.

Kamis, 20 Mei 2021

Risalah ma’had Al Utsmani.


Pertenggahan bulan Oktober 2013 kami bertemu dengan temen lama ikhwan salafy yang dahulu pernah menjadi tetangga di Jl hang jebat 3, namun sekarang sudah menikah dan tinggal di kota hujan, bogor. Tak ujarnya sebuah bertemanan kami ingin mengobrol lama maka setelah sholat isya berjamaah di masjid alfajar kami bersama berlama-lama di warung pecel ayam tidak jauh dari masjid. Cerita ini itu masa lalu sampai selama tidak ketemu dan tiba dengan satu pertanyaan yang membuatku terdiam: Akhi jadi kapan mau nikah???

Saya dengan putus asa dengan suara yang merendah lagi lirih memaparkan kepada beliau, ustadz memang siapa yang mau dengan saya, saya ini hanya lulusan D3 dan bekerja menjadi staf biasa bukan saudagar apalagi juragan, apalagi kalau di adu dengan masalah agama? Ana minder, Hafalan Quran pas-pasan amalan sunah apalagi.

Setelah mendengar keluh kesahku maka teman saya ini perlahan membangunkan singga yang tertidur dan memberi hujah dengan mengawali tentang kemuliaan seorang laki-laki yang menjaga pandanganya terhadap wanita yang tidak halal, serta keindahan bersabar dalam takdir dan mengharap ridho Alloh SWT. Diapun membawa amanah kurang lebih sebulan yang lalu bertemu dengan salah seorang di daerah Jakarta timur dia ingin kalau anaknya segera menikah. Dan dia merasa nak Okta lah yang cocok…

Saya langsung tertarik dan menanyakan apa dia sekufu dengan saya (maksudnya tidak ada perbedaan yang terlalu jauh dalam berbagai hal)?

Diapun memaparkan insaAlloh ia, dia sebulan lagi wisuda sarjana dari Universitas UHAMKA, wajahnya lumayan dan insaAlloh dia sefikroh dengan antum, pernah aktif di tarbiyah untuk yang lain-lain ngga usah difikirkan jangan sampai keragu-raguan menyelimuti niat antum untuk menyempurnakan separuh agama.

Baik, beri waktu saya untuk istiqoroh dalam sebulan kedepan..

Tepat sebulan lebih 3 hari diapun memberi kabar kalau ibu dan bapaknya sudah menunggu nak Okta dan teman saya pun sudah memaparkan asal usul dan kondisi saya selama berteman sepanjang yang dia tau, silahkan datang ahad pagi bila berkenan.

Penuh semanggat kami pun datang dengan teman saya dan janjian ketemu di stasiun tanjung barat, dengan mengunakan sepeda motor warna merah kami melaju penuh optimis bak tim U-19 Indonesia saat menjamu Malaysia di stadion Jaka baring Solo beberapa waktu lalu.

Setelah masuk ke nama jalan yang di maksud kita tiba di sebuah rumah yang begitu besar untuk ukuran Jakarta, dan 2 mobil keluaran terbaru yang diparkir di garasi samping rumah membuat saya pun ciut nyali. Melihat kedatangan kami berdua maka bapak yg empunya rumah mempersilahkan masuk dan mengawalinya dengan obrolan basa-basi yang membuat muka saya tidak terlalu memerah karena gugub.

 

Sang bapak pun menanyakan perihal ini itu seperti obrolan santai, biasa saja seperti orang yang baru kenalan sangat ramah dan diapun menceritakan tentang perjuanganya dahulu mulai dari penjual susu, menjadi pegawai di bandara sampai usahanya menjual kabel untuk kontruksi. Diapun sekarang memiliki beberapa yayasan ada Riadus Shalihin, Tahfidz Al Utsmani dan yayasan yatim piatu juga TK sampai PAUD dia dominasi. Ceritanya yang diutarakan membuatku semakin ciut aja serasa mau pulang, namun Bapak tersebut selalu menepis kesenjangan tentang hidup di dunia ini, harta memang penting tapi ada yang dilupakan sebagian orang yaitu keimanan dan kesolehan.  Dia juga memperkenalkan kalau anak pertamanya sama juga di dunia kesehatan namun dia seorang dokter yang sedang merintis jasa konsultan dan anak keduanya memiliki usaha bimbingan belajar yang tidak jauh dengan nak Okta tinggal.

 

Saya jadi menyalahkan diri sendiri kenapa saya tidak meminta biodata terlebih dahulu, kalau begini kan ngga sebanding gumamku. Tiba giliran sang anak ke-3 keluar membawakan air minum dan beberapa hidangan di nampan, diapun mengucapkan salam kepadaku, hanya sepersekian detik kemudian orang tuanya berujar: kalian sudah tau bapak ini umurnya sudah mendapat bonus (lebih dari 63 tahun) dan saya mengindap penyakit Parkinson, saya haya berdoa semoga kalian disatukan. insaAlloh namun saya kembalikan semua ini kepada kalian.

Tiba diujung pamit sayapun mengakhiri: biarkan kami beristikharah memohon ilmu dan takdir Alloh jika baik untuk agama dan kehidupan kami semoga di mudahkan, nanti akan kita kabari beberapa hari. Dan biarkan juga akhwatnya melakukan hal yang sama apapun yang terjadi kita sama sama ikhlas dan ridho.

 

Dalam beberapa hari kami pun istikharah dan peristiwa kemarin ternyata menjadi pertemuen terakhir diantara kami.

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar