Berita yang datang dari suriah sangat menyedihkan. Ketika umat Islam sedunia bergembira menyambut Idul Adha, desingan pelor dan dentuman peluru dari negara itu terus terdengar.
Akibat perang yang berkepanjangan tersebut menjadikan nilai-nilai kemanusiaan terkikis habis. Keteguhan dalam beragama mesti disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan. Itu terjadi setelah ulama Suriah mengeluarkan fatwa kontroversial yang menghalalkan penduduk dipinggiran kota Damascus memakan daging kucing atau anjing demi menyelamatkan jiwa mereka yang kelaparan.
Fatwa tersebut terpaksa dikeluarkan mengingat bahaya kelaparan yang mengancam semakin meluas. Para ulama mengkhawatirkan bila fatwa tersebut tak dikeluarkan maka yang terjadi nantinya bisa saja mereka menjadi kanibal atau memakan teman sendiri yang sudah tewas dalam peperangan.
Sekilas banyak yang mengecam fatwa yang dikeluarkan bersamaan dengan perayaan Idul Adha tersebut. Media online republika terang-terangan memasang judul “Astaghfirullah karena Kelaparan, Ulama Suriah Halalkan Anjing dan Kucing.”
Padahal fatwa tersebut sah-sah saja dan tak ada larangan disini karena sifatnya sudah sangat darurat. Ulama tentu tidak akan diam begitu saja melihat setiap detik ada manusia yang meregang nyawa dan kemudian tewas akibat menahan lapar berkepanjangan.
Seyogyanya kita atau media tidak mengecam fatwa tersebut. Mengecamnya sama saja mendiamkan penderitaan mereka yang tidak tahu mesti berbuat apa-apa. Sudah jamak di dunia ini setiap orang ingin terbebas dari rasa lapar. Ketika apa yang akan dimakan tidak ada sudah jamak juga mereka akan mencari sumber makanan yang baru. Ketika yang akan dimakan dipandang haram dalam sebuah keyakinan, maka fatwa kontroversial tadi dapat dibenarkan.
Dengan fatwa kontroversial tadi para ulama di Suriah tadi sudah siap mempertanggungjawabkan fatwanya dihadapan yang Maha Kuasa kelak. Pemerintah Suriah juga akan dikecam oleh dunia dan akhirat. Dunia akan mengecam mereka karena tidak mengizinkan masuknya pasokan makanan dan obat-obatan ke daerah yang dikuasai pemberontak. Di akhirat mereka juga akan dikecam karena tega membunuhi rakyatnya sendiri dengan senjata kimia, peluru, mesiu dan sengaja mendiamkan kelaparan yang akut. Mereka akan dicap manusia tak berperikemanusiaan di dunia dan akhirat.
Bagi saya, Hanya pemerintahan yang dikuasai kaum dajjal yang sanggup melakukan itu. Perang tak mesti menghalangi pihak lain memberi bantuan pada mereka yang terluka atau sakit. Apalagi menghambat bantuan makanan dan obat-obatan yang diperuntukkan pada anak-anak dan orang tua yang tak mampu angkat senjata. Pemerintah Suriah yang dikuasai kaum Alawi perlu mencontoh akhlak mulya Salahudin Al Ayub soal etika perang. Sayangnya faham mereka berlainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar