Oboro: ” Even if the land is united, 400 years of hatred and killing…will not be forgiven so easily.You and I will only be joined…in our dreams “
Karya Ten Shimoyama satu ini adalah sebuah kisah cinta tragis berbalut aksi pertarungan dahsyat antara para superhuman didalamnya, atau kamu bisa menyebutnya versi fantasi dari Romeo & Juliet yang legendaris itu yang di crossover dengan X-Men dan kisah Ninja klasik ala Jepang. Tapi meskipun terlihat mirip, penulis naskah Kenya Hirata tidak mengadaptasinya dari literatur populer milik Shakespeare itu melainkan dari The Kouga Ninja Scrolls buah pena novelis kenamaan Jepang, Futaro Yamada yang kemudian juga diterjemahkan dalam versi manga dan anime nya, maka tidak usah terlalu heran jika momen-momen aksinya terlihat begitu komikal.
Ya, premis utama Shinobi memang ‘serupa tapi tak sama’ dengan apa yang disajikan oleh Romeo & Juliet, keduanya sama-sama menghadirkan kisah cinta terlarang sepasang anak manusia dari dua kubu yang saling bermusuhan sejak lama, dan seperti yang sudah kita ketahui bersama berakhir tragis. Tentu saja tidak ada nama Capulet dan Montague disini atau latar belakang kota Verona yang indah itu, sesuai novelnya versi live action nya ini Shimoyama membawa settingnya ke Jepang abad 16, tepatnya pada era Sengoku,mempertemukan kita dengan Gennosuke (Joe Odagiri) and Oboro (Yukie Nakama) pasangan kekasih dari dua klan ninja legendaris,Kouga dan Iga yang sudah berseteru selama kurang lebih 400 tahun lamanya. Dann untuk menguji kekuatan cinta mereka keduanya kemudian dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit disaat shogun Tokugawa, penguasa Jepang saat itu merasa terancam dengan kehadiran dua kubu Shinobi berbahaya itu hingga kemudian melakukan konspirasi untuk menghancurkan keduanya dengan memaksa mereka untuk saling bunuh satu sama lain, dan tentu saja pada akhirnya Gennousuke harus berhadapan dengan kekasih hatinya, Oboro.
Ok, dari segi cerita mungkin Shinobi: Heart Under Blade sangat sederhana dan tidak terlalu spesial, bahkan jauh sebelum film berdurasi 97 menit ini berakhir kita sudah mengetahui bahwa kedua karakter utama kita tidak mungkin bisa bersama, seperti yang diucapkan oleh Oboro disini “Hanya dalam mimpi saja cinta kita bisa bersatu’, ah, sebuah melodrama memang, namun pada akhirnya saya menyukai bagaimana Shimoyama menutup kisahnya ini, tragis, tapi apa yang dilakukan Oboro di penguhujung cerita mampu meninggalkan bekas mendalam dibenak saya, atau bagaimana aspek-aspek pendukung lain yang juga mampu membuat film ini menjadi sedikit istimewa, seperti sebut saja bagaimana Shimoyama sudah berhasil menugaskan Masashi Chikamori untuk membungkus setiap momennya dengan sinematografi cantik, termasuk adegan-adegan pertarungan CGI nya itu sendiri, ya, meskipun spesial efek yang digunakan masih terlihat kasar di beberapa bagian tapi harus diakui bagian teknis satu ini sudah memberikan hiburan tersendiri buat mereka para penikmat aksi, apalagi disetiap adegan duelnya disajikan secara overdramatis (baca:berlebihan), layaknya melihat sebuah sajian anime Samurai X versi live action lengkap kehadiran para karakternya yang notabene adalah para manusia-manusia super yang masing-masing dibekali dengan karakteristik dan kemampuan bela diri suprantural unik dan luar biasa yang kemudian saling membunuh satu sama lain.
Dan pada akhirnya ketika theme Song ‘Heaven’ yang dikumandangkan oleh suara merdu Ayumi Hamasaki menutup kisah aksi-romansa ini, ada sebuah perasaan yang tertinggal dari Shinobi: Heart Under Blade, bukan karena jualan adegan pertarungan aksi yang memang keren namun sebuah rasa kehilangan yang sukses ditularkan Oboro yang cantik nan malang, sebuah kisah cinta tak sampai yang harus diakui sudah meninggalkan kesan cukup dalam di benak saya.
[xrr rating=7.6/10]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar