1. Surat
itu dtitipkan kepada ibuku
Kelas 6 SD adalah masa dimana
tubuh saya ada dalam anugrah Alloh SWT yang luar biasa, bersyukur aku
dikaruniai badan sehat bahkan otak kami selalu prima dalam menjalani hari hari
disekolah. Mendengarkan penjelasan dari guru, mengerjakan soal dan tugas bahkan
semua hari-hariku aku lewati dengan bahagia dan ceria.
Liburan sekolah SD adalah waktu
yang tidak disia-siakan oleh orang tua kami untuk melakukan syariat agama yaitu
khitan, berbeda dengan anak laki-laki yang lahir di lain propinsi mereka
disunat sejak kecil atau bayi. Karena saya lahir di Djogja maka anak seusia
kami baru melakukan sunat (syrkumsisi) pada usia sekitar 12 tahun.
Disaat inilah mulai tumbuh
jerawat di mukaku dan suarakupun ada perubahan, sebelum disunat memang saya
pernah bermimpi basah (mimpi dan ketika bangun mengeluarkan cairan aneh di
celana), dan mimpi itu saya ceritakan kepada guru ngaji kang Martadi maupun
kang Zawawi yang pernah nyantri di pesantren Al Mahali Mbrajan, Wonokromo. saya
kemudian mendapat penjelasan panjang lebar dan sudah tau kalau saya sekarang
sudah baligh, guruku berpesan jangan dekati zina karena itu perbuatan kejih dan
mungkar, pesan itu saya jadikan salah satu prinsip hidup saya sampai saat ini.
Kami sekolah dengan murid
laki-laki dan perempuan, tempat duduk kami memang terpisah tapi ketika
istirahat atau waktu senggang kami saling berinteraksi antar lawan jenis, untuk
sekedar meminjam pengaris atau penghapus, atau senggaja tidak membawa buku
paket agar bisa bilang ke perempuan yang kita maksud:
“ehm.. saya ngga bawa buku, temen semejaku
juga tidak, boleh pinjem satu?
Walau sama-sama buku pelajaran
matematika tapi kalau millik perempuan yang kita suka rasa-rasanya tidak sedang
membaca rumus pitagoras atau rumus kelilling bujur sangkar melainkan serasa
duduk di halaman sekolah dengan teman-teman atau sedang bermain bola kasti,
memukul bola dengan penuh tenaga atau mendapat bola dan siap melemparkan bola
tepat di kakinya dengan berlari kencang, lemparan pelan namun tepat sasaran,
indah sekali rasanya..
Tidak ada diantara kami istilah
foling in love atau seperti anak remaja
zaman sekarang menyebutnya pacaran, namun hubungan kami adalah hubungan
interaksi dengan baik, saling memberi saling menolong dan saling membantu
karena wali kelas kami dulu memiliki cita-cita yang tinggi, guru-guru kami
ingin kami lulus semua dan diterima di SMP yang negeri karena biaya sekolah
yang lebih murah dan tidak membertkan orang tua.
Saking seringnnya saya menebar
kail ke semua orang ternyata ada satu perempuan yang nyangkut, dia tidak lain
adalah juara kelas yang selalu mendapat peringkat. Mungkin saking seringnya
saya berinteraksi whait ing tresno jalaran soko kulino, maka ketika ibu saya
berbelanja ke warung yang tidak jauh dari rumahku siswi tersebut menitipkan
surat tanpa amplop yang berbunyi kurang lebih:
“Mas Oka Aku mencintaimu”.
Sobekan kertas itupun dibaca oleh
ibuku dan ibu hanya senyum-senyum melihat kearah kertas dan sesekali mengusap
rambut kepalaku. Ojo ya lee… rasah neko-neko…
Saya pun tidak membalas surat itu
juga tidak menanggapi isi surat tersebut, di kemudian kami bertemu disekolah
atau di tempat TPA kami biasa saja. Aku memang menyukainya bahkan lebih dari
yang dia rasa namun saya tidak faham untuk apa hubungan ini toh banyak dosanya dan
saya tidak bisa mewujudkan. Jadi Biarkan aku mencintaimu seperti aku mencintai
temen-temen lainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar