.

Kamis, 20 Mei 2021

Mbel Gedes

 

Kecenderungan tanpa dukungan

 

Ingin rasanya pada akhir sebuah halakoh saya berujar kepada murobi untuk mengungkapkan akan keinginan memiliki seorang temen sejati yang dalam suka dan duka saling menangggung beban, saling memahami layaknya nabi ibrahim dianugerahi Bunda Siti hajar yang tangguh ataupun layaknya Azam  dan Anna Althafunnisa dalam kisah novel Ketika Cinta Bertasbih.

Aku memang lelaki yang tidak gesit mencari pasangan sendiri layaknya sebuah atlit saya hanya bisa berlatih dan bertanding, saya sibuk berlatih untuk menyambut kemenanggan. Dalam hal jodoh pun saya menyerahkan ke promotor karena mereka lebih tau apa yang aku butuhkan selain itu dia juga memiliki banyak relasi meskipun keputusan tetap kami pertimbangkan. Memperbaiki diri hanya yang bisa kulakukan untuk menyambut pasangan yang sesuai dengan doa ditenggah harapanku menjadi hamba yang dicintaiNya

Pekan demi pekan hadir tanpa ada singgungan maupun kesempatan sayapun tak lantas memohon agar dicarikan seorang pendamping, diri ini hanya menduga mungkin diriku belum pantas mendapatkan tawaran itu maka kuperbaiki kualitas diriku sebisa mungkin.

Idul adha 2011 sore hari aku mendatanggi sebuah masjid di Jakarta yang aku sering mengobrol dengan adik-adik tingkat mahasiswa, bermaksud membantu finishing seandainya ada masalah yang perlu dibantu sepanjang acara. Ba’da asar sayapun diberi kesempatan untuk mencoba masakan sob sapi bikinan adik2 putri dan ibu-ibu majlis ta’lim, kami pun mecobanya taklama setelah itu ada seorang akhwat yang menyodorkan semur hati dengan piring kecil, tidak ada rasa sungkan diantara kami karena meraka menganggap sebagai keluarga sendiri, ini ka’ cobain aja…

 

Sayapun sekilas bertanya sesudahnya kepada ibu2 masjelis ta’lim disitulah sebenernya awal virus merah jambu itu, namun virus itu tidak membahayakan karena diriku memiliki anti virus yaitu aku sudah bekerja, mandiri dan memiiki keinginan siap berumah tangga. Entah virus itu cukup hebat atau tidak yang jelas ini  yang mendorong saya untuk mengenalnya lebih jauh.

Dijakarta ini saya memiliki sahabat dan juga saya anggap sebagai guru, Bang Dedi Rahayu. Dahulu pernah sama bekerja di RS Premier Bintaro, saya meminta dia menjadi penghubung dan saya pun meminta tolong kepada sang akhwat untuk mengambil surat pengalaman kerja ke bagian HRD dan ternyata bang Dedi pun sudah mengambilnya terlebih dahulu. Maka kumohon dia agar akhwat tersebut bertemu bang Dedi, sang akhwat tidak tau kalau ada maksud tersirat yang terdapat pada surat perintas saya ini, dan anehnya pak dedi pun tak ada respon apa-apa setelahnya.

Saya binggung memilih promotor maka aku hubungi murobi saya Ustadz Fatah Fauzi,LC dan beliau bersedia dengan senang hati: baik akhi besuk mulai ahad pagi ada acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Daarut Tauhid, di Cipaku, Jakarta Selatan oleh gurbrnur DKI bapak Fauzi Bowo, kebetulan ana yang menjadi ketua panitianya jadi mungkin sore hari nya ana bisa menemani, kata beliau.

Kamipun menepati janji yang sudah dirancang menuju ke sebuah rumah tidak jauh dari Islamic Center Bekasi, sepanjang jalan kami merasakan hujan selama 1 jam 45 menit hujan yang lebat yang membuat kami melaju dengan tertatih-tatih.

Silaturahmi dan musyawarah kami berakhir dengan hitbah dan juga penentuan mahar. Dengan permintaan dari keluarga yang hadir pada acara tersebut untuk memperbanyak sholat istikharah.

Setelah sholat taubat dan sholat istikharah malam hari raya idul fitri 2012 kami berhadapan dengan keluarga termasuk saudara kandung, saya ditanya habis-habisan tentang kesiapan pernikahan hingga menjelang terbit fajar matahari, apakah kalian sudah saling mengenal, kalian sudah berteman berapa lama, saya di jatuhkan sejadi-jadinya tentang kemampuan financial dalam menghadapi keluarga baru di perantuan, tak lebih dari itu sebuah hantaman demi hantaman kami terima termasuk apakah cukup dewasa kamu ini untuk membimbing amanah Alloh SWT yang tidak ringan.

Saya pun menerima dengan lapang dada makian orang-orang yang pernah membantu orang tua saya membiayai kuliahku, namun diri tak patah arang kuterus memohon dengan yang maha pemberi pertolongan, la haulaa walaa kuwataa illa billah.

Dua hari setelahnya murobiahnya menghubungiku dia berujar seandainya belum yakin betul ngga usah dilanjutkan. Saya yakin ini perpanjagan tanggan dari akhwatnya namun bola keputusan ada di tangan Ka Okta, dia bilang. Saya meratap apakah ini merupakan jawaban istikharah yang kita lakukan selama ini. Akhwat yang sholelah dan menarik dihatiku apakah tidak Engkau ridhoi maka dengan pikiran kalut aku serahkan kepada yang maha pemberi keputusan. Dengan tidak memberi harapan kosong kepada akhwatnya maka proses ini berhenti dan tidak ada ikatan apa-apa diantara kita. Walau hati ini terasa berkecamuk.

Tuju bulan setelahnya saya mendapat rezeki tambahan dari sebuah perusahaan tender alat kesehatan di Kalimantan timur karena saya menjadi konsultan lepas. Tidak banyak memang namun cukup membuat saya teringgat kepada akhwat yang pernah saya sakiti, bermaksud menuai mimpi-mimpi yang pernah kita rangkai.

 

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar