.

Kamis, 20 Mei 2021

Suratan Bocah

1.       Surat itu dtitipkan kepada ibuku

Kelas 6 SD adalah masa dimana tubuh saya ada dalam anugrah Alloh SWT yang luar biasa, bersyukur aku dikaruniai badan sehat bahkan otak kami selalu prima dalam menjalani hari hari disekolah. Mendengarkan penjelasan dari guru, mengerjakan soal dan tugas bahkan semua hari-hariku aku lewati dengan bahagia dan ceria.

Liburan sekolah SD adalah waktu yang tidak disia-siakan oleh orang tua kami untuk melakukan syariat agama yaitu khitan, berbeda dengan anak laki-laki yang lahir di lain propinsi mereka disunat sejak kecil atau bayi. Karena saya lahir di Djogja maka anak seusia kami baru melakukan sunat (syrkumsisi) pada usia sekitar 12 tahun.

Disaat inilah mulai tumbuh jerawat di mukaku dan suarakupun ada perubahan, sebelum disunat memang saya pernah bermimpi basah (mimpi dan ketika bangun mengeluarkan cairan aneh di celana), dan mimpi itu saya ceritakan kepada guru ngaji kang Martadi maupun kang Zawawi yang pernah nyantri di pesantren Al Mahali Mbrajan, Wonokromo. saya kemudian mendapat penjelasan panjang lebar dan sudah tau kalau saya sekarang sudah baligh, guruku berpesan jangan dekati zina karena itu perbuatan kejih dan mungkar, pesan itu saya jadikan salah satu prinsip hidup saya sampai saat ini.

Kami sekolah dengan murid laki-laki dan perempuan, tempat duduk kami memang terpisah tapi ketika istirahat atau waktu senggang kami saling berinteraksi antar lawan jenis, untuk sekedar meminjam pengaris atau penghapus, atau senggaja tidak membawa buku paket agar bisa bilang ke perempuan yang kita maksud:

 “ehm.. saya ngga bawa buku, temen semejaku juga tidak, boleh pinjem satu?

Walau sama-sama buku pelajaran matematika tapi kalau millik perempuan yang kita suka rasa-rasanya tidak sedang membaca rumus pitagoras atau rumus kelilling bujur sangkar melainkan serasa duduk di halaman sekolah dengan teman-teman atau sedang bermain bola kasti, memukul bola dengan penuh tenaga atau mendapat bola dan siap melemparkan bola tepat di kakinya dengan berlari kencang, lemparan pelan namun tepat sasaran, indah sekali rasanya..

Tidak ada diantara kami istilah foling in love atau  seperti anak remaja zaman sekarang menyebutnya pacaran, namun hubungan kami adalah hubungan interaksi dengan baik, saling memberi saling menolong dan saling membantu karena wali kelas kami dulu memiliki cita-cita yang tinggi, guru-guru kami ingin kami lulus semua dan diterima di SMP yang negeri karena biaya sekolah yang lebih murah dan tidak membertkan orang tua.

Saking seringnnya saya menebar kail ke semua orang ternyata ada satu perempuan yang nyangkut, dia tidak lain adalah juara kelas yang selalu mendapat peringkat. Mungkin saking seringnya saya berinteraksi whait ing tresno jalaran soko kulino, maka ketika ibu saya berbelanja ke warung yang tidak jauh dari rumahku siswi tersebut menitipkan surat tanpa amplop yang berbunyi kurang lebih:

“Mas Oka Aku mencintaimu”.

Sobekan kertas itupun dibaca oleh ibuku dan ibu hanya senyum-senyum melihat kearah kertas dan sesekali mengusap rambut kepalaku. Ojo ya lee… rasah neko-neko…

Saya pun tidak membalas surat itu juga tidak menanggapi isi surat tersebut, di kemudian kami bertemu disekolah atau di tempat TPA kami biasa saja. Aku memang menyukainya bahkan lebih dari yang dia rasa namun saya tidak faham untuk apa hubungan ini toh banyak dosanya dan saya tidak bisa mewujudkan. Jadi Biarkan aku mencintaimu seperti aku mencintai temen-temen lainya.

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar