.

Jumat, 26 Februari 2016

Senyum Bahagia Mike Tyson Saat Ibadah Umroh




Perjalanan spritual juara dunia tinju kelas berat, Mike 'Malik Abdul Aziz' Tyson ke tanah suci pada 2012 silam, ternyata mendapat perhatian dari tamu Allah yang mengetahui Umrah tersebut.


Umrah Malik Abdul Aziz tersebut direkam dan diunggah ke Youtube dan diberi judul "Mike Tyson Trip to Mecca, Saudi Arabia".


Si Leher Beton tersebut tersenyum bahagia dengan mengenakan pakaian ihram saat melaksanakan tawaf.


Tak hanya itu, Mike Tyson juga berseri-seri saat berdialog dengan Rektor Universitas Madinah. Petinju legendaris itu tersenyum lebar memakai kopiah haji dan serba putih.


Tidak hanya itu, Mike Tyson juga bermuhibah ke Masjid Nabawi, Rauda dan makam Nabi Muhammad SAW.


"Insya allah, allah akan terus memberkati saya untuk tetap berada di jalan yang lurus," kata Tyson, ketika itu.


Sekadar mengembalikan ingatan Anda, Mike Tyson, belajar agama Islam pada 1993 saat masih dalam penjara. Ia dihukum karena terbukti melakukan pemerkosaan terhadap seorang ratu kecantikan.


Secara resmi, pada 1995, selepas dari penjara di Indiana, Mike Tyson mengumumkan telah memeluk agama Islam yang telah dipelajarinya selama di dalam penjara.


Nama Muslim Tyson adalah Malik Abdul Aziz. Sewaktu menunaikan ibadah Haji Tyson mengungkapkan perjalanannya ketika berada di Medinah. Perjalanan ke Tanah Suci ternyata sungguh membekas di hati Sang mantan Juara dunia, Mike Tyson.


"Saya masih suka menangis bila ingat saya bisa datang ke Taman Surga di Madinah," ujarnya, menceritakan saat-saat mengharukan ketika ia shalat di Raudhah, samping makam Nabi Muhammad SAW . "Saya bahkan berpikir untuk tidak beranjak dari tempat suci itu" ujarnya. (fakhrurrodzi)

Minggu, 21 Februari 2016

Belajar Menyelesaikan Masalah dari Aisyah



Ummul Mukninin ‘Aisyah tumbuh besar di rumah Rasulullah nan suci. Hal ini sungguh merupakan anugerah yang sangat besar, karena setiap orang yang dididik langsung oleh Rasulullah pada dasarnya akan menjadi guru dan sekolah yang fenomenal.

Inilah yang benar-benar terjadi pada diri ibunda kita, ‘Aisyah. Nalar dan pemikirannya dipenuhi dengan konsepsi-konsepsi Islam. Tingkah laku dan sikap ‘Aisyah merupakan bentuk praktis dan implementasi dari konsep-konsep Islam. Maka tidak masuk akal jika ‘Aisyah melakukan suatu perbuatan yang menyalahi pemikiran, konsepsi dan tingkah laku yang sudah mendarah daging pada diri dan akalnya.

Sikap seperti ini bukan hanya ada pada diri ‘Aisyah saja, melainkan adalah corak tingkah laku yang ada pada diri sahabat Rasul secara umum. Di situ ditemukan adanya keharmonisan luar biasa antara pikiran dan tingkah laku, yang jarang sekali bertolak belakang dengan Al Quran.

‘Aisyah yang suci -putri dari sahabat Nabi yang jujur- ditimpa musibah paling besar yang mungkin menimpa perempuan bermartabat sepertinya. Ia dituduh berbuat zina. Alangkah berat ujian yang ia terima. Tuduhan itu tidak hanya beredar di kalangan terbatas keluarga dan sahabat dekat, tetapi beredar ke masyarakat dan dibumbui dengan sejumlah propaganda yang licik.

Istri seorang Rasul yang sangat disegani sekaligus dicinta oleh ummat dituduh telah melakukan zina. Zina yang dipandang sebagai aib dan dosa besar bagi setiap perempuan, terlebih jika dilakukan oleh istri Nabi, maka hal tersebut sungguh menjadi suatu masalah dan ujian yang berat bagi ‘Aisyah. Hanya orang dengan kepribadian matang, tangguh dan cerdas seperti ‘Aisyah yang dapat menanggung ujian tersebut dan mampu menemukan solusi sehingga dapat melewati cobaan dengan baik.

Apa yang dilakukan ‘Aisyah menghadapi persoalan rumit ini? Bagaimana dia menghadapi, melawan, dan mengalahkannya?

Tentu wanita muslimah di jaman sekarang pun dapat mengambil hikmah, meneladani sikap dan tindakan ‘Aisyah ketika menghadapi masalah dan ujian yang dihadapinya.

Masalah dan Cara Menghadapinya

Sebelum membahas lebih lanjut tentang sikap dan cara-cara ‘Aisyah dalam menyelesaikan masalah, ada baiknya mengulas sedikit mengenai definisi masalah.

Manusia hidup tentu akan bertemu dengan masalah. Hal tersebut seperti bagian dari skenario yang ditentukan ‎​اَللّهُ baik untuk pembelajaran maupun untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya.

Masalah dapat didefinisikan sebagai perasaan atau kesadaran tentang adanya suatu kesulitan yang harus dilewati untuk mencapai tujuan. Masalah juga dapat diartikan sebagai kondisi disaat kita berbenturan dengan realitas yang tidak diinginkan.

Tanpa sadar kadang masalah yang datang dapat menyita pikiran kita. Disinilah diperlukan sikap dan pengetahuan agar dapat menghadapi masalah dan menemukan solusi yang tepat dan tentunya tidak semakin menjerumuskan kepada masalah lain. Dan yang lebih utama, bagaimana bersikap dan bertindak menghadapi masalah sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah.

Terkadang untuk menyelesaikan masalah butuh waktu, namun terkadang masalah dapat selesai dengan cepat. Bagaimanakah ibunda ‘Aisyah menghadapi persoalannya kala itu?

Persoalan yang dihadapi ‘Aisyah adalah berita bohong. Para kaum munafik menyebarluaskan isu tentang kasus perzinaan ‘Aisyah dengan Shafwan bin Mu’aththal. Ketika pulang dari sebuah peperangan, ‘Aisyah terlambat dari rombongan. Ia pulang diantar Shafwan dan menaiki untanya. Setelah itu isu tentang perzinaan ini pun menyebar luas, laksana api yang dengan cepat membakar rerumputan kering.

Persoalan ‘Aisyah kala itu ada dua hal, pertama, ‘Aisyah mendapati dirinya sendirian karena sudah ditinggal rombongan pasukan. Kedua, ketika isu ini beredar di luar, ia tidak mengetahui bahkan tidak terlintas di dalam pikirannya sama sekali. Lantas apakah yang dilakukan ‘Aisyah untuk menghadapi dua persoalan tersebut?

Sadar Bahwa Tengah Menghadapi Masalah

Harus diketahui bahwa sebuah persoalan tidak akan berarti jika orang yang tertimpa atau memiliki hubungan dengan persoalan tersebut tidak menyadarinya. Begitu pun dengan ‘Aisyah, ia sadar betul akan adanya masalah yang sedang dihadapi. Ketika kembali dari mencari kalung yang hilang dan mendapati rombongan pasukan sudah pergi meninggalkannya, ‘Aisyah sadar kalau ia sedang dalam masalah. Ini persoalan pertama.

Sedangkan terhadap persoalan kedua, dimana ia dituduh melakukan zina, ‘Aisyah segera merasa kalau sedang ada masalah ketika diberitahu Ummu Misthah tentang isu yang sedang beredar di masyarakat. Pada awalnya ‘Aisyah tidak merasakan hal itu. Maka ia heran atas celaan Ummu Misthah terhadap anaknya, dan ia pun membelanya karena Misthah termasuk salah satu sahabat yang ikut dalam perang badar.

Menjaga Emosi dan Tetap Tegar

Ibunda kita ‘Aisyah mampu menahan emosinya di saat menghadapi persoalan yang menimpanya. Padahal situasi yang ia alami kala itu sangat mencekam. Tertinggal sendirian oleh rombongan pasukan di medan perang. Dan ia pun tetap dapat mengontrol dirinya ketika mendengar isu yang sesungguhnya dapat membuatnya tertekan. Tentu saja ‘Aisyah kaget dan limbung atas isu-isu yang tersebar luas menyangkut dirinya. Namun meskipun begitu, ‘Aisyah tetap sabar karena mengingat firman Allah,

“Maka hanya bersabar itulah yang terbaik (buatku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan. (Yusuf [12]:18)

Ketegaran hati yang dimiliki ‘Aisyah tercermin dengan selalu memohon perlindungan Allah melalui doa, shalat, zikir, berbaik sangka kepada Allah dan umat muslim yang terkait dengan isu tentang dirinya, serta mengharap datangnya kebaikan. Sisi keimanan secara umum juga sangat berpengaruh dalam hal ini, sehingga keimanan harus tetap dijaga pada setiap fase penyelesaian masalah.

Semua inilah yang dilakukan oleh ‘Aisyah. Meskipun isu-isu itu mampu membuat ‘Aisyah terpukul, tapi ia tetap tidak kehilangan akal sehat.

Terhadap persoalan pertama, ‘Aisyah menyimpulkan kalau rombongan pasukan memang sudah meninggalkannya, dan ia tertinggal sendirian. Hal ini membuat ‘Aisyah mengkhawatirkan diri sendiri kalau sampai meninggal dunia, mendapat musibah, atau mengalami tindak kekerasan. Sedangkan terhadap persoalan kedua, ‘Aisyah sudah menyimpulkan dan mengetahuinya. Isu yang beredar saat itu adalah ia dituduh berbuat zina. ‘Aisyah sudah memikirkan tuduhan tersebut dan konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.

Memikirkan Solusi

‘Aisyah memikirkan solusi yang mungkin berguna untuk menyelesaikan persoalannya. Yang terbersit dalam benak ‘Aisyah waktu itu adalah sejumlah hal berikut:

1.Menyusul rombongan pasukan. Tapi ia tidak memiliki kendaraan, sedang malam sudah gelap dan ia pun rasanya tidak mungkin berjalan sendirian

2.Tetap berada di tempat semula sambil bersembunyi

3.Pergi ke tempat lain

4.Menunggu di tempat semula dengan harapan rombongan pasukan atau sebagian mereka akan kembali lagi ke tempat itu. Sebab apabila rombongan tahu kalau ia tidak ada, tentu mereka akan segera kembali ke tempat semula untuk mencari.

5.Mencari seseorang yang mungkin tertinggal dari rombongan seperti yang ia alami, atau menunggu seseorang yang mengikuti rombongan pasukan dari jauh.

Sedangkan terhadap persoalan kedua, yang terbersit pada benak ‘Aisyah adalah;

1.Membela diri

2.Menyerahkan hal itu kepada Rasul, sementara ia tetap berada di rumahnya. Namun sepertinya ‘Aisyah melihat kalau Rasulullah terpengaruh dengan isu tersebut, di samping isunya sudah menyebar luas di masyarakat

3.Pulang ke rumah bapak ibunya, bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah

4.Menerapkan solusi paling tepat di antara solusi-solusi yang ada

Solusi

‘Aisyah memilih untuk tetap berada di tempat semula dengan harapan rombongan pasukan atau sebagian dari mereka kembali lagi untuk menjemput. Benar saja, Shafwan datang. Waktu itu, ‘Aisyah menyangka kalau Shafwan memang diutus rombongan untuk menjemputnya. Oleh karena itu, ‘Aisyah langsung menaiki unta Shafwan tanpa berbicara sedikit pun. Dan karena anggapan seperti ini juga, ‘Aisyah tidak pernah terbetik dalam pikirannya bakal ada isu-isu miring tentang dirinya. Sebab ia menyangka bahwa Shafwan memang diutus rombongan untuk mencari dan membawanya menyusul rombongan.

Sedangkan mengenai masalah tuduhan zina, ‘Aisyah meminta izin kepada Rasulullah untuk pulang ke rumah keluarganya. Sebab persoalan ini butuh kejelasan lebih lanjut selagi belum turun wahyu yang menjelaskannya. Selain itu, menghadapi persoalan semacam ini juga butuh kepala dingin agar bisa berpikir tenang. Kepulangan ‘Aisyah ke rumah orangtuanya mengandung banyak himah dan kecerdikan. Oleh karena itu, Rasul pun segera memenuhi keinginan ‘Aisyah tersebut.

http://muslimah.web.id/

Mengapa Perjalanan Pulang Selalu Terasa Lebih Cepat daripada Saat Berangkat? Inilah Penjelasan Ilmiahnya



Buat kamu yang punya hobi traveling dan suka mengunjungi tempat-tempat baru, pernah tidak merasakan kalau perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada saat pergi atau berangkat? Padahal rute dan jarak yang ditempuh sama. Tentunya hampir semua orang pernah merasakannya. Sehingga seringkali kita bertanya-tanya mengapa ini bisa terjadi?

Pertanyaan inilah yang akhirnya membuat para peneliti mencoba mencari sebuah penjelasan kenapa hal ini bisa terjadi.

Dalam sebuah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh PLoS ONE, gagasan tentang efek ini muncul dan para peneliti sepakat untuk menyebutnya sebagai fenomena 'Return Trip Effect'. Faktanya, walau terasa lebih cepat perjalanan pulang sebenarnya tidak benar-benar lebih cepat daripada perjalanan pergi. Itu semua hanya persepsi yang muncul di otak kita.

Lewat sejumlah eksperimen, para peneliti mengungkapkan bahwa saat perjalanan pergi otak kita cenderung lebih fokus terhadap rute dan objek asing yang kita jumpai selama perjalanan. Saat otak sedang fokus terhadap hal-hal baru itulah yang kemudian membuat persepsi otak terhadap waktu juga terasa lebih lama.

Sedangkan saat perjalanan pulang, jika melewati rute yang sama, otak kita sudah lebih familiar terhadap rute dan objek yang dijumpai. Ini membuat otak tidak perlu lagi bekerja keras untuk fokus. Sehingga persepsi otak terhadap waktu juga akan terasa lebih cepat.

Para peneliti juga mengungkapkan jika fenomena ini lebih sering terjadi ketika seseorang bepergian ke tempat baru yang belum pernah dikunjungi. Karena otak akan lebih fokus mengamati hal-hal asing yang belum pernah dijumpai. Sedangkan ditempat yang sudah sering kita kunjungi, fenomena ini lebih jarang terjadi.

Itulah penjelasan ilmiah lewat sejumlah eksperimen untuk mengungkap misteri kenapa perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada saat pergi atau berangkat. Dengan penjelasan ini, tentunya pertanyaan kita sudah terjawab dan kita tidak perlu lagi menganggap ini suatu hal yang aneh. Semoga informasi ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita.

Belajar Tawakal Mencari Rezki dari Kawanan Burung



Suatu hadis dari Umar bin Khattab menerima hadits jelaskan, Shallallaahu Rasulullah ‘alaihi wa sallam bersabda:


‘bila kita bertawakal kepada Allah dengan iman yang benar, Allah akan menyediakan Boga untuk kita, di karenakan menyediakan bahwa burung pergi di pagi hari di waktu perut kosong dan kembali ke sore dalam keadaan perut penuh. ” (HR. Tirmidzi)


Kurang Yakin Dengan Rezeki Allah? Burung Ini Ajarkan Cara Bertawakal


Hadits ini wajib lebih berhati-hati bahwa kita mengerti artinya. Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepercayaan membungkuk dalam perumpamaan mengenai burung di pagi hari di waktu perut kosong, setelah itu kembali di sore hari dengan perut penuh terisi.



Dari sini kita Bisa menarik pelajaran pertama nama Tawakal diam tak menyerahkan semuanya di permainan Perkataan-Perkataan nasib. Burung-burung terbang upaya untuk menemukan Boga, bahkan bila ia tak pernah tahu di mana dia beruntung. Jadi jangan hingga kita mengatakan bahwa keheningan di masjid untuk membaca berbagai doa, yang disebut kepercayaan


Atau mari kita juga. “kuda nil yang setiap hari hanya merendam di lumpur, super-lebar valid di karenakan dia yang memberi rezeki” . Ini yaitu Perkataan-Perkataan yang dangkal dengan benar, akan tetapi mengandung kesalahan besar. Hal ini baru nama-nama Allah, dan tak tahu Allah yang benar.


Demikian pula, dalam urusan pendamping. Banyak jomblowers begitu bersemangat untuk mempunyai keinginan besar untuk menikah, tapi ia hanya duduk di rumah tanpa pernah mencoba untuk menemukan pasangan melalui data pribadi mengirimkan ke ta’aruf. saat seseorang bertanya, maka jawaban: “bersedia Eemh, Tuhan, pasangan saya akan datang, di karenakan bisnis Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diselenggarakan pasangan masing-masing laki-laki dan perempuan diciptakan” . Hukuman mulutnya sepenuhnya, akan tetapi pengetahuan dalam otaknya lagi.


Tawakalnya Dinamis seperti burung. Jangan bersembunyi di balik kepercayaan Perkataan hanya untuk menutupi kemalasan kita dalam upaya. Terutama bila ia berada di belakang menyalahkan orang-orang yang aktif mencari atas tuduhan bahwa orang-orang tak yakin dari apa yang telah dijamin oleh Allah. Ini yaitu kesalahpahaman.



Orang-orang yang percaya pada Tuhan, ia akan mengekspos semua kekuatannya, sejauh mana kemampuannya. Lalu ia didampingi ikhtiarnya berharap dalam doa Robbnya. Setiap perusahaan yang tak menjadi pengabaian kinerja kewajiban ibadah.


Setelah Frustasi asa mencari setelah bernyanyi gencarnya doa dan Asa, maka pasrahkan semua mengenai kehendak Allah. bila hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan, ia akan menjadi orang yang mengakui besarnya karunia Allah memberinya. Sementara itu, bila hasilnya tak seperti yang diharapkan, itu akan menjadi manusia yang lengkap menjadi bersemangat untuk setiap rencana Allah baginya.

Ia percaya, ia percaya bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik baginya. Belum tentu apa yang ia berharap untuk membawa maslahat, belum tentu dia tak akan madharat. Untuk ini yaitu konsep yang benar kepercayaan, keyakinan yaitu keyakinan yang nyata.

Manusia tak diberikan tahu kapan, di mana dan bagaimana Rizki dicapai dalam semalam. Privasi yaitu apa yang membuat manusia wajib Dinamis seperti burung mencari biji-bijian. Hari itu, burung tak pernah tahu apakah itu akan menerima Boga atau tak. Namun tetap ke kiri dan menyerahkan hasilnya kepada Allah, mata pencaharian pemberi. Jadi ia kembali dengan perut penuh terisi, di karenakan yang Robb tak akan pernah lupa untuk membagikan rezeki kepada makhluk-Nya.

Kita wajib percaya bahwa Tuhan yaitu Pencipta semua takdir dan pemimpin masing-masing ketentuan. Sangat mudah untuk Allah untuk memutuskan sesuatu yaitu hal yang bagus atau buruk terjadi di kita justru di karenakan semua berada dalam jangkauan. Jadi, saat kita pergi keluar dari rumah, Rasul-Nya telah menetapkan contoh untuk umat Islam untuk selalu berdoa.

Deskripsi yang Bisa kita baca dalam suatu hadits yang diterima dari teman Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi sallam wa pernah berkata:

“yang keluar dari-Nya rumah mengatakan Bismillaahi tawakkaltu ‘ala llaahi laahaula walaa quwwata Ellaa billahi (nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tak ada daya dan upaya, akan tetapi hanya dari Allah), maka orang mengatakan, kita memberi petunjuk, kita puas dengan kebutuhan kita, juga menerima penjaga. setelah itu setan jauh dari orang tersebut. “ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Jadi , pergi ke depan, berikhtiarlah mengerahkan seluruh kemampuan. di karenakan inisiatif juga perintah-Nya dan termasuk dalam kategori ibadah kepada-Nya. Ingat bahwa Allah tak mengubah kondisi suatu kaum hingga mereka berusaha untuk mengubahnya. Tapi mari kita tak menghitung semua usaha sendiri. Berdo’alah dia dengan ketakutan dan Asa, di karenakan itu yaitu penentu utama dari hasil usaha kita.

Kisah Cinta Inspiratif: Akhi... Maukah Menikah Denganku..?


Dulu ana datang ke suami ana, justru ana yang menawarkan diri ke suami.
''Akhi maukah menikah dengan ana?'', tawarku padanya.

Waktu itu dia masih kuliah smester 8. Dia cuma bengooonggg seribu bahasa, serasa melayang di atas awan, seolah waktu terhenti. Beberapa saat setelah setengah kesadarannya kembali dan setengahnya lagi entah kemana, dia berucap;

''Afwan..ukhti... anti pengen mahar apa dari ana?'' ucapnya.
"Cukup antum bersedia menikah denganku saja itu sudah lebih dari cukup" jawabku.

Bak orang awam mendaki gunung yang tinggi lagi extreme, ehhh... dianya langsung lemesss... kayak pingsan! Besoknya datang nazhar, terus khitbah. Lalu untuk ngumpulin uang buat nikah, dia jual sepeda dan jual komputernya... untuk mahar dan biaya nikah.

Di awal pernikahan dia gak punya pendapatan apa-apa. Kita usaha bareng dan ana gak pernah nanya seberapa pendapatnya ataupun dia kerja apa. Selama ana nikah dengannya ana belum pernah minta uang. Hingga kinipun kalo gak dikasih ya diam. Saat beras habis... ana gak masak.

Saat dia nanya, "Koq gak masak beras, Dek?"
"Habis Mas", jawabku

"Koq gak minta uang?", lanjutnya.
Ana gak jawab, takut suami gak punya kalo ana minta. Jadi ana takut menyinggung perasaan kekasih hatiku.. weee..

Kalo kita menghormati suami, maka suami akan menyayangi kita lebih dari rasa sayang kita ke dia. Bahkan usaha sekarang dah maju pesat... Alhamdulillah. Ibarat kata uang 50jt dah hal biasa.

Lalu suatu hari ana tawarkan dia nikah lagi namun dia gak mau. Katanya ana itu tidak ada duanya... hehehe ngalem dewek. Walaupun ortunya dulu gak ridho dengan ana, karena Salafi... tapi sekarang sudah baikan.

Rezeki bisa dicari bersama. Bagi ana usaha yang dicari bersama suami susah-payah bersama, setelah sukses... maka banyak kenangan manis yang tak terlupa. Kita jadi saling memahami dan mengerti karakter masing-masing karena kita sering berinteraksi.

"Suamiku adalah temen curhatku..."
"Suamiku adalah patner bisnisku..."
"Suamiku adalah Ustadz tahsinku..."
"Suamiku adalah temen seperjuanganku..."
"Suamiku adalah sahabatku..."
"Suamiku adalah temen mainku..."
"Suamiku adalah temen berantemku..."

Itulah kiranya yang ana rasakan darinya, setelah 12 tahun menikah dan Insya Allah dikaruniai anak 7 semoga semakin menambah keberkahan dalam rumah tangga ana...

Dan bukan hal yang hina bagi ana kalo ada seorang akhawat datang menawarkan diri ke ikhwan. Ana dulu hanya melihat dari bacaan Al-Qur'annya yang bagus dan dia sangat menjaga Sholatnya itu aja gak lebih.

Jadi para akhawat yang belum menikah... apa yg menghalangi anda untuk menikah muda? Apa karena melihat pendapatan materi dari ikhwan yang menghalaginya?

*Seorang Ibu yang menceritakan kisah cintanya
*Dengan sedikit penyesuaian