.

Kamis, 20 Mei 2021

Serpihan hati

Jujur sekian kali saat saya berta’aruf dengan akhwat sebelumnya saya terkadang terpukau sama seorang akhwat yang dahulu pernah sama-sama dalam suatu organisasi keislaman kampus yang berbasis di masjid. Terkadang terfikir kalau saya nikah nanti teman saya yang satu ini nikah ama siapa? Rasa-rasanya saya ngga tega menginggat kontribusi dan pengorbananya apalagi kami sudah berteman cukup lama, ini suatu kelebihan kita sudah tau kekurangan dan kelebihan.

Namun tidak enak rasanya karena saya pernah merekomendasikan akhwat ini ke teman satu kosan saya, saya meyakinkan kalau dia akhwat solehah, insaAlloh dia kelak termasuk dari penyokong kebangkitan ummat ini, yang akan melahirkan anak sekaliber Khalid bin walid, mungking. Dalam segi busana dia sudah berjilbab syar’i. istilah mau perang kita sudah mempersiapkan amunisi, ujarku waktu itu.

Selalu ada keterbukaan aku dengan temen kos ku dulu, bahkan ketika mereka berdua berkomunikasi lewat whatsapp atau line tentang obrolan rencana bisnis alkses ataupu tentang lain-lain aku mendengarkanya dengan antusias walau dihati serasa bergemuruh dan hati ini serasa tertusuk-tusuk, namun itulah konsekwensi yang aku ambil dan memang kalian lebih cocok.

Cukup lama aku amati hubungan mereka ternyata biasa saja. Kami pun tak canggung menanyakan lewat obrolan sebelum tidur dan terbuka takbir kalau memang tidak ada keinginan untuk serius diantara mereka. Beberapa hari saya berdoa dan menimbang akankah akhwat yang dahulu menjadi sahabat baiku sejak lama berakhir dipelaminan. Ada rasa mantap tapi terkadang gusar.

 

Sekilas wanita ini tak ada yang istimewa, seperti aktivis lainya kepribadianya pun kaku, saklek namun santun dan teguh pendirian dalam memegang prinsip. Sewaktu kuliah dulu memang idealis namun ngga tau sekarang, kami sudah tidak lagi bersama-sama setelah 4 tahun, saya pun sudah lupa seperti apa mukanya. Namun ada yang berbeda dengan akhwat ini yang membuatku untuk memuliakanya maka saat liburan 4 hari di djogja sayapun merana melihat teman-teman seusiaku yang sudah mengendong momongan, terlebih saat kami jalan sama keluarga ke tempat makan malam dorongan kami cukup mantap untuk mengakhiri semua ini. Saat menunggu hidangan disiapkan saya pun meminta izin kepada abangku pingin menghubungi seorang teman. Diluar terasa sepi saya pun serasa gugub maklum semasa kuliah di Eleketromedik kami jarang sekali berkomunikasi  dengan perempuan karena mahasiswanya kebanyakan laki-laki wajar bila gugub saat berhadapan dengan perempuan. Untuk menghilangkan kegugupan kamipun mendekati jalan raya biar saya bisa berbicara secara lantang beriring riuh motor jalanan.

 

Ternyata diapun welcome, skenariopun diatur agar proses taaruf ini diketahui kedua murobi. Dan sayapun sepakat dengan mengirim biodata, bermunajat memohon yang terbaik. Kami pun menjalani hari-hari biasa saja karena memang 4-6 tahun silam kita pernah mengenal dan sayapun pernah kerumahnya di daerah Bogor saat dia sakit karena telat makan, sayapun ngobrol dengan bapaknya, seorang ayah yang santun, komunikative dan bijaksana.

 

Komunikasi kami adakalanya tidak melewati murobi, zaman ini begitu mudah sekali jejaring namun kita hanya berkomuikasi lewat media social itu saja kita batasi tidak lebih dari jam 10 malam. Sesekali dia mengirimkan pesan pada jam 8 pagi atau jam 8 malam tentang hal penting maupun tidak penting seperti: ka nonton TV ONE ka ada acara ILC temanya bagus? Saya pun membalasnya dengan: lagi tidak memungkinkan ukh untuk melihat TV, maaf (maklum di kosan aku tidak ada TV)

Tiba sore hari saat aku di ruangan SPEC CT di MRCCC SHS saat menemani teknisi Philips melakukan service tiba–tiba saya teringat akan komunikasi saya dengan seorang akhwat dua bulan lau. Saya menanyakan perihal kelanjutan akhwat yang dimaksud kepada murobiku dan murobiahnya  melalui pesan singkat, tidak lama setelah murobiahnya yang terlahir di LDK IPB berbalas pesan: “nanti orang tua sang akhwat akan menelphon antum kira-kira jam 8 malam”

Sayapun bahagia apapun yang akan terjadi nanti tidaklah ku tau.. kemudian aku charge kedua phonselku untuk memastikan kedua duanya penuh.

Dan setelah sholat isya selesai sayapun memandang jam digital yang ada di ponsel saya, yap menunggu waktu 20.00 sebuah waktu yang menentukan

bersambung

 

Dan untuk yang kesekian kalinya sayapun mendapat pahala kesabaran, InsaAlloh…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar