.

Kamis, 20 Mei 2021

Risalah ma’had Al Utsmani.


Pertenggahan bulan Oktober 2013 kami bertemu dengan temen lama ikhwan salafy yang dahulu pernah menjadi tetangga di Jl hang jebat 3, namun sekarang sudah menikah dan tinggal di kota hujan, bogor. Tak ujarnya sebuah bertemanan kami ingin mengobrol lama maka setelah sholat isya berjamaah di masjid alfajar kami bersama berlama-lama di warung pecel ayam tidak jauh dari masjid. Cerita ini itu masa lalu sampai selama tidak ketemu dan tiba dengan satu pertanyaan yang membuatku terdiam: Akhi jadi kapan mau nikah???

Saya dengan putus asa dengan suara yang merendah lagi lirih memaparkan kepada beliau, ustadz memang siapa yang mau dengan saya, saya ini hanya lulusan D3 dan bekerja menjadi staf biasa bukan saudagar apalagi juragan, apalagi kalau di adu dengan masalah agama? Ana minder, Hafalan Quran pas-pasan amalan sunah apalagi.

Setelah mendengar keluh kesahku maka teman saya ini perlahan membangunkan singga yang tertidur dan memberi hujah dengan mengawali tentang kemuliaan seorang laki-laki yang menjaga pandanganya terhadap wanita yang tidak halal, serta keindahan bersabar dalam takdir dan mengharap ridho Alloh SWT. Diapun membawa amanah kurang lebih sebulan yang lalu bertemu dengan salah seorang di daerah Jakarta timur dia ingin kalau anaknya segera menikah. Dan dia merasa nak Okta lah yang cocok…

Saya langsung tertarik dan menanyakan apa dia sekufu dengan saya (maksudnya tidak ada perbedaan yang terlalu jauh dalam berbagai hal)?

Diapun memaparkan insaAlloh ia, dia sebulan lagi wisuda sarjana dari Universitas UHAMKA, wajahnya lumayan dan insaAlloh dia sefikroh dengan antum, pernah aktif di tarbiyah untuk yang lain-lain ngga usah difikirkan jangan sampai keragu-raguan menyelimuti niat antum untuk menyempurnakan separuh agama.

Baik, beri waktu saya untuk istiqoroh dalam sebulan kedepan..

Tepat sebulan lebih 3 hari diapun memberi kabar kalau ibu dan bapaknya sudah menunggu nak Okta dan teman saya pun sudah memaparkan asal usul dan kondisi saya selama berteman sepanjang yang dia tau, silahkan datang ahad pagi bila berkenan.

Penuh semanggat kami pun datang dengan teman saya dan janjian ketemu di stasiun tanjung barat, dengan mengunakan sepeda motor warna merah kami melaju penuh optimis bak tim U-19 Indonesia saat menjamu Malaysia di stadion Jaka baring Solo beberapa waktu lalu.

Setelah masuk ke nama jalan yang di maksud kita tiba di sebuah rumah yang begitu besar untuk ukuran Jakarta, dan 2 mobil keluaran terbaru yang diparkir di garasi samping rumah membuat saya pun ciut nyali. Melihat kedatangan kami berdua maka bapak yg empunya rumah mempersilahkan masuk dan mengawalinya dengan obrolan basa-basi yang membuat muka saya tidak terlalu memerah karena gugub.

 

Sang bapak pun menanyakan perihal ini itu seperti obrolan santai, biasa saja seperti orang yang baru kenalan sangat ramah dan diapun menceritakan tentang perjuanganya dahulu mulai dari penjual susu, menjadi pegawai di bandara sampai usahanya menjual kabel untuk kontruksi. Diapun sekarang memiliki beberapa yayasan ada Riadus Shalihin, Tahfidz Al Utsmani dan yayasan yatim piatu juga TK sampai PAUD dia dominasi. Ceritanya yang diutarakan membuatku semakin ciut aja serasa mau pulang, namun Bapak tersebut selalu menepis kesenjangan tentang hidup di dunia ini, harta memang penting tapi ada yang dilupakan sebagian orang yaitu keimanan dan kesolehan.  Dia juga memperkenalkan kalau anak pertamanya sama juga di dunia kesehatan namun dia seorang dokter yang sedang merintis jasa konsultan dan anak keduanya memiliki usaha bimbingan belajar yang tidak jauh dengan nak Okta tinggal.

 

Saya jadi menyalahkan diri sendiri kenapa saya tidak meminta biodata terlebih dahulu, kalau begini kan ngga sebanding gumamku. Tiba giliran sang anak ke-3 keluar membawakan air minum dan beberapa hidangan di nampan, diapun mengucapkan salam kepadaku, hanya sepersekian detik kemudian orang tuanya berujar: kalian sudah tau bapak ini umurnya sudah mendapat bonus (lebih dari 63 tahun) dan saya mengindap penyakit Parkinson, saya haya berdoa semoga kalian disatukan. insaAlloh namun saya kembalikan semua ini kepada kalian.

Tiba diujung pamit sayapun mengakhiri: biarkan kami beristikharah memohon ilmu dan takdir Alloh jika baik untuk agama dan kehidupan kami semoga di mudahkan, nanti akan kita kabari beberapa hari. Dan biarkan juga akhwatnya melakukan hal yang sama apapun yang terjadi kita sama sama ikhlas dan ridho.

 

Dalam beberapa hari kami pun istikharah dan peristiwa kemarin ternyata menjadi pertemuen terakhir diantara kami.

 

 

 


Belum Jodoh

Ba’da tahmid wa sallam

Sore hari sepulang kerja saya tiba-tiba mendapat telpon dari Murobi ana, Ustadz hasan. Beliau menanyakan perihal tentang bagaimana sudah ada tidak pilihan akhwat setelah sebelumnya gagal berproses, jika belum ada maka ada lagi akhwat yang siap berta’aruf.

Maka sayapun dengan hati tegas menjawab, jazakalloh ustadz ana insaAlloh siap.

Maka tak lama kemudian sebuah biodata akhwat lengkap berisi daftar riwayat hidup hingga foto dia cantumkan, saya pun diberi waktu 3 hari untuk beristikharah dan juga bertabayun dengan orang yang dipercaya termasuk musyawarah dengan keluarga bila diperlukan.

Tiga hari pun berlalu menginggat kami harus memberi keputusan dalam waktu dekat maka saya mengharap pertolongan Alloh SWT dengan mengatakan, insaAlloh ana siap lanjut ustadz mohon do’anya. Saya kemudian menanyakan jawaban dari akhwatnya maka kami pun mencari waktu yang tepat yaitu pada halakoh yang akan diadakan dikemudian hari.

Jum’at malam sabtu pun tiba waktu dimana kami bisa bertemu dengan guru ngaji, saya hadir lebih awal menghadiri pertemuan pekanan ini, seperti pengajian sebelumnya kamipun memulai dengan murojaah hafalan Qur’an dan di lanjutkan mauidzoh hasanah hingga pada akhirnya nanti ada khodoya atau berbagi curhat2an.

Saya menunggu-nunggu sekali pada sesi kodoya ini, namun sesi ini terlewati dengan kata penutup. Ya karena ustadz hasan sendiri harus menghadiri musyawarah struktur yang tidak bisa diwakilkan.

Kabar yang dinanti pun membuat hati gundah nan resah hingga saya tidak tau harus berkata apa, maka akupun mengirimkan perihal ini melalui email yang juga di ketahui partner ta’aruf tersebut. Setelah email dikirim pun kegelisahan ini belum juga sirna malahan bertambah resah setelah murobi ana memberi tau kalau akhwatnya tidak lanjut, benar-benar resah. Walau kami saling menerima atas keputusan semua ini namun tabiat keresahan sesudahnya itu tidak bisa dinafikan.

Akupun coba berbagi dengan sahabat saya perihal ini dan diapun membenarkan sang akhwat ini, dia berkata: jika saya punya adik yang sebentar lagi wisuda S2 sedangkan didatangi lelaki yang berpendidikan tidak sebanding denganya, saya pun akan memilih dengan pasangan yang berpendidikan setara denganya. Memang temen saya menyampaikan dengan bercanda dengan maksud menghibur namun aku yakini dengan logika.

Sayapun membenarkan proses ini tidak ada yang salah dengan semuanya toh kretiria yang akhwat inginkan ada pada ku maka jangan menyalahkan tidak berlanjut ini karena perbedaan ini dan itu, jangan sampai kalian suhudzon, menikah tidak bisa di duga-duga dengan harus sama ini sama itu, bahkan setara persis. Semua jodoh atas kehendakNya.  Maka Berbaik Sangkalah terhadap takdir yang sudah terjadi.

 

 

 

 

 

Cinta Calon Dokter Muda

Halo siapa ini?

Oh mas Okta..

Ada apa mas…

 

Dia adalah mahasiswa yang menggulang mata kuliah faramakologi lebih dari 4 kali, bukan karena dia mahasisiwi yang malas belajar tapi karena pada universitas tersebut mendapat anugerah dosen yang sangat perfeksionis sehingga tiap angkatan dari 40 mahasisiwa yang lulus hanya 5-15 orang.

Hanya satu mata kuliah ini dia mengulang itu sebabnya dia suka bercerita denganku fia telfon tentang keluh kesahnya menghadapi dosen hingga management kampus yang terus mempersulit mahasiswa untuk mengakhiri studinya. Seusai daftar ulang mahasiswa yang mengulang diminta untuk membayar sejumlah uang yang tidak sedikit untuk membeli beberapa buku farmakologi yang sebenenya tiap taun tidak berganti edisi hanya berganti warna sampul.

Awalnya dia bercerita tentang kesukaran-kesukaran mata kuliah yg sedang dihadapi. Namun saya mencoba memahami arti perempuan kalau perempuan itu bila menghadapi masalah yang kecil aja dalam hidup dia menginginkan ada seseorang yang mendengarnya, dan sayapun meladeninya. Begitulah pendidikan komunikasi yang saya dapat, perempuan tidak perlu solusi tapi perempuan hanya perlu sepasang kuping dan angukan kepala untuk menemaninya berkicau hingga lelah.

Dan percuma kita kasih solusi karena munkin dia bilang iya, iya tapi tidak juga dilakukan begitulah pelajaran komunikasi yang ke dua. Dinasehati lagi dia menjawab, iya, iya dan tidak juga dilakukan.

 

Dia kuanggap sebagai adik saya sendiri bahkan saya memanggilnya adik. Saya pun kadang bercerita seandaianya ada hal yang harus butuh pendapat seseoran tentang sesuatu yang sedang dihadapi. Dan tidak berhenti pada masalah dunia pendidikan dari masalah kecil hingga apa aja menjadi tema yang seru.

Lambat laun kami pun saling memahami dan kamipun saling terbuka kalau kita sama sama suka, namun saya harus memahami dan sudah bisa diprediksi kalau ayahnya menginginkan dia menikah dengan seorang  dokter juga atau dokter spesialis walau saat itu dia juga belum menemukanya.

Disamping itu saya sudah pingin sekali namun wanita ini harus menyelesaikan kuliahnya lebih dari 2 tahun lagi, belum kalau dia molor-molor lagi waktunya. Maka aku berfikir realities sesuai kenyataan yang dihadapi.

 

 

Serpihan hati

Jujur sekian kali saat saya berta’aruf dengan akhwat sebelumnya saya terkadang terpukau sama seorang akhwat yang dahulu pernah sama-sama dalam suatu organisasi keislaman kampus yang berbasis di masjid. Terkadang terfikir kalau saya nikah nanti teman saya yang satu ini nikah ama siapa? Rasa-rasanya saya ngga tega menginggat kontribusi dan pengorbananya apalagi kami sudah berteman cukup lama, ini suatu kelebihan kita sudah tau kekurangan dan kelebihan.

Namun tidak enak rasanya karena saya pernah merekomendasikan akhwat ini ke teman satu kosan saya, saya meyakinkan kalau dia akhwat solehah, insaAlloh dia kelak termasuk dari penyokong kebangkitan ummat ini, yang akan melahirkan anak sekaliber Khalid bin walid, mungking. Dalam segi busana dia sudah berjilbab syar’i. istilah mau perang kita sudah mempersiapkan amunisi, ujarku waktu itu.

Selalu ada keterbukaan aku dengan temen kos ku dulu, bahkan ketika mereka berdua berkomunikasi lewat whatsapp atau line tentang obrolan rencana bisnis alkses ataupu tentang lain-lain aku mendengarkanya dengan antusias walau dihati serasa bergemuruh dan hati ini serasa tertusuk-tusuk, namun itulah konsekwensi yang aku ambil dan memang kalian lebih cocok.

Cukup lama aku amati hubungan mereka ternyata biasa saja. Kami pun tak canggung menanyakan lewat obrolan sebelum tidur dan terbuka takbir kalau memang tidak ada keinginan untuk serius diantara mereka. Beberapa hari saya berdoa dan menimbang akankah akhwat yang dahulu menjadi sahabat baiku sejak lama berakhir dipelaminan. Ada rasa mantap tapi terkadang gusar.

 

Sekilas wanita ini tak ada yang istimewa, seperti aktivis lainya kepribadianya pun kaku, saklek namun santun dan teguh pendirian dalam memegang prinsip. Sewaktu kuliah dulu memang idealis namun ngga tau sekarang, kami sudah tidak lagi bersama-sama setelah 4 tahun, saya pun sudah lupa seperti apa mukanya. Namun ada yang berbeda dengan akhwat ini yang membuatku untuk memuliakanya maka saat liburan 4 hari di djogja sayapun merana melihat teman-teman seusiaku yang sudah mengendong momongan, terlebih saat kami jalan sama keluarga ke tempat makan malam dorongan kami cukup mantap untuk mengakhiri semua ini. Saat menunggu hidangan disiapkan saya pun meminta izin kepada abangku pingin menghubungi seorang teman. Diluar terasa sepi saya pun serasa gugub maklum semasa kuliah di Eleketromedik kami jarang sekali berkomunikasi  dengan perempuan karena mahasiswanya kebanyakan laki-laki wajar bila gugub saat berhadapan dengan perempuan. Untuk menghilangkan kegugupan kamipun mendekati jalan raya biar saya bisa berbicara secara lantang beriring riuh motor jalanan.

 

Ternyata diapun welcome, skenariopun diatur agar proses taaruf ini diketahui kedua murobi. Dan sayapun sepakat dengan mengirim biodata, bermunajat memohon yang terbaik. Kami pun menjalani hari-hari biasa saja karena memang 4-6 tahun silam kita pernah mengenal dan sayapun pernah kerumahnya di daerah Bogor saat dia sakit karena telat makan, sayapun ngobrol dengan bapaknya, seorang ayah yang santun, komunikative dan bijaksana.

 

Komunikasi kami adakalanya tidak melewati murobi, zaman ini begitu mudah sekali jejaring namun kita hanya berkomuikasi lewat media social itu saja kita batasi tidak lebih dari jam 10 malam. Sesekali dia mengirimkan pesan pada jam 8 pagi atau jam 8 malam tentang hal penting maupun tidak penting seperti: ka nonton TV ONE ka ada acara ILC temanya bagus? Saya pun membalasnya dengan: lagi tidak memungkinkan ukh untuk melihat TV, maaf (maklum di kosan aku tidak ada TV)

Tiba sore hari saat aku di ruangan SPEC CT di MRCCC SHS saat menemani teknisi Philips melakukan service tiba–tiba saya teringat akan komunikasi saya dengan seorang akhwat dua bulan lau. Saya menanyakan perihal kelanjutan akhwat yang dimaksud kepada murobiku dan murobiahnya  melalui pesan singkat, tidak lama setelah murobiahnya yang terlahir di LDK IPB berbalas pesan: “nanti orang tua sang akhwat akan menelphon antum kira-kira jam 8 malam”

Sayapun bahagia apapun yang akan terjadi nanti tidaklah ku tau.. kemudian aku charge kedua phonselku untuk memastikan kedua duanya penuh.

Dan setelah sholat isya selesai sayapun memandang jam digital yang ada di ponsel saya, yap menunggu waktu 20.00 sebuah waktu yang menentukan

bersambung

 

Dan untuk yang kesekian kalinya sayapun mendapat pahala kesabaran, InsaAlloh…

Pesona Gadis LIPIA

Pernikahan beberapa teman dan adik tinggkat banar-benar membuat saya kerepotan menjawab pertanyaan dari orang-orang yang tidak tau merasakan bagaimana rahasia menjemput  jodoh itu. Undangan pernikahan bertubi-tubi dari berbagai penjuru menjadikan ingat kalau usiaku tidak belia lagi. Namun aku menikah bukan karena tuntutan usia ataupun keinginan keadaan tanpa dasar, Agamalah yg menjadi motivasi.

Sejak saat itu aku meminta tolong referansi dari teman-teman aktivis kampus yang sudah menikah, untuk mengenalkan wanita berakhlakul karimah. Ternyata rumah tangga baru mereka tak seperti apa yang dilihat, diawal-awal menapaki keluarga mereka sering berbeda pandangan, bertengkar kepentingan bahkan tak seindah yang dibayangkan, itu membuat mereka menganjurkan jangan menikah buru-buru. Sulit mengatur jadwal untuk mengikuti pengajian pekanan walau istri ana seorang akhwat yang dulu active di kampus tapi dia lebih menginginkanku menemani keperluanya dari pada menghadiri kegiatan dakwah di kampus.

Beberapa sahabat yang dulu sama-sama aksi di depan kedubes Amerika, dengan hujatan dan teriakan takbir ternyata tak bisa merdeka menghadapi idealism istrinya. Pada lingkungan keluarga baru perlu adaptasi dalam jangka yg tidak sebentar.

Referensi teman-teman istrinya tidak ia sarankan dengan berkata Akh Okta antum bukan ikhwan sembarangan, tak mudah mencarikan akhwat untuk antum. Terkesan memojokan tapi aku yakin ucapanya tulus.

Seuasai bertemu dengan ibu-ibu binaan pengajian di daerah Simprug aku bertemu dengan temen dia lulusan UII, kami seumuran namun dia belum lama menikah, dia membenarkan pendapat teman-teman memang berkurang waktu menuntut ilmu agama kalau sudah beristri makanya pilihlah akhwat yg beriman sukur pemahaman agamanya tidak diragukan lagi, saya ada teman beliau beristrikan akhwat lulusan LIPIA. Kampus dimana melahirkan anak bangsa seperti Ustadz Anis Mata dan Ustadz Ahmat Heryawan, jika kamu berkenan nanti tunggu kabar bair aku tanyakan lebih lanjut.

Dengan lantaran beliau saya dikenalkan dengan akhwat lulusan syariah LIPIA, dia dibesarkan di Masjid Ataqwa Bekasi. Tempat lahirnya pahlawan nasional Haji Nur Ali ini beliau menempuh pendidikan dari semasa kecil hingga saat kuliah pun dia masih mengabdikan dirinya di pesantren Ataqwa.

Sayapun memantapkan diri bersilaturahmi dengan kaka saya tidak jauh dari daerah tersebut, dan aku perkenalkan tentang perempuan yang sedang aku pilih. Kaka saya pun berujar, kalau di ataqwa insaAlloh tidak diragukan lagi pendidikan agamanya bahkan kakamu sendiri walau tidak lama pernah mengajar SMP disitu, nanti kalau perlu ditanyakan perihal orang tersebut kita bisa selidiki.

Tidak usah diselidiki karena saya sudah mantap maka akupun memantapkan dengan doa istikharah namun sepekan mendapat kabar kalau akhwatnya mengundurkan diri.

 

Poltekes KEMENKES, UII, Gunadarma dan Pencarian cinta di kampus LIPIA

 

Kami Seumuran, Saya adalah lulusan Poltekes Kemenkes, Azwar adalah sahabat saya dari UII sedangkan Arya lulusan Gunadarma. Kedua Sahabat saya ini orang hebat walaupun kami lulusan sekolah umum yg sedikit muatan pelajaran agama namun semangat mereka mengenal Islam sangat luar biasa, tak heran kedua sahabatku inipun menyempurnakan agamanya lebih dahulu dibanding saya.

                                                                                                                                                                                     

LIPIA adalah sebuah kampus dari Arab Saudi yg ada di daerah pasar minggu, Jakarta Selatan, sebuah kampus yg menelorkan  orang-orang hebat diantaranya Ustadz Anis Matta yg mengabdi di parlemen, Ustadz Ahmad Heryawan Gubernur Jawa Barat yg hafidz Quran, Ustadz Ahmad Sarwat pakar ilmu Fiqih Indonesia dan masih banyak lagi jasa-jasa yg disumbangan dari lulusan kampus ini baik yg terkenal maupun yg mengabdi berdakwah dipedalaman pulau Indonesia.

Pertama kali ta’aruf saya beberapa kali dikenalkan dengan Akhwat LIPIA, akhwat yang pandai bahasa arab, memiliki hafalan quran memahami hadist dan sebagainya. Dari Istri akh Arya inilah saya mendapat biodata akhwat siap nikah yg akan diproses dengan saya, walau tidak ada satupun yg berdjodoh dengan saya. Kedua keluarga sahabat saya banyak sekali membantu saya dalm proses mengenal

 

 

 

 

 

 

Mbel Gedes

 

Kecenderungan tanpa dukungan

 

Ingin rasanya pada akhir sebuah halakoh saya berujar kepada murobi untuk mengungkapkan akan keinginan memiliki seorang temen sejati yang dalam suka dan duka saling menangggung beban, saling memahami layaknya nabi ibrahim dianugerahi Bunda Siti hajar yang tangguh ataupun layaknya Azam  dan Anna Althafunnisa dalam kisah novel Ketika Cinta Bertasbih.

Aku memang lelaki yang tidak gesit mencari pasangan sendiri layaknya sebuah atlit saya hanya bisa berlatih dan bertanding, saya sibuk berlatih untuk menyambut kemenanggan. Dalam hal jodoh pun saya menyerahkan ke promotor karena mereka lebih tau apa yang aku butuhkan selain itu dia juga memiliki banyak relasi meskipun keputusan tetap kami pertimbangkan. Memperbaiki diri hanya yang bisa kulakukan untuk menyambut pasangan yang sesuai dengan doa ditenggah harapanku menjadi hamba yang dicintaiNya

Pekan demi pekan hadir tanpa ada singgungan maupun kesempatan sayapun tak lantas memohon agar dicarikan seorang pendamping, diri ini hanya menduga mungkin diriku belum pantas mendapatkan tawaran itu maka kuperbaiki kualitas diriku sebisa mungkin.

Idul adha 2011 sore hari aku mendatanggi sebuah masjid di Jakarta yang aku sering mengobrol dengan adik-adik tingkat mahasiswa, bermaksud membantu finishing seandainya ada masalah yang perlu dibantu sepanjang acara. Ba’da asar sayapun diberi kesempatan untuk mencoba masakan sob sapi bikinan adik2 putri dan ibu-ibu majlis ta’lim, kami pun mecobanya taklama setelah itu ada seorang akhwat yang menyodorkan semur hati dengan piring kecil, tidak ada rasa sungkan diantara kami karena meraka menganggap sebagai keluarga sendiri, ini ka’ cobain aja…

 

Sayapun sekilas bertanya sesudahnya kepada ibu2 masjelis ta’lim disitulah sebenernya awal virus merah jambu itu, namun virus itu tidak membahayakan karena diriku memiliki anti virus yaitu aku sudah bekerja, mandiri dan memiiki keinginan siap berumah tangga. Entah virus itu cukup hebat atau tidak yang jelas ini  yang mendorong saya untuk mengenalnya lebih jauh.

Dijakarta ini saya memiliki sahabat dan juga saya anggap sebagai guru, Bang Dedi Rahayu. Dahulu pernah sama bekerja di RS Premier Bintaro, saya meminta dia menjadi penghubung dan saya pun meminta tolong kepada sang akhwat untuk mengambil surat pengalaman kerja ke bagian HRD dan ternyata bang Dedi pun sudah mengambilnya terlebih dahulu. Maka kumohon dia agar akhwat tersebut bertemu bang Dedi, sang akhwat tidak tau kalau ada maksud tersirat yang terdapat pada surat perintas saya ini, dan anehnya pak dedi pun tak ada respon apa-apa setelahnya.

Saya binggung memilih promotor maka aku hubungi murobi saya Ustadz Fatah Fauzi,LC dan beliau bersedia dengan senang hati: baik akhi besuk mulai ahad pagi ada acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Daarut Tauhid, di Cipaku, Jakarta Selatan oleh gurbrnur DKI bapak Fauzi Bowo, kebetulan ana yang menjadi ketua panitianya jadi mungkin sore hari nya ana bisa menemani, kata beliau.

Kamipun menepati janji yang sudah dirancang menuju ke sebuah rumah tidak jauh dari Islamic Center Bekasi, sepanjang jalan kami merasakan hujan selama 1 jam 45 menit hujan yang lebat yang membuat kami melaju dengan tertatih-tatih.

Silaturahmi dan musyawarah kami berakhir dengan hitbah dan juga penentuan mahar. Dengan permintaan dari keluarga yang hadir pada acara tersebut untuk memperbanyak sholat istikharah.

Setelah sholat taubat dan sholat istikharah malam hari raya idul fitri 2012 kami berhadapan dengan keluarga termasuk saudara kandung, saya ditanya habis-habisan tentang kesiapan pernikahan hingga menjelang terbit fajar matahari, apakah kalian sudah saling mengenal, kalian sudah berteman berapa lama, saya di jatuhkan sejadi-jadinya tentang kemampuan financial dalam menghadapi keluarga baru di perantuan, tak lebih dari itu sebuah hantaman demi hantaman kami terima termasuk apakah cukup dewasa kamu ini untuk membimbing amanah Alloh SWT yang tidak ringan.

Saya pun menerima dengan lapang dada makian orang-orang yang pernah membantu orang tua saya membiayai kuliahku, namun diri tak patah arang kuterus memohon dengan yang maha pemberi pertolongan, la haulaa walaa kuwataa illa billah.

Dua hari setelahnya murobiahnya menghubungiku dia berujar seandainya belum yakin betul ngga usah dilanjutkan. Saya yakin ini perpanjagan tanggan dari akhwatnya namun bola keputusan ada di tangan Ka Okta, dia bilang. Saya meratap apakah ini merupakan jawaban istikharah yang kita lakukan selama ini. Akhwat yang sholelah dan menarik dihatiku apakah tidak Engkau ridhoi maka dengan pikiran kalut aku serahkan kepada yang maha pemberi keputusan. Dengan tidak memberi harapan kosong kepada akhwatnya maka proses ini berhenti dan tidak ada ikatan apa-apa diantara kita. Walau hati ini terasa berkecamuk.

Tuju bulan setelahnya saya mendapat rezeki tambahan dari sebuah perusahaan tender alat kesehatan di Kalimantan timur karena saya menjadi konsultan lepas. Tidak banyak memang namun cukup membuat saya teringgat kepada akhwat yang pernah saya sakiti, bermaksud menuai mimpi-mimpi yang pernah kita rangkai.

 

Bersambung

DM Ala-Ala

 

(Terlambat kasih)

Facebook adalah media dimana kita bisa bertemu dengan temen teman lama, ada juga fitur yang disediakan facebook sendiri,  diantaranya fitur yang saya temui adalah sarana pertemanan. “Orang yang mungkin anda kenal” begitulah yang Nampak di bagian kiri atas disertai foto avatar kitab suci Al Quran  dengan bertaburan bungga mawar bermotiv pink dan putih dengan nama yang islami: xxxx Milatul izzah.

 

Taklama ku add dan taklama pula di konfirmasi, sama-sama lulusan poltekes tapi wanita itu jurusan farmasi. Seperti halnya saran pertemanan yang lain maka aku biarkan begitu saja setelah bertemanan, aku tidak lantas mengajak chating atau mengirim pesan lewat inbox, rasanya tidak akhsan bila harus chat sama akhwat apalagi baru kenal, ngga mau ah disebut ikhwan alay maka kulewati begitu saja.

Hari berganti hari dan waktu berjalan tiba tiba ku lihat kata di status fb nya. kata-kata yang menyemangati dan kata-kata yang memang aku butuhkan waktu itu, penuh motivasi dan sedikit memberi solusi atas rasa gundah. Saya yakkin dia akhwat tarbiyah anggapan saya dia aktivis dakwah kampus yang bisa memberi warna disekitar dan memberi manfaat dimata adik-adik tingkatnya. Taklama setelah itu aku lihat berandanya, tiga setatus teratasnya aku baca dan lumayan mengurangi kegelisahanku dalam dunia dakwah sewaktu itu, tidak lama setelah itu aku mematikan facebook dan aku melupakanya begitu saja, kata-katanya bagus tapi ya itu hanya kesan saja, lalu kulewati begitu saja.

 

Bulan berganti bulan saya pun jarang-jarang membuka jejaring social dan aku mulai mebaca beberapa status yang ada, kurang lebih 15 menit mengamati beberapa kegalauan dan kenarsisan temen-temen lamaku dan saya pun harus mengakhiri dengan log out. Namun sebelum meninggalkan fb giliran setatus terakhir ada nama akhwat yang aku maksud dan aku log in kembali, ternyata nama akunya ditandai foto oleh temen akhwatnya, yah foto saat bersama-sama melakukan pengajian pekanan, disitu saya mengenal mukanya yang membuat kagum lalu aku doakan dalam hati temen-temen farmasi agar tetap istiQomah dalam menjalankan dakwah, dan taklama setelah itu lalu kubiarkan begitu saja.

 

Seminggu setelah itu di waktu yang agak kosong saya online dan mengajak chating dengan wanita yang dimaksud yang kebetulan juga ada titik kuning sebelum namanya yang menunjukan sedang on line. saya menanyakan kabar ikhwan generasi saya dulu, maklum ada sebagian ikhwah yang tidak mempunyai akun facebook dan temen laki saya yang difarmasi hampir semua tidak mempunyai akun. Saya menanyakan kabar mereka dan juga memperkenalkan kalau saya temenya ini dan itu dan dia mengenalnya, saya chating tidak lama dan setelah itu aku tinggalkan dan log out.

 

Setelah sholat ba’diah maghrib tiba-tiba aku menginggat temen-temen ikhwan yang ada di farmasi, kampus kami memang berjauhan, kampus saya deket Kounsil Kedokteran di Blok M, Kebayoran baru sedangkan jurusan Farmasi di Badan pom pasar minggu, dua jurusan ini tidak pernah bertemu terkecuali ada kajian Fosti bersama, terkadang terbesit dalam fikiranku bagaimana agar hubungan silaturahmi ini tetap terjalin, maka beberapa hari kemudian di inbox aku tanyakan ke akhwat tersebut:

“Ukhti Afwan anti sudah punya calon suami belum?”,

Begitu pesan yang aku kirim di inbox dan tak lama dia menjawab: afwan akhi pertanyaanya to the point bangget J.

Saya ngga tau ini akhsan atau tidak sebagai permulaan namun saya begitu terposa dengan semanggat dakwah dan nilai-nilai tarbiyah yang sedikit tertanam dalam perilaku keseharian, maka untuk menindak lanjuti aku tinggalkan nomer hp dan akupun meminta dia kirim juga nomer pribadinya andai kata memungkinkan.

Saat jatuh cinta semuanya serasa indah maka aku pastikan mengenali dia dalam hal kelemahan dan kekurangan agar nantinya saya siap menerimanya. Ingin rasanya saya mengenal dia dari temen-temen disekitarnya, teringgat dulu pernah satu waktu bertemu dengan teman generasi dia saat medikal chek up pada seleksi tenaga kesehatan di RS Premier Bintaro. Segera aku cari nama-nama di phone book dan Alhamdulillah masih menyimpanya kemudian tak ambil fikir aku hubungi dan aku utarakan tentang hal ikhwal ini.

Tiga minggu setelahnnya aku mendapat kabar kalau dia akhwat yang baik dan solehah bahkan selama di kuliah dulu dia rajin meramaikan kegiatan keagamaan, semakin mantap aku rasanya namun ada tapinya dia bilang, lalu dia memberi fakta kalau belum lama dia ada yang deket dengan temen rohisnya sewaktu di SMA namun tidak ada salahnya kak okta maju terus, begitulah pintanya diakhir percakapan.

 

Tidak lama setelah itu aku menghubungi dia lewat telefon tanpa perantara dan tanpa wali, sama persis pertanyaanya namun ini dengan penuh kemantapan yang intinya:

 

Ukhti sudah punya calon pendamping belum?

Pendamping yang nantinya akan menjadi imam…

Imam dalam mengarunggi mahligai rumah tangga…

teman perjuangan dalam mengarunggi samudra dakwah kehidupan…

 

Dan sang akhwat itu berujar:

 Afwan, akhi Okta..

Ana mengerti niat antum, Sayang Ana sudah punya calon….

insaAlloh 2.5 bulan lagi akan walimah,

mohon do’a dan restunya…

kalau berkenan datanglah keresepsi pernikahanku.

Dan sekali lagi afwan saya berdoa semoga ka okta juga menyusul dengan pasangan yang kelak bukan saja menjadi pasangan dunia namun juga pasangan dunia akhirat.