.

Selasa, 16 Juli 2013

Penampilan dan Isi Hati




Sering kali orang mengatakan: “Jangan lihat penampilannya, yang penting hatinya bersih“ .

Ungkapan ini tidak benar, karena jika hati seseorang bersih maka penampilan dan tingkah lakunya pun akan bersih. 

Penampilan adalah barometer isi hati seseorang. Jika hatinya beriman pada ajaran Islam, maka tingkah lakunya pun mencerminkan seorang muslim yang beriman. Dan jika hatinya cinta kepada Rasulullah, maka gaya hidupnya pun mengikuti tuntunan Rasulullah sاallallau ‘alaihi wa sallam.



Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda:


أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْب


“Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh tubuhnya juga akan baik, dan jika ia rusak maka seluruh tubuhnya juga akan rusak, sesungguhnya ia adalah HATI“ . [Sahih Bukhari dan Muslim]



Akan tetapi jika penampilan seseorang terlihat baik maka belum tentu hatinya juga baik. Karena bisa saja hal itu ia lakukan hanya untuk riya, ingin dilihat orang, atau ia seorang munafik.



Allah subhanahu wata’ala berfirman:


{ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا }


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” [An-Nisaa':142]



Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda:


إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ


Sesungguhnya ada seseorang yang banyak melakukan amalan ahli surga menurut pandangan manusia, padahal sesungguhnya ia adalah ahli neraka. [Sahih Bukhari dan Muslim]



Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda:


«إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ، وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ»


"Sesungguhnya Allah tidak menilai kalian dari lahiriyah dan penampilan, akan tetapi Allah menilai isi hati kalian". [Sahih Muslim]



Oleh karena itu, ulama salaf mengatakan:


ليس الإيمان بالتحلي ولا بالتمني ، ولكنه ما وقر في القلوب ، وصدقته الأعمال


"Iman itu bukan sebatas penampilan dan angan-angan, akan tetapi iman adalah sesuatu yang tertanam dalam hati dan dibenarkan oleh tingkah laku".



Ada juga ungkapan yang mengatakan: “Jangan menghukumi orang dari luarnya saja“ .



Ini pun kurang tepat, karena kita hanya diperintahkan menghukumi orang dari luarnya saja, sedangkan isi hatinya tidak ada yang tahu kecuali Allah Yang Maha Mengetahui dan dirinya sendiri. 

Oleh karena itu Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam mengajarkan ummatnya khususnya para hakim dipengadilan untuk mengambil keputusan sesuai dengan bukti-bukti yang nampak dan jelas.



Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha – istri Rasulullah -, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda:


إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ وَإِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ فَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَأَقْضِيَ لَهُ عَلَى نَحْوِ مَا أَسْمَعُ مِنْهُ فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ بِشَيْءٍ مِنْ حَقِّ أَخِيهِ فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّار


"Sesungguhnya aku juga manusia biasa, dan sesungguhnya kalian sering mengadukan perselisihan kepadaku. Dan bisa jadi diantara kalian ada yang lebih pandai mengungkapan argumennya dari pada yang lainnya, lalu aku memutuskan sesuai dengan apa yang aku dengarkan. Maka barangsiapa yang aku tetapkan untuknya sesuatu yang sebenarnya adalah hak saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya karena itu sama halnya aku telah memberinya sesuatu dari neraka". [Sahih Bukhari dan Muslim]



Dan dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu, seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Ya Rasulullah, bertakwalah engkau kepada Allah! 
Rasulullah menjawab: "Celakalah engkau, bukankah aku yang lebih pantas menjadi penghuni dunia yang paling bertakwa kepada Allah?"


Kemudian orang tersebut pergi, dan Khalid bin Walid berkata: Ya Rasulullah, bagaimana kalau aku penggal leher orang tersebut? 
Rasulullah berkata: "Jangan, siapa tahu ia juga mendirikan salat". 
Khalid berkata: Berapa banyak orang yang salat, mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya. 
Rasulullah bersabda:


«إِنِّي لَمْ أُومَرْ أَنْ أَنْقُبَ عَنْ قُلُوبِ النَّاسِ وَلاَ أَشُقَّ بُطُونَهُمْ»


"Sesungguhnya aku tidak diperintahkan untuk memeriksa hati manusia, dan tidak pula untuk membelah perutnya". [Sahih Bukhari dan Muslim]



Akan tetapi, sebelum menghukumi seseorang harus terlebih dahulu mengumpulkan bukti-bukti yang sangat kuat. Jangan menghukumi hanya sekedar prasangka, dengar dari orang lain, bertemu satu dua kali, atau baca sedikit tentang dia.



Allah subhanahu wata’ala berfirman:


{إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا} [يونس: 36]


"Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran". [Yunus:36][An-Najm:28]


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ } [الحجرات: 12]


"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), Karena sebagian dari prasangka itu dosa". [Al-Hujuraat:12]



Jangan terburu-buru mengklaim seseorang, karena resikonya sangat berat. Apalagi menebak-nebak isi hati seseorang itu ikhlas atau tidak, begitu pula menyebut seseorang sebagai ahli surga atau neraka, apalagi menghukumi kafir.



Dari Mahmud bin Ar-Rabi' Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, ada seorang yang bertanya: Di mana Malik bin Dukhsyun? 
Kemudian ada yang menjawab: Dia itu munafiq, tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya!


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegur: "Jangan kau berkata demikian, tidakkah kau melihat ia mengucapkan لا إله إلا الله demi mengharapkan wajah Allah?" 
Orang itu berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, tapi kami melihat kecenderungan dan perkataannya memihak kepada orang-orang munafiq?


Rasulullah sallallau ‘alaihi wasallam bersabda:


" فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ "


"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan "Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah", dengan mengharapkan wajah dan keridhaan Allah". [Sahih Bukhari dan Muslim]



Dalam hadits lain, Umar bin Khattab radiyallahu ‘anhu berkata: Ada seseorang di masa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam yang bernama Abdullah dijuluki himar (keledai), ia sering membuat Rasulullah tertawa, dan Rasulullah telah beberapa kali menyambuknya karena minum khamar. Suatu hari ia minum lagi dan Rasulullah memerintahkan untuk menyambuknya. Lalu seseorang berkata: Ya Allah, laknatlah ia, sudah sering sekali ia dicambuk!


Mendengar ucapan itu, Rasulullah sallallau ‘alaihi wasallam bersabda:



«لاَ تَلْعَنُوهُ، فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ»


"Jangan kalian melaknatnya, karena demi Allah, tidak ada yang aku ketahui tentang dirinya kecuali ia mencintai Allah dan Rasul-Nya". [Sahih Bukhari]



Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الجَنَّةَ 

"Sesungguhnya seseorang banyak melakukan amalan ahli neraka sampai ketika jarak antara ia dan neraka tinggal satu tepa namun takdir mendahuluinya dan melakukan amalan ahli surga, maka ia akhrinya masuk surga". [Sahih Bukhari dan Muslim]



Dalam hadits lain, Jundab radiyallahu’anhu berkata: Rasulullah sallallau ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seseorang yang mengatakan: Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si Fulan!. Maka Allahsubhanahu wa ta'aalaa berkata kepadanya:


مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ، فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ، وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ !


"Siapa yang telah bersumpah bahwa Aku tidak akan mengampuni dosa si Fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan Aku hapuskan amal kebaikanmu. [Sahih Muslim]



Dan dari Ibnu Umar radiallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


«إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا»


"Jika seseorang mengkafirkan saudaranya maka pengkafiran tersebut akan mengenai salah satu dari keduannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]



Maksudnya: Jika yang dikafirkan memang kafir maka pengkafiran tersebut telah terjadi, namun jika tidak maka dosanya akan kembali kepada orang yang mengkafirkan.



Dan dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


«رُبَّ أَشْعَثَ، مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ»


"Bisa jadi seseorang yang berpenampilan kumuh, tidak dibukakan pintu (jika minta izin), padahal kalau ia bersumpah demi Allah, maka Allah langsung mengabukannya!" [Sahih Muslim]


Sewaktu Usman bin Madz’un meninggal, Ummu Al-‘Ala' berkata: Rahmat Allah untukmu wahai Abu As-Saib (kuniah Usman), aku bersaksi tentang kamu sesungguhnya Allah telah memuliakanmu. 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadnya: "Dari mana engkau tau kalau Allah telah memuliakannya?" 
Ummu Al-‘Ala’ menjawab: Demi Allah aku tidak tau, tapi kalau bukan seperti dia yang dimuliakan Allah, siapa lagi? 
Rasulullah sallallau ‘alaihi wasallam menjawab:


«أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ اليَقِينُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الخَيْرَ، وَاللَّهِ مَا أَدْرِي، وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ، مَا يُفْعَلُ بِي»


"Adapun dia (Usman), maka ia sudah didatangi keyakinan (kematian), dan demi Allah aku berharap ia dalam keadaan yang baik, dan demi Allah aku pun tidak tahu - padalah aku adalah Rasul Allah - apa yang Allah akan perbuat nanti terhadapku". [Sahih Bukhari]



Dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama tentaranya meninggalkan Khaibar setelah dikuasai, tiba-tiba salah seorang pelayan Rasulullah meninggal terkena anak panah dari salah seorang musuh yang masih tersisa. 
Para sahabat berkata: Selamat untuknya telah mati syahid! 
Rasulullah sallallau ‘alaihi wasallam menyangkal dan berkata:

«بَلْ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَصَابَهَا يَوْمَ خَيْبَرَ مِنَ المَغَانِمِ، لَمْ تُصِبْهَا المَقَاسِمُ، لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ نَارًا»

"Tidak, demi Allah Yang jiwaku ditangan-Nya, sesungguhnya pakaian dari rampasan perang yang ia ambil di perang Khaibar sebelum dibagikan, akan membakarnya di dalam neraka. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Kesimpulan:

Kewajiban kita memperbaiki diri masing-masing baik lahir maupun batin, kemudian amar ma'ruf nahi mungkar dengan cara yang baik. Jangan semberono mengklaim seseorang, karena di akhirat nanti kita akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatan kita dan bukan perbuatan orang lain. 

Wallahu a'lam !


اللهم يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِينِكَ
"Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu"

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
"Ya Allah .. Engkaulah yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami pada ketaatan-Mu."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar