Hidayatullah.com | Sahabat Al-Aqsha- Ahad Pagi waktu Gaza (07/12/2014), sebuah artikel terbit di akun Facebook resmi milik Dr. Musa Abu Marzuq, Wakil Kepala Maktab Siyasi (Biro Politik) Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), berisi peristiwa yang dialami ‘Umar bin Khattab sebagai khalifah umat Islam kedua sepeninggal Utusan Allah terakhir di muka bumi.
Latar belakang kisah ini penting karena terjadi sepulangnya Amirul Mu’minin (Pemimpin Orang-orang Beriman) ‘Umar bin Khattab membebaskan kota Al-Quds dan Masjidil Aqsha dari cengkeraman penjajahan Kristen Romawi. Ini adalah salah satu puncak kedigdayaan umat Islam di bawah kepemimpinan ‘Umar.
Berikut ini kisah yang disiarkan Dr. Musa Abu Marzuq:
“Sepulang dari perjalanannya ke Negeri Syam, ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu (Semoga Allah meridhainya) pergi seorang diri menuju kota Madinah untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia kemudian melihat seorang nenek tengah berada dalam gubuknya, didekatilah gubuk itu. Nenek yang tak mengenalnya itu kemudian bertanya, “apa yang sedang di lakukan ‘Umar?”
“Dia baru saja tiba dari Syam,” jawab ‘Umar
“Semoga Allah tidak memberikan kepadanya kebaikan,” ujar nenek itu.
“Kenapa begitu ?” tanya Umar penasaran.
“Karena demi Allah sejak ia diangkat menjadi Amirul Mu’minin, tidak sepeserpun dirham atau dinar aku terima darinya.”
‘Umar menjawab, “Mungkin saja dia tidak mengetahui keadaanmu.”
Nenek itu, “Subhanallah! Demi Allah aku tidak mengira ada orang yang diberi amanah memimpin manusia, tetapi dia tidak tahu keadaan setiap yang dipimpinnya dari timur hingga barat.”
Seketika ‘Umar menangis, “Semua manusia lebih pintar darimu, wahai ‘Umar, bahkan nenek tua ini pun lebih pintar darimu.”
‘Umar berkata kepada nenek itu, “Nek, berapa engkau jual harga kezhaliman Umar ? Karena aku berharap ia diberi rahmat oleh Allah dari api neraka.”
Nenek menjawab, “Tak perlu seperti itu, semoga Allah merahmatimu.”
‘Umar terus membujuk nenek itu sampai ia membeli kezhaliman dari nenek itu dengan 25 dinar emas (setara dengan Rp 46,3 juta). Ketika itu datanglah ‘Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Mas’ud seraya mengucapkan salam kepada ‘Umar, “Assalaamu ‘alaika, wahai Amirul Mu’minin.”
Mendengar kata “Amirul Mu’minin” nenek itu menaruh kedua tanganya diatas kepalanya sambil berujar, “Duhai sangat memalukan, aku mencela Amirul Mu’minin dihadapannya langsung.”
“Tidak apa-apa. Semoga Allah merahmatimu,” kata ‘Umar.
Umar meminta diambilkan kertas, namun tidak didapatinya. Kemudian ia merobek pakaianya sendiri dan menuliskan diatasnya: “BismillahirRahmanirRahim. Dengan ini ‘Umar membeli kezhalimannya kepada nenek tua sejak ia menjabat sampai sekarang dengan 25 dinar. Maka nanti di Padang Mahsyar ketika ia menghadap Allah perkara ini tidak membebaninya lagi. ‘Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Mas’ud sebagai saksinya.”
‘Umar kemudian menyerahkan kain itu kepada salah satu anaknya seraya berpesan: “Kelak ketika aku mati, taruh kain ini bersama kain kafanku agar terbawa saat aku menemui Rabb-ku.” *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar