuk yang tak pernah sembuh, adzab yang tak akan habis selama-lamanya, dan jiwa sekarat dalam siksa yang tidak akan mati.” (Hilyatul Auliya’)

975. Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Sungguh amal shalih itu memiliki cahaya di dalam qalbu, kecerahan pada wajah, kekuatan dalam badan, tambahan rezeki, dan kecintaan di hati manusia. Sebaliknya, maksiat itu berakibat kegelapan qalbu, suramnya wajah, lemahnya badan, kurangnya rezeki, serta kebencian di hati manusia.” (Al Istiqamah)


976. Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata kepada sahabatnya: “Marilah kita menambah iman!” Lalu mereka berdzikir kepada Allah. (Fathul Bari, Maktabah Sahab)

977. Hubaih bin Hamasah radhiyallahu'anhu berkata: “Sesungguhnya iman bertambah dan berkurang.” Ia ditanya: “Apakah tanda bertambah dan berkurangnya?” Ia menjawab: “Jika kita mengingat dan takut kepada Allah, maka itu tanda tambahnya keimanan. Dan jika kita lalai, lupa, dan menyia-nyiakan waktu, itu pertanda berkurangnya iman.” (Fathul Bari, Maktabah Sahab)

978. Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: “Semua keyakinan yang benar adalah keimanan.” (Maksudnya keyakinan yang mendorong amal shalih). (Fathul Bari, Maktabah Sahab)

979. Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata: “Marilah duduk bersamaku untuk beriman (berdzikir) sesaat.” (Fathul Bari, Maktabah Sahab)

980. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Aku mencari jannah (surga) dengan keyakinan, dan lari dari neraka dengan keyakinan.” (Maksudnya dengan iman). (Fathul Bari, Maktabah Sahab)

981. Luqman berkata: “Amal tidak mampu tegak kecuali dengan iman. Barangsiapa lemah keimanannya, maka lemah amalnya.” (Fathul Bari, Maktabah Sahab)

982. Abdullah bin Ukaim rahimahullah berkata: “Aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berdoa: Ya Allah tambahlah keimanan, keyakinan, dan pemahamanku.” (Fathul Bari, Maktabah Sahab)

983. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain. (Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan, hal. 67)

984. Seorang ulama menasihatkan: “Islam ini seperti sebuah bangunan yang sangat besar dan cantik. Semasa dibangunkan, ada orang yang bekerja untuk menyiapkannya. Ada yang berhenti sebelum siap, ada yang bekerja dalam masa dua hari, ada yang bekerja setahun dan ada yang membuat bangunan ini sehingga siap. Bila sudah siap, yang bekerja sehari pun kata dulu saya terlibat dalam membuat bangunan ini. Dulu saya buat ini, dulu saya buat itu. Begitulah di akhirat nanti. Setiap orang ingin dikaitkan dengan dakwah ini. Walaupun cuma beri masa sekejap sahaja untuk dakwah dan menghidupkan agama. Begitulah nilainya dakwah dan Islam ini.”