Saudaraku sesama muslim
Ada syair-syair indah setentang ilmu (agama) seperti berikut : Al-ilmu yunhidhu bilkhasiisiilal ‘ulaa wal jahlu yuq ‘idu bilfatal mansunbi.
• “Ilmu itu dapat menggerakkan orang yang rendah pada kemuliaan. Sedangkan bodoh itu dapat menurunkan, merendahkan, pemuda yang tegak.”
Atau syair : Al-ilmu harbun lilfatal muta-‘aalii kassaili harbun lilmakaanil ‘aalii.
• “Ilmu adalah musuh pemuda yang besar kepala (sombong) laksana banjir adalah pantangan pada tempat yang tinggi.”
Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan muslim. Didalam sebuah Hadist yang cukup popular diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barri : Thalabul ilmi faridhatun ala kulli muslimin wa muslimat. “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslimin dan muslimat”. Jadi, bukan saja tidak sholat atau tidak puasa (dibulan Ramadhan) yang berdosa apabila tidak kita kerjakan. Tetapi tidak mengaji (tidak menuntut ilmu) juga berdosa apabila tidak kita laksanakan.
Didalam ajaran agama, menuntut ilmu diperintah, tuntutlah ilmu dari mulai buaian sampai keliang lahat bahkan walau bishshiini, walau sampai ke negeri China sekalipun.
• Sebuah Hadist dari Abu Umamah secar marfu : “Sesungguhnya Allah SWT, malaikat-Nya, dan penghuni langit dan penghuni bumi, sampai pun semut-semut yang berada di lobangnya serta ikan Hiu yang ada di lautan memanjatkan shalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia.” (HR. Turmudzi)
Saudaraku seiman, judul tulisan (artikel) religius saya seperti tersebut di atas, setentang keutamaan menuntut ilmu. Tahukah antum bahwa begitu besar pahala (ganjaran) orang yang menuntut ilmu, dikatakan di dalam sebuah kitab bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepada Ibnu Mas’ud ra : “Hai Ibnu Mas’ud engkau duduk 1 (satu) jam tanpa pena (polpen, alat tulis) dan tanpa menulis satu huruf pun di Majlis Taklim (Pengajian) lebih baik pahalanya dari memerdekakan 1000 (seribu) orang budak.”
• Tahukah antum (pembaca) bahwa memandang wajah orang alim lebih baik daripada bersedekah 1000 (seribu) ekor kuda untuk jihad fisabilillah.
• Bahwa ucapan salam kepada orang alim lebih baik daripada ibadah 1000 (seribu) tahun.
• Bahwa hadir (duduk) di Majlis Taklim (Pengajian) tidak lebih lama dari satu jam, tetapi nilai pahalanya sama seperti pahala kita shalat sunnat 100 (seribu) rakaat.
• Bahwa dengan kita langkahkan kaki kita karena Allah untuk hadir di majlis Taklim (Pengajian) untuk menuntut ilmu, pahalanya lebih afdhol daripada kita menjenguk orang sakit 1000 (seribu) orang sakit.
• Bahwa dengan kita hadir di tempat majlis ilmu (majlis Taklim, dzikir, majlis mudzakaroh atau pengajian) untuk menuntut ilmu, pahalanya sama seperti kita melayat orang meninggal, menshalatinya kemudian mengantarkannya ke kubur 1000 (seribu) jenazah.
• Bahwa orang yang pergi mengaji (menuntut ilmu) dikawal oleh Malaikat, pergi dan pulangnya. Dikatakan sampai pun Malaikat yang sedang terbang ketika melihat ada orang yang hendak pergi menuntut ilmu (mengaji) turun ke bawah mendekati dan memberi hormat kemudian mengawal orang itu. Dan Syorga pun rindu dan mencari orang yang pergi menuntut ilmu. (Disebutkan oleh Al Hafidh Mundziry dalam kitab : Al-Daratul Al-Yatimah)
• Bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tiada kamu yang duduk dalam majlis ilmu (majlis dzikir, mudzakaroh, taklim) pasti dikelilingi Malaikat dan diliputi Rahmat Allah dan
diturunkan ketenangan, ketentraman, diingati oleh Allah SWT di depan para Malaikat- Nya.” (HR. Muslim)
• Muhammad Ibnul Hasan berkata : “Berilmulah ilmu adalah hiasan, keutamaan dan pertanda segala pujian. Dalam setiap hari berusahalah selalu bertambah dalam penguasaan ilmu dan menyelamlah ke dalam lautan ilmu. Kuasailah ilmu fiqih yang menjadi penuntun kebaikan dan takwa serta tujuan yang paling tepat, yang menjadi bendera pengarah menuju sunnah-sunnah petunjuk. Seorang berilmu (ahli fiqih) yang wara di takuti (lebih merepotkan) menyusahkan Syetan ketimbang 1000 (seribu) orang ahli ibadah.”
• Sementara Imam Hasan Al-Basri berkata : “Orang yang beramal tetapi tidak disertai dengan ilmu pengetahuan tentang itu adalah bagaikan orang yang melangkahkan kaki tetapi tidak meniti jalan yang benar. Orang yang melakukan sesuatu tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu itu, maka dia akan membuat kerusakan yang lebih banyak dari pada perbaikan yang dilakukan. Carilah ilmu selama ia tidak mengganggu ibadah yang engkau lakukan. Dan beribadahlah selama ibadah itu tidak mengganggu pencarian ilmu pengetahuan, karena ada sebagian kaum muslimin yang melakukan ibadah tetapi mereka meninggalkan ilmu pengetahuan, sehingga mereka keluar dengan pedang mereka untuk membunuh umat Muhammad SAW. Kalau saja mereka mau mencari ilmu pengetahuan, niscaya mereka tidak akan melakukan seperti apa yang mereka lakukan itu.”
Att : Ucapan Imam Hasan Al-Basri ini dikutip oleh : Ibnu Hazm dalam bukunya : Miftah Dar-al Sa’adah.
Saudaraku, kini kita simak tiga surat di dalam kitab suci Al-Qur’an tersebut ini :
• “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah : 11)
• “Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui ?” (QS. Az-Zumar : 9)
• Berfirman Allah SWT :
“Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia. Dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”(QS. Al-Ankabut : 43)
Bersabda Rasulullah SAW :
• Bahwa apabila masuk waktu pagi, sedangkan engkau mempelajari Satu Bab ilmu, maka itu adalah lebih baik bagimu daripada sholat 100 (seratus) rakaat.
• Bahwa para Malaikat membentangkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu sebagai kerelaan terhadap perbuatannya.
• Bahwa seutama-utama manusia adalah orang mukmin yang berilmu yang apabila di perlukan ia berguna. Kalaupun tidak diperlukan maka ia dapat mengurus dirinya.
• Bahwa orang berilmu itu adalah kepercayaan Allah di bumi. Iman itu telanjang, pakaiannya adalah taqwa, perhiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.
• Bahwa barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Syorga.
• Sementara Sahabat Abu Darda ra berkata :
Bahwa barang siapa berpendapat bahwa untuk menuntut ilmu itu bukan merupakan jihad, maka ia memiliki kekurangan dalam pandangan dan akalnya.
Saudaraku, seiring dengan kemajuan zaman kecanggihan tehnologi, dimana komputer masuk desa, hand phone genggam (HP) dapat secara otomatis merekam gambar dan dimana (di pabrik-pabrik) tenaga manusia hampir-hampir tidak dibutuhkan lagi karena kecanggihan tehnologi setiap aset yang biasanya di kerjakan oleh tangan (tenaga) manusia (buruh, pekerja pabrik) sekarang sudah diambil alih oleh mesin-mesin (import) yang bergerak sendiri (secara otomatis).
Namun, bersamaan dengan kemajuan zaman, banyak orang yang menjauh dari agama, bersikap apatis (masa bodoh) terhadap agama. Kenapa bisa begitu ? Siapa yang bersalah ? Bukankah Republik ini rakyatnya mayoritas Islam ? Musuh-musuh Islam pun jadi kian menari-
nari di atas kemelut umat yang beragama Islam, agama yang diterima disisi Allah SWT, agama yang Allah ridho dengannya. Tidak saja sampai disini, alam pun sepertinya memperlihatkan kemarahannya. Musibah demi musibah terjadi direpublik ini. Dari mulai Tsunami sampai gempa dimana-mana, tanah longsor, banjir, pesawat jatuh, kapal laut tenggelam, kereta api tabrakan, dan yang paling menyakitkan, musuh-musuh Islam dengan congkak dan takaburnya menuding (menuduh) Islam teroris. Ini tidak benar, Islam adalah agama kasih sayang. Mana mungkin Islam teroris ? Saya (penulis) yakin (hakul yakin) nanti suatu ketika fitnah (tuduhan) keji ini akan terbongkar dan seluruh manusia yang berada di bumi Allah ini (termasuk kaum kafir) akan membuktikan bahwa Islam yang Nota Bene agama kasih sayang ini bukan teroris. Seperti penulis yakin akan datangnya suatu masa, yaitu kemenangan kaum muslimin dari kaum Yahudi, dimana sampai-sampai ada kaum Yahudi yang bersembunyi dibalik batu dan pohon, lalu batu atau pohon tadi berkata : “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini ada orang Yahudi di belakangku. Kemarilah dan bunuhlah dia.” Subhanallah ! Suatu saat Yahudi akan dikalahkan, (hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim) ini saya (penulis) baca dari kitab populer Imam Nawawi yaitu Terjemah Riyadhus Shalihin.
Kembali kita kepada masalah siapa yang bersalah tetapi terlepas dari kesemuanya tersebut, sebaiknya kita bercermin (self koreksi) sudahkah kita sebagai insan-insan beriman, sebagai rakyat
di Republik tercinta ini, apapun jabatan kita, apapun pangkat kita, sudahkah kita bertakwa kepada yang Maha Dzat yaitu Allah SWT ? Takwa adalah seseorang (dengan ilmu) mengerjakan semua perintah Allah SWT dan dengan ilmu menjauhkan segala larangan yang dilarang oleh Allah SWT. Kenapa harus dengan ilmu ? Saudaraku, memang benar, untuk meraih menggapai pahala, kita harus beramal shaleh (ibadah) tetapi ibadah tanpa ilmu tertolak.
Saudaraku, hanya taubat dan istighfar satu-satunya solusi yang saat ini bisa kita lakukan. Ketika istighfar kita lakukan dengan penuh keikhlasan serta sesuai dengan syari’at maka kita akan merasakan manfaatnya dalam bentuk ketenangan bathin, ketentraman jiwa, jauh dari kegelisahan, kecemasan dan tekanan kejiwaan. Inilah inti kebahagiaan yang haqiqi yang kita cari di dunia ini. Kebahagiaan yang sesungguhnya tidak bisa diraih dengan harta, kekuasaan dan keindahan phisik semata. Akan tetapi istighfar dan taubatlah yang mengantarkan kita kepada pintu ketenangan jiwa.
Saudaraku, perhatikan Firman Allah SWT tersebut ini : (Artinya) “Maka aku berkata (Nuh) Minta ampunlah kalian kepada tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Dengan begitu) Dia akan mengirimkan hujan dari langit, memberikan harta yang melimpah dan anak-anak yang banyak, menjadikan kebun-kebun dan sungai-sungai yang airnya mengalir untuk kalian. (QS. Nuh : 10 - 12)
Jika kita renungkan ayat tersebut diatas dengan penuh seksama, kemudian kita hubungkan dengan kondisi bangsa kita yang sedang mengalami krisis dalam semua line kehidupan dan belum bisa pulih dari semua musibah dan bencana (yang datang silih berganti), maka dari sudut pandang agama Islam krisis dan bencana itu bersumber dari krisis iman dan ahlak, kita sebagai bangsa telah banyak melakukan dosa dan maksiat, melanggar syariat Allah, bahkan kemaksiatan dan kedzoliman ini kita lakukan (sadar atau tidak) secara kolektif. Kiranya tidak ada solusi yang dapat (pantas) kita lakukan kecuali istighfar dan taubat (yang ikhlas, yang sebenar-benar taubat) kepada Allah SWT. Tidak ada artinya recovery ekonomi, peningkatan kwalitas dan mutu pendidikan, hukum, jika si pelaksananya masih saja bergelimang dosa, tidak merasa risih melakukan pelanggaran dan penentangan terhadap agama Allah.
Sekali lagi, yakin saya (penulis) haqul yakin, hanya taubat dan istighfarlah yang bisa menyelesaikan permasalahan (besar) di Republik tercinta ini, mengantarkan kita kepada pintu kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanpa taubat dan melanggengkan (dengan ikhlas sepenuh kesadaran) istighfar jangan harap permasalahan demi permasalahan bisa diselesaikan. Semoga kita (wabil khusus penulis dan antum sebagai pembaca setia) termasuk orang-orang yang selalu membasahi lidahnya dengan istighfar dan dzikrullah, sehingga menjadi lah kita hamba-hamba yang shaleh, berbahagia di dunia dan selamat dari adzab Allah di akhirat kelak. Amin!
Saudaraku sesama muslim.
Sesuai judul (tema) tulisan (artikel) religius kita tersebut diatas, sekarang kita simak dengan seksama Firman-firman Allah SWT dan Hadist-hadist Rasulullah SAW setentang ilmu pengetahuan seperti berikut ini :
Allah SWT berfirman :
• “Dan katakanlah, Ya Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thoha : 114)
• Berfirman Allah SWT :
“Sesungguhnya yang takut diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Faatir : 28)
• Dari Mua’awiyah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa dikehendaki oleh Allah menjadi baik, maka Dia memberikan kefahaman (ilmu) masalah agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
• Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke Syorga.” (HR. Muslim)
• Dari Sahl bin Sa’ad ra bahwasanya Nabi SAW bersabda :
“Dan Allah, jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan perantaraan mu, itu lebih baik daripada unta merah. (hak milik orang yang paling berharga).” (HR. Bukhari dan Muslim)
• Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda :
“Sampaikanlah (ilmu) dari aku meski hanya satu ayat, dan boleh saja kalian menceritakan dari Bani Israil (boleh) untuk diambil pelajaran. Dan barang siapa mendustakan atasku (mengatasnamakan suatu pembicaraan kepada Nabi, padahal kalian tidak menyabdakannya) dengan sengaja, maka sebaiknya ia meletakkan tempat duduknya di Neraka.” (HR. Bukhari)
• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila anak Adam (manusia) mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau amak shaleh yang selalu mendo’akannya.” (HR. Muslim)
• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa mengajak kepada jalan yang baik, maka ia mendapat pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya (mengikuti ajakannya) tanpa mengurangi pahala mereka sendiri sedikitpun.” (HR. Muslim)
• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Dunia dan segala isinya adalah terkutuk kecuali dzikir dan taat kepada Allah SWT, serta orang alim dan orang yang belajar.” (HR. Turmudzi)
• Dari Anas ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali.” (HR. Turmudzi)
• Dari Abu Sa’id Al-Khudriy dari Nabi SAW beliau bersabda :
“Seorang mukmin tidak akan merasa kenyang untuk berbuat kebaikan sehingga akhir tujuannya adalah Syorga.” (HR. Turmudzi)
• Dari Abu Darda ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Syorga. Dan sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yangmenuntut ilmu karena puas dengan apa diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan dilautan memintakan ampun kepada orang yang pandai. Kelebihan orang alim terhadap abid (orang yang ahli ibadah tetapi tidak alim), bagaikan kelebihan bulan purnama terhadap bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan bahwasanya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi para Nabi mewariskan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa mengambil (menuntut) ilmu, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Turmudzi)
• Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Semoga Allah SWT memberi cahaya yang berkilauan kepada seseorang yang mendengar sesuatu dari ku, kemudian ia menyampaikannya sebagaimana yang telah ia dengar, karena banyak orang yang disampaikan kepadanya (sesuatu itu) lebih menghayati, daripada orang yang mendengarnya sendiri.” (HR Turmudzi)
• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya (tidak menjawab dengan sebenarnya), maka kelak di hari Kiamat ia akan dikendalikan dengan kendali dari api Neraka. ” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
• Daru Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang semestinya bertujuan untuk mencari ridha Allah ‘Azza wa jalla, kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk mendapatkan kedudukan (kekayaan duniawi), maka ia tidak akan mendapatkan baunya Syorga kelak pada hari Kiamat.” (HR. Abu Daud)
• Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Sungguh, Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dari manusia begitu saja. Tetapi Allah SWT mencabutnya dengan mengambil (mewafatkan) orang-orang yang berilmu, sampai tidak lagi tersisa seorang alim pun, lalu menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Para pemimpin yang bodoh itu ditanya, lalu mereka memberi fatwa tanpa dasar ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
• Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda :
“Kelebihan orang alim terhadap orang yang ahli ibadah (tetapi tidak alim), seperti kelebihan ku terhadap orang yang paling rendah diantara kalian.” Kemudian Rasulullah meneruskan sabdanya : “ Sesungguhnya Allah, Malaikat serta penghuni langit dan bumi sampai-sampai semut yang berada di sarangnyadan juga ikan, senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan (ilmu) kebaikan kepada manusia.” (HR. Turmudzi)
Saudaraku, akhir dari tulisan (artikel) ini perkenankan saya (penulis) mengucapkan : Subhanakallahumma wa bihamdika Ashadu Ala ila ha illallah Astaghfiruka Wa atubu ilaika.
Yang demikian sesuai dengan Sabda Rasul, adalah sebagai kafarat (penghapus) terhadap sesuatu (kekhilafan) yang terjadi di dalam pertemuan. Saya sadari betul tulisan ini sebagai bacaan religius ringan untuk syiar dakwah Islam masih jauh dari kesempurnaan dan sudah barang tentu disana sini terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan. Tidak ada kata yang paling tepat untuk penulis ucapkan kecuali ucapan : maaf dan mohon kritik serta saran dari sidang pembaca, wabil khusus dari para guru. Terima kasih atas segala perhatian, jumpa lagi kita insya Allah pada tulisan saya mendatang. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
(Bahan-bahan (materi) diambil dan dikutip dari buku : Terjemah Riyadhus Shalihin. Oleh : Imam Nawawi, buku : Meraih Menggapai Pahala. Oleh : H. Sunaryo A.Y.; buku : Mutiara Ihya Ulumuddin. Oleh : Al-Ghazali dan Buletin Al-Falah. Edisi : XII Jum’at 12 September 2003 (15 Rajab 1424 H )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar