Halo siapa ini?
Oh mas Okta..
Ada apa mas…
Dia adalah mahasiswa yang
menggulang mata kuliah faramakologi lebih dari 4 kali, bukan karena dia
mahasisiwi yang malas belajar tapi karena pada universitas tersebut mendapat
anugerah dosen yang sangat perfeksionis sehingga tiap angkatan dari 40 mahasisiwa
yang lulus hanya 5-15 orang.
Hanya satu mata kuliah ini dia
mengulang itu sebabnya dia suka bercerita denganku fia telfon tentang keluh
kesahnya menghadapi dosen hingga management kampus yang terus mempersulit
mahasiswa untuk mengakhiri studinya. Seusai daftar ulang mahasiswa yang
mengulang diminta untuk membayar sejumlah uang yang tidak sedikit untuk membeli
beberapa buku farmakologi yang sebenenya tiap taun tidak berganti edisi hanya
berganti warna sampul.
Awalnya dia bercerita tentang
kesukaran-kesukaran mata kuliah yg sedang dihadapi. Namun saya mencoba memahami
arti perempuan kalau perempuan itu bila menghadapi masalah yang kecil aja dalam
hidup dia menginginkan ada seseorang yang mendengarnya, dan sayapun
meladeninya. Begitulah pendidikan komunikasi yang saya dapat, perempuan tidak
perlu solusi tapi perempuan hanya perlu sepasang kuping dan angukan kepala
untuk menemaninya berkicau hingga lelah.
Dan percuma kita kasih solusi
karena munkin dia bilang iya, iya tapi tidak juga dilakukan begitulah pelajaran
komunikasi yang ke dua. Dinasehati lagi dia menjawab, iya, iya dan tidak juga
dilakukan.
Dia kuanggap sebagai adik saya
sendiri bahkan saya memanggilnya adik. Saya pun kadang bercerita seandaianya
ada hal yang harus butuh pendapat seseoran tentang sesuatu yang sedang
dihadapi. Dan tidak berhenti pada masalah dunia pendidikan dari masalah kecil
hingga apa aja menjadi tema yang seru.
Lambat laun kami pun saling
memahami dan kamipun saling terbuka kalau kita sama sama suka, namun saya harus
memahami dan sudah bisa diprediksi kalau ayahnya menginginkan dia menikah dengan
seorang dokter juga atau dokter
spesialis walau saat itu dia juga belum menemukanya.
Disamping itu saya sudah pingin sekali
namun wanita ini harus menyelesaikan kuliahnya lebih dari 2 tahun lagi, belum
kalau dia molor-molor lagi waktunya. Maka aku berfikir realities sesuai
kenyataan yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar