1. Sebuah
Perhatian berbeda
Layaknya kita baru mengenal
seseorang kami pun bahagia mendapat teman teman di SMP yang baru, kami pun
saling berkenalan satu sama lain. Layaknya orang sekarang saya bisa dibilang
yang paling ‘kepo’ diantara teman yang lain dalam soal perkenalan. Begitu
mengenal teman teman baru dari asal sekolah yang berbeda saya sangat tertarik
untuk menanyakan ini itu mualai dari SD mana? Sekolah itu didaerah mana? Sampai
jalan menuju tempat itu melewati mana? Tidak hanya kaum laki-laki kamipun berkenalan
dengan semua siswi yang ada dikelas. Bahkan aku terkadang memberanikan diri
bertanya, bolehkah aku main kerumahmu sepulang sekolah suatu saat nanti?
Seiring berjalanya waktu kami
mulai diam-diam memperhatikan apa hobinya temen-temen hingga hal apa yang
membuatnya senang pun tak luput dari pembelajaran saya waktu itu. Setahun
berjalan saya hampir mengenal semua karakter dan kepribadaian masing-masing
teman, berhenti disitu ada seorang siswi yang membuatku termanggu pada seorang
yang memiliki kebribadian anggun, cerdas, enerjik dan juga diterima disemua
kalangan bahkan hampir semua berteman dengan siswi tersebut dengan baik.
Saya merasa tenang berada
didekatnya walaupun tidak satu orang pun yang tau kalau aku memendam rasa suka
pada perempuan ini tapi aku merasakan diapun juga ternyata demikian sama halnya
dengan perasaanku, mungkin. Nampak sekali dengan pengorbananya disuatu senin
pagi. Memang setiap hari senin kita dianjurkan untuk berganti tempat
duduk, Siswi itu datang untuk memilihkan
tempat duduk yang tidak jauh dari saya. Bahkan ketika saya mengeser tas
ranselku agar duduk berjauhan siswi ini
lantas berkata dengan sedikit kesal:
“Okta kamu jangan jauh-jauh!
Duduk di sini saja dekat dengan ku..”
Tidak itu saja aku memang hobinya
debat atau bertanya yang sulit-sulit pada saat pelajaran sosial, andai kata
argument saya terpojok saya sering mendapatkan pembelaan oleh siswi ini, bahkan
dia taklupa mengingatkan aku saat lupa absen pada acara latian upacara atau
pendidikan baris- berbaris.
Di Era Presiden Gus Dur Semua
orang senag karena liburan bulan ramadhan yang sebulan penuh terkecuali saya
sedih sekali, begitu juga siswi ini paham kalau sebulan lebih tidak bertemu,
pernah dia bertutur:
“Okta nanti kalau ba’da sholat
subuh kamu main sepedaan ya… kamu lewat depan rumahku..”, demikian pintanya.
Disela-sela pelajaran kami
berinteraksi dengan semua murid namun perhatian yang aku dapatkan memang selalu
berbeda adakalanya saat ada tugas menulis pada pelajaran sejarah kami sering
bertukar buku tulis, bahagia rasanya menulis diatas buku orang yang kita sukai
dan juga senang nantinya bisa membaca buku hasil tulisan orang yang kita sukai.
Begitulah romantika kami menghiasi pelajaran berinovasi supaya pelajaran yang
disampaikan dapat selalu diingat.
Bahkan sampai kuliah saya masih
menyimpan buku-buku tulisanya yang tidak banyak meskipun dia sudah menikah
dengan lelaki tambatan hatinya, aku tata rapi dalam rak di kota kelahiranku
namun karena tragedy gempa bumi yang mengguncang kota kami pada 27 Mei 2006 lalu
semua terkubur bersama reruntuhan tembok, ibuku memang sempet memilah buku yang
banyak itu namun ibuku tidak sempat membedakan mana catatan yang masih bisa
dibaca dan mana buku tulis yang bisa membuat anaknya nyengir-nyengir sendiri
kalau membacanya…
Begitulah kisahku aku tidak
pernah bilang suka kedia begitu juga
wanita tersebut, sampai sekarang..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar