Namanya orang ikut perang fisik dalam jihad fi sabilillah, ya harus siap untuk mati syahid di jalan Allah. Kalau pun tidak mati, bisa saja cacat seumur hidup. Ada yang buntung tangannya, atau yang kakinya tinggal satu. Dan masih banyak resiko lain seperti cacat dan luka di sekujur tubuh.
Maka kalau belum siap mental, tidak boleh sembarang orang ikut jihad fi sabilillah. Contohnya, mereka yang belum cukup umurnya, atau mereka yang punya hutang, atau masih punya orang tua yang harus dirawat dan dinafkahi, seringkali kali dilarang oleh Rasulullah SAW untuk ikut jihad.
Sampai ada kisah shahabat yang saking inginnya ikut jihad, dia besar-besarnya dadanya biar busung, layaknya orang sudah dewasa. Tetapi Rasulullah SAW tegas menolaknya.
Bukan apa-apa, tetapi syarat jihad fisik perang di jalan Allah itu modalnya bukan cuma semangat, tetapi lebih dari itu, harus siap dengan segala resiko. Jangan cengeng dan gampang mewek. Masak mujahidin cengeng, nanti di medan tempur malah malu-maluin barisan sendiri dan dibuli oleh lawan.
Maka apa pun pilihan jenis jihad kita, pasti ada resikonya. Kita tidak bisa curang dengan cara menghindari resiko. Jihad lewat jalan dakwah dan pendidikan, pasti ada resikonya. Jihad lewat pembangunan ekonomi, juga pasti ada resikonya. Dan jihad lewat harta, juga ada resikonya.
Bagaimana jihad lewat jaur politik? Adakah resikonya?
Tentu saja ada resikonya. Salah satunya ya dimusuhi oleh lawan politiknya, maka harus siap mental, juga harus terima resiko kalau dipolitisasi oleh lawan. Namanya juga dunia politik, pasti segala resikonya terkait dengan politik.
Dalam dunia politik, lawan bisa jadi kawan dan kawan bisa saja jadi lawan. Yang namanya dijatuhkan dan dibanting dan wajahnya nyungsep mencium tanah sudah pasti terjadi. Kita yang membanting lawan atau kita yang dibanting.
Ya, sudah resiko jalan yang dipilih. Jangan cengeng....
Maka kalau belum siap mental, tidak boleh sembarang orang ikut jihad fi sabilillah. Contohnya, mereka yang belum cukup umurnya, atau mereka yang punya hutang, atau masih punya orang tua yang harus dirawat dan dinafkahi, seringkali kali dilarang oleh Rasulullah SAW untuk ikut jihad.
Sampai ada kisah shahabat yang saking inginnya ikut jihad, dia besar-besarnya dadanya biar busung, layaknya orang sudah dewasa. Tetapi Rasulullah SAW tegas menolaknya.
Bukan apa-apa, tetapi syarat jihad fisik perang di jalan Allah itu modalnya bukan cuma semangat, tetapi lebih dari itu, harus siap dengan segala resiko. Jangan cengeng dan gampang mewek. Masak mujahidin cengeng, nanti di medan tempur malah malu-maluin barisan sendiri dan dibuli oleh lawan.
Maka apa pun pilihan jenis jihad kita, pasti ada resikonya. Kita tidak bisa curang dengan cara menghindari resiko. Jihad lewat jalan dakwah dan pendidikan, pasti ada resikonya. Jihad lewat pembangunan ekonomi, juga pasti ada resikonya. Dan jihad lewat harta, juga ada resikonya.
Bagaimana jihad lewat jaur politik? Adakah resikonya?
Tentu saja ada resikonya. Salah satunya ya dimusuhi oleh lawan politiknya, maka harus siap mental, juga harus terima resiko kalau dipolitisasi oleh lawan. Namanya juga dunia politik, pasti segala resikonya terkait dengan politik.
Dalam dunia politik, lawan bisa jadi kawan dan kawan bisa saja jadi lawan. Yang namanya dijatuhkan dan dibanting dan wajahnya nyungsep mencium tanah sudah pasti terjadi. Kita yang membanting lawan atau kita yang dibanting.
Ya, sudah resiko jalan yang dipilih. Jangan cengeng....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar