Okta AL Fajar

.

.

Senin, 16 Maret 2015

Kiat Mudah Shalat Malam





Hingar bingar piala dunia, seperti menghipnotis para pecinta bola. Yang tua maupun muda, tak mau ketinggalan mengikuti setiap pertandingan. Begadang hingga dini hari pun dilakukan dengan suka hati. Semua dilakukan demi bola. Demi piala dunia.

Piala kebanggaan bagi sang pemenang. Para penonton itu sama sekali tak bakal mendapatkan pialanya, atau sekadar sedikit keuntungan. Namun, mereka rela hati mengorbankan waktu dan menahan kantuk untuk menyaksikan semuanya.
Di sisi lain, ketika Allah ta’ala memerintahkan kita untuk shalat malam, sangat sedikit yang tergugah untuk melakukannya. Padahal shalat malam lebih jelas pahalanya, dan sangat banyak manfaatnya. Tidak sebanding dengan nonton bola, yang hanya membuang-buang waktu saja.

Allah ta’ala dan Rasul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk melakukan perbuatan sia-sia, seperti nonton piala dunia misalnya. Pepatah Arab mengatakan, “Waktu ibarat pedang. Jika tak ditebas, akan menebas. Maka, pandai-pandailah engkau menggunakan waktumu.” Bukankah akan lebih bermanfaat, jika pada sebagian malam kita bermunajat kepada Allah? Mengingat dan mohon ampun atas dosa-dosa kita. Memohon kebaikan dunia dan akhirat kita. Selagi jantung kita masih berdetak, dan kita masih bisa bernapas.

Bagaimana bila tak lama lagi, ternyata malaikat maut datang menjemput? Tak kan bisa kita berlari darinya. Yang jelas, kita takkan tahu kapan waktunya. Karena itu, tak ada salahnya bukan, kalau kita bersiap-siap mulai sekarang?

KEUTAMAAN SHALAT MALAM/TAHAJJUD
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Allah ta’ala dan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, karena memiliki berbagai keutamaan. Apa saja keutamaannya?
1. Allah akan mengangkat orang yang suka shalat malam ke tempat yang terpuji.
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (al-Israa’: 79).

2. Shalat malam dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menghapuskan dosa.
“Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam karena shalat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, serta penutup kesalahan dan penghapus dosa.” (Riwayat Tirmidzi)

3. Kemuliaan orang beriman ada pada shalat malam.
Allah ta’ala akan senantiasa memberikan kemuliaan kepada umatnya yang khusyuk dan kontinyu dalam mengamalkan shalat Tahajjud. Dari Sahal bin Sa’ad rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata, “Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Wahai Muhamad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamu akan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orang mukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan harga dirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.’”

4. Waktu doa dikabulkan.
Shalat malam yang paling utama adalah pada sepertiga malam yang terakhir. Pada saat itu doa akan dikabulkan oleh Allah. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi pernah bersabda,
“Allah turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir. Allah lalu berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku ampuni.’Demikianlah keadaannya hingga fajar terbit.”(Riwayat Bukhari dan Muslim)

5. Menjadi sebab masuk surga.
Dari Abdullah bin Salam, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan shalat malamlah pada waktu orang-orang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Riwayat Imam Tirmidzi)

6. Menghapus dan mencegah dosa, serta menolak penyakit.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (Riwayat Ahmad)

Setelah melihat hebatnya kedudukan dan keutamaan membiasakan shalat Tahajud, maka sudah sepatutnya kita senantiasa berlomba-lomba mendapatkan fadhilah dari shalat Tahajjud tersebut.

KIAT MUDAH SHALAT MALAM
Berikut beberapa kiat yang insyaallah akan membantu kita agar lebih mudah untuk bangun di sepertiga malam dan melaksanakan shalat sunnah Tahajud.
- Biasakan tidur di awal waktu, jangan begadang untuk hal-hal yang tidak penting, yang akhirnya hanya akan membuat mata kita terlampau lelah dan ngantuk untuk bangun di sepertiga malam.
- Bersungguh-sungguhlah mengamalkan adab-adab sebelum tidur. Biasakan berwudhu, berdzikir, dan berdoa sebelum tidur. Jangan tidur dalam keadaan berhadats (terutama hadats besar), karena hal ini akan menimbulkan kemalasan di waktu bangun malam.
- Janganlah paranoid dan menganggap bahwa bangun di sepertiga malam untuk melakukan shalat Tahajud itu sebagai pekerjaan yang berat. Karena pemikiran semacam itu dapat melemahkan niat dan tekad untuk melakukan shalat Tahajud.
- Senantiasa menjaga keikhlasan ketika berniat untuk bangun malam dan melakukan shalat Tahajud. Niat yang ikhlas, insyaallah akan meringankan pekerjaan yang semula tampak berat.
- Cobalah untuk mengenali dan menyesuaikan waktu tidur masing-masing. Bila kita telah tahu berapakah standar waktu tidur kita masing-masing, maka kita akan dapat menentukan jam berapakah kita harus mulai tidur, sehingga kita akan bangun tepat di sepertiga malam.
- Jika memang memungkinkan, jangan lupa untuk melakukan tidur siang. Dengan tidur siang, insyaallah akan membuat kita lebih kuat untuk bangun di sepertiga malam dan melakukan shalat sunnah Tahajjud.
- Jangan lupa untuk senantiasa memasang alarm, dan letakkan alarm tersebut di tempat yang jauh dari jangkauan tangan namun tetap dapat terdengar dengan jelas (keras) oleh telinga. Dengan demikian, mau atau tidak mau kita akan bangkit dari tempat tidur untuk mematikannya manakala alarm tersebut berbunyi.
- Programlah aktivitas siang hari Anda dengan seefisien dan seefektif mungkin, sehingga Anda tidak terlalu kelelahan untuk bangun di sepertiga malam. Hindari kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting, yang akan menguras stamina Anda.
- Tanamkanlah kesadaran bahwa Anda memiliki kebutuhan jasmani dan ruhani yang harus Anda penuhi keduanya dengan seimbang, tidak berat sebelah.
- Motivasi diri Anda untuk bangun malam dengan cara mempelajari dan mengingat betapa besar keutamaan-keutamaan yang terdapat di dalam shalat Tahajjud.
- Tanamkan rasa rindu untuk senantiasa bermunajat dan berkhalwat (berduaan) dengan Allah ta’ala.
- Hindari maksiat. Karena, maksiat adalah sumber lemahnya kadar iman dan ibadah kita kepada Allah ta’ala. Dalam hal ini Sufyan ats Tsauri telah menuturkan pengalamannya, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan, disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”
- Janganlah makan malam terlampau kenyang, karena perut yang kenyang akan memberikan efek mengantuk dan malas.
- Jika Anda telah berkeluarga, Anda dapat membuat kesepakatan dengan anak dan istri berupa program shalat Tahajjud berjamaah. Misalnya setiap tiga kali dalam sepekan keluarga melakukan shalat Tahajud secara berjamaah.
- Jangan lupa untuk senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah ta’ala agar diberikan kemudahan untuk bangun malam dan melakukan shalat Tahajud dengan ikhlas dan khusyuk.

Mudah-mudahan kiat-kiat di atas bisa membantu kita untuk membiasakan diri melakukan shalat tahajjud.(ummuna)
Rubrik ‘Lentera’ majalah Nikah Sakinah edisi Mei 2010
Diposting oleh Laskar Okta di 07.56 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 12 Maret 2015

Membangun Ruh Baru



Ruh Baru, Semangat Baru

al-ikhwan.net - Ada satu rumusan dalam berda’wah yang setiap da’i mesti merenungi, memahami, mentadabburi, mengamalkan dan menghayatinya. Menghayati dalam arti hayat(hidup) dengannya. Rumusan itu adalah pernyataan berikut ini:

“Kalian adalah ruh baru yang mengalir di jantung ummat ini, lalu menjadikan jantung itu hidup dengan Al Qur’an, kalian adalahcahaya baru yang bersinar, lalu mensirnakan kegelapan materialisme dengan ma’rifatullah, kalian adalah suara yang bergema dan meninggi yang memantulkan kembali seruan Rasulullah saw …”

Sebagai ruh, kehadirannya sangat ditunggu-tunggu, sebab ruh adalah harapan baru, kehidupan baru dan semangat baru.

Sebagai ruh, kehadirannya tidak menyakitkan yang sudah ada, dan tidak mengancam serta mengusik orang-orang sebelumnya, bahkan seakan tidak ada perubahan apapun yang terjadi pada jasad yang dimasukinya. Sebaliknya, jika ruh itu pergi, jasad yang ditinggalkannya meronta-ronta kesakitan, orang-orang yang ada di sekelilingnya menangis, semangatpun lemah, dan kehidupan menjadi layu dan mati.

Sebagai ruh, eksistensinya tidak membawa misi untuk menghabisi dan menghilangkan orang lama, justru sebaliknya, ia akan menambah nilai, harga dan posisi tawar jasad yang dimasukinya. Sebaliknya, jika ruh itu meninggalkan jasad, maka, nilai dari jasad itu tidak lebih dari sekedar tanah, karenanya, sebentar lagi ia akan dikembalikan kepada tanah. Kalau saja bukan karena mengingat bahwa pada jasad itu pernah bersemayam sang ruh, niscaya orang-orangpun akan menganggapnya sebagai onggokan tanah.

Ruh adalah kepekaan. Jasad yang telah ditinggalkan sang ruh, tidak lagi memiliki kepekaan. Penyair Arab mengatakan bahwa luka yang digoreskan pada seseorang yang telah meninggal, orang itu tidak akan mengaduh dan mengerang kesakitan.

Ruh adalah gerak, langkah, dan kehidupan. Bahkan tidak sekedar gerak, langkah dan kehidupan, namun, ia adalah gerakan yang terbimbing, langkah yang pasti dan kehidupan yang jelas konsep dan tujuannya.

Ruh adalah ruh.

Betapa banyaknya makna, nuansa dan suasana yang bisa kita gali dari ruh.

Bila da’i dikatakan sebagai ruh, artinya kehadiran sang da’i itu sangat dicari-cari dan sangat ditunggu-tunggu, meskipun manusia disekelilingnya tidak mengungkapkan secara lisan apa yang dirasakannya selama masa penungguan itu. Ia ditunggu-tunggu oleh publik, oleh masyarakat dan oleh lingkungan sekelilingnya, karena diyakini akan membawa harapan dan semangat baru. Dengan nurani dan perasaannya, masyarakat menginginkan munculnya pemuda yang saleh dan gadis yang salehah, munculnya generasi yang akrab dengan Al Qur’an, taat kepada syari’at, benci terhadap maksiat dan muak dengan kebobrokan.

Di sekeliling da’i itu banyak lembaga-lembaga keagamaan. Di situ ada masjid, ada mushalla, ada madrasah, ada pesantren dan sebagainya, namun, lembaga-lembaga itu mirip dengan sebuah riwayat yang mengatakan: mesjid-mesjidnya gagah dan megah, namun kosong dari hidayah. Karenanya, masyarakat menunggu-nunggu, siapa gerangan yang mampu mengisi kekosongan itu dan mengubahnya menjadi sumber pelita dan hidayah.

Di sekeliling da’i banyak organisasi-organisasi; organisasi pemuda, organisasi massa, lembaga swadaya masyarakat, organisasi struktural dan organisasi non struktural. Dilembaga-lembaga sepertiitulah sang da’i bisa berperan, dan menempatkan dirinya sebagai ruh yang akan menjiwai seluruh organisasi-organisasi itu dengan nilai yang dibawanya, dengan keimanan yang telah tumbuh di dalam hatinya, sehingga berkembang besar memberikan buahnya, dan memberikan kontribusi rasa manisnya kepada siap saja yang dekat dengan dirinya.

Di sekeliling da’i banyak terdapat tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh-tokoh formal struktural, ataupun tokoh-tokoh informal non struktural. Dengan mereka sang da’i bisa menyampaikan kepekaannya, semangatnya dan daya hidup-nya, agar para tokoh itu juga memiliki kepekaan, semangat dan daya hidup seperti dirinya.

Dalam buku-buku da’wah tersebutlah kisah seorang da’i yang bernama Hasan Al Banna. Di masa mudanya, saat ia masih menjadi mahasiswa, ia telah merasakan adanya ketidak beresan dalam masyarakat lingkungannya. Salah satunya, dan ini yang terpenting menurut dia, adalah adanya gerakan deislamisasi yang merajalela di tengah-tengah masyarakat. Repotnya, banyak tokoh-tokoh muslim yang tidak merasa (apalagi menyadari) adanya gerakan itu. Saat itu sang da’i muda ini mendengar ‘bocoran’ berita bahwa para tokoh muslim itu sedang berkumpul untuk berbuka bersama. Mendapatkan ‘bocoran’ seperti itu, sang mahasiswa yang da’i ini berangkat ke sana, meskipun tidak diundang. Sesampainya di sana, sang da’i muda ini berkata: “Apa yang akan kalian katakan di hadapan Allah swt bila ditanyakan: “Mengapa kalian enak-enak makan, sementara masyarakat sekeliling kalian terancam menjadi kafir tanpa kalian rasa?

Singkat cerita, para ulama’ di forum itu kemudian menyepakati perlunya dilakukan kerja sama untuk menanggulangi gerakan deislamisasi.

Beginilah figur da’i, ia mampu menjadi ruh bagi kehidupan sekelilingnya.

Bila kita mengaku sebagai aktifis, kader atau simpatisan da’wah, hendaklah kita gembleng diri kita., dan kita didik dia dengan Ruh Al Qur’an dengan cahaya Islam, dengan power keimanan sehingga seakan kita hidup lagi setelah meninggal (QS Al An’am: 122), dan seakan kita mendapatkan ruh kembali setelah ruh itu pergi meninggalkan kita, sehingga kita mampu menjadi ruh baru yang mengalir pada jasad ummat, menjadi cahaya baru yang menerangi jalan mereka, dan menjadi suara yang menggemakan kembali seruan Rasulullah saw.

Bila kita mengaku sebagai aktifis, kader atau simpatisan da’wah, hendaklah kita mampu menjadi motivator, dinamisator dan penggerak berbagai sektor kehidupan yang ada di sekeliling kita, semampu kita; kita hidupkan lembaga-lembaga yang ada, kita segarkan organisasi-organisasi yang ada dan kita pompakan lagi semangat kita ke seluruh sendi kehidupan.
Diposting oleh Laskar Okta di 07.56 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

At-Taassi Bi Akhlaqir Rasul SAW



Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab:21)

Ber-uswah kepada Rasulullah saw ialah mengerjakan sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh beliau, baik berupa amalan sunnah atau pun wajib dan meninggalkan semua yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw baik perkara itu makruh, apalagi yang haram. Jika beliau SAW mengucapkan suatu ucapan, kita juga berucap seperti ucapan beliau, jika beliau mengerjakan ibadah, maka kita mengikuti ibadah itu dengan tidak menambah atau mengurangi. Jika beliau meng-agungkan sesuatu, maka kita juga meng-agungkannya.

Namun perlu diperhatikan bahwa mustahil seseorang itu ber-uswah kepada Rasulullah saw jika dia jahil (bodoh) terhadap sunnah-sunnah dan petunjuk-petunjuk Rasulullah saw. Oleh sebab itu jalan satu-satunya untuk ber-uswah kepada Rasulullah saw adalah dengan mempelajari sunnah-sunnah beliau – ini menunjukkan bahwa atba’ (pengikut Rasul) adalahahlul bashirah (orang yang berilmu) tidak taklid buta dan hanya mengekor tanpa memiliki pemahaman yang baik.

Dan cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an agar kita senantiasa mengikuti sunnah seperti:

“Barangsiapa yang menta’ati Rasul berarti dia menta’ati Allah.. “ (An-Nisa’:80)

“Barangsiapa yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya Allah akan memasukkannya ke dalam Syurga…” (An-Nisa’:13) … dan ayat-ayat yang lainnya.

Dan perkataan Rasulullah merupakan perkataan yang harus dipercaya, sebab

“Dan tidaklah ia berkata-kata dari hawa nafsunya melainkan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya.” (An-Najm:4)

Bahkan Rasulullah SAW mengingkari orang-orang yang beramal tetapi mereka tidak mau mencontoh seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيهِ أَمْرُنا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu tertolak.” (Muslim, 1718).

Dalam hadits ini ada faedah penting, yaitu : Niat yang baik semata tidak dapat menjadikan suatu amalan menjadi lebih baik dan akan diterima di sisi Allah, akan tetapi harus sesuai dengan cara yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Oleh sebab itu Nabi menutup jalan bagi orang yang suka mengada-ngada dalam ibadah dengan ucapan :

من رغب عن سنتي فليس مني

“Siapa yang benci (meninggalkan) sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku”.(Bukhari).

Dan ini berlaku bagi seluruh sunnah yang telah ditetapkan beliau.

Kenapa kita harus berta’assi kepada Rasulullah saw..??

Dalam buku sayyiduna Muhammad Rasulullah saw, syamailuhu al-hamidah khisholuhu al-majidah, karangan Abdullah Sirajuddin, menjelaskan bahwa kita memiliki kewajiban untuk mengenal lebih dekat tentang kehidupan Rasulullah saw dan berkewajiban pula menelaah dan mengamalkan keperibadian beliau yang mulia dan perilaku beliau yang lembut dan indah. Karena Allah SWT berfirman:

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah”. (Al-Hujurat:7)

Dan Allah berfirman:

“Ataukah mereka tidak Mengenal Rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?”. (Al-Mu’minun:69)

Ada lima alasan kenapa kita harus mengenal Rasulullah saw:

1. Bahwa Allah telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk beriman kepada Rasulullah saw sebagaimana firman Allah SWT: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (At-Taghabun:8)

Dan beriman kepada nabi saw menuntut setiap hamba untuk mengenal keutamaannya, ketinggian kedudukannya, dan kesempurnaan yang telah Allah anugerahkan kepadanya, akhlak yang telah dibina-Nya, dan berbagai tindakan dan perilaku yang mulia dan postur tubuh yang sempurna, serta berbagai kesempurnaan lainnya yang tidak bisa disamakan dengan seluruh makhluk lainnya.

Bagaimana bisa nabi saw dibandingkan dengan lainnya? Padahal Allah telah memberikan kepadanya begitu banyak keistimewaan, mengkhususkannya dengan akhlak paling mulia, dan mengangkatnya dengan perilaku yang sangat agung, menciptakannya dengan postur tubuh yang baik dan sempurna, dan Allah juga telah mengkhususkan dengan berbagai keunggulan: “pembinaan dan pemeliharaan langsung dari Allah SWT” sebagaiamana yang disebutkan dalam firman Allah:

“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan”. (Ad-Dhuha:6-8)

Allah juga telah mengajarinya langsung ilmu dan pengajaran, padahal beliau tumbuh dalam kondisi ummi (buta huruf), Allah SWT berfirman:

“Bacalah dengan nama Tuhanmu” (Al-Alaq:1)

bukan melalui pendidikan dan ilmu pengetahuanmu. Allah berfirman:

“Kami akan bacakan (ajarkan) kepadamu sehingga kelak kamu tidak akan lupa”. (Al-A’la:6)

Allah berfirman:

“Dan Allah yang telah mengajarkan kepadamu sesuatu yang tidak kamu ketahui, dan sungguh anugerah Allah sangatlah besar untukmu”. (An-Nisa:113)

Beliau juga memiliki kedudukan mendapatkan wahyu dari Allah seperti firman Allah:“Katakanlah sesungguhnya aku adalah manusia seperti kalian yang telah diberikan wahyu kepadaku”. (Al-Kahfi:110)

Intinya adalah bahwa “Nabi saw adalah manusia namun tidak seperti manusia biasa, sebagaimana mutiara adalah batu namun tidak seperti batu biasa”.

2. Bahwa Allah telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk ittiba’ (mengikuti) nabi saw, sebagaimana Allah SWT:

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Ali Imran:31)

disini Allah menjadikan dalil tentang cinta kepada nabi saw adalah dengan mengikuti kehidupan nabi saw. Dan firman Allah:

“Dan ikutilah dia (Nabi saw) agar kalian mendapat petunjuk”.(Al-A’raf:158) yaitu memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Dan mengikuti jejak langkah hidup nabi tentunya menuntut setiap hamba mengamalkan berbagai perilaku, akhlak , menuntut juga untuk mengetahui sifat, karakter dan akhlaknya yang mulia, agar dapat ditiru dan diikuti secara sempurna kecuali hal-hal yang menjadi kekhususan tersendiri dari berbagai hukum dan perilaku hidupnya.

Oleh karena itulah para sahabat sangat bermabisi mengikuti berbagai perilaku dan ucapan Nabi saw, tindakan, etika dan akhlak beliau, bahkan mereka juga berambisi mengikuti berbagai kebiasaan beliau, karena kebiasaan pemimpin tentunya adalah pemimpin kebiasaan.

Al-allamah As-sanusi berkata: “Dapat difahami dari agama para sahabat akan kewajiban dan urgensi mengikuti nabi saw tanpa ragu dan bimbang dalam berbagai perbuatan dan ucapannya. Sungguh para sahabat melepas terompah mereka ketika melihat Nabi saw terlihata melepas terompahnya, mereka mencopot cincin yang melekat di tangan mereka ketika melihat nabi mencopot cincin yang ada ditangannya.. dan lain sebagainya.

3. Bahwa Allah SWT telah mewajibkan kepada orang-orang beriman untuk mencintai Nabi saw melebihi cinta mereka kepada keluarga; orang tua, anak-anak, istri dan kerabat lainnya, perniagaan dan harta mereka, dan bahkan mengancam mereka dengan dengan azab yang pedih. Allah berfirman:

“Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (At-Taubah:24)

4. Bahwa ketika seseorang menelaah dan mempelajari tentang sifat-sifat nabi yang mulia, akhlaknya yang agung akan memberikan gambaran ilmiah yang mampu membentuk hati menjadi baik, perilaku menjadi lurus, dan tutur kata yang lembut.

5. Bahwa dengan mengingat akhlak dan perilaku nabi saw serta mendengar sifat dan karakteristiknya, maka akan menghidupkan hati yang mencintainya, membuka cakrawala akal mereka dan menaikkan spiritualismenya, bahkan akan mampu menambah kecintaan dan menggerakkan rasa rindu kepadanya.

Kesimpulan

Jika seseorang dicintai karena kharismanya, atau karena keberaniannya, atau karena kelembutannya, atau karena ilmunya, atau karena ketawadhuannya, atau karena ibadah dan ketaqwaannya, atau karena zuhud dan wara’nya, atau karena kesempurnaan akalnya, atau karena kecepatan daya tangkapnya (kecerdasannya), atau karena keindahan adabnya, atau karena bagus akhlaknya, atau karena kefasihan lisannya, atau karena pergaulannya yang menarik, atau banyak kebaikan dan jiwa sosialnya, atau karena kasih sayangnya, atau lain sebagainya dari berbagai sifat yang sempurna lainnya… bagaimana jika itu semua tergabung dalam satu sosok; bersatu sifat, akhlak, karakter yang sempurna pada satu orang; itulah yang terdapat dalam diri, sosok agung dan mulia Nabi Muhammad saw. Allah telah memberikan kepadanya kesempurnaan postur tubuh, wajah, akhlak, sifat, karakter dan berbagai cirri kebaikan dan kesempurnaan lainnya. Seperti ada ungkapan: “Tidak pernah ada sebelum dan sesudahnya seperti beliau”.

Karena itu, wajib bagi kita mengenal akan kesempurnaan dan keindahan akhlak dan karakter nabi saw, kesempurnaan jiwa dan ruhnya, kebersihan hati dan akal dan keluasan ilmu dan pengetahuannya, dan itu semua untuk meraih posisi cinta yang sesungguhnya dan itu juga yang akan kembali kepada kita meraih cinta. Karena setiap kali bertambah pengenalan kita maka akan bertambah kecintaan dan bertambah pula yang dicintai.

Hasan bin Ali pernah bertanya kepada pamannya Hindun bin Abi Halah –beliau adalah seorang pemerhati akhlak dan sifat- tentang sosok keperibadian Nabi saw, dan aku sangat suka sekali mendengar kisah kesempurnaan yang berhubungan dengannya. Maka diapun berkata: “… nabi saw adalah sosok mulia , wajahnya bercahaya bak rembulan di malam bulan purnama…”
Diposting oleh Laskar Okta di 07.54 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tafsir Terbaik




قَالَ حَسَنٌ اَلْبَنَّا – رَحِمَهُ اللهُ
“وَبَعْدُ، فَقَدْ سَأَلَنِيْ أَحَدُ الْإِخْوَانِ عَنْ أَفْضَلِ التَّفَاسِيْرِ وَأَقْرَبِ طُرُقِ الْفَهْمِ لِكِتَابِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، فَكَانَ جَوَابِيْ عَلَى سُؤَالِهِ هَذَا هَذِهِ الْكَلِمَةَ:
“قَلْبُكَ”، فَقَلْبُ الْمُؤْمِنِ – وَلَا شَكَّ – هُوَ أَفْضَلُ التَّفَاسِيْرِ لِكِتَابِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.
وَأَقْرَبُ طَرَائِقِ الْفَهْمِ؛ أَنْ يَقْرَأَ الْقَارِئُ بِتَدَبُّرٍ وَخُشُوْعٍ، وَأَنْ يَسْتَلْهِمَ اللهَ الرُّشْدَ وَالسَّدَادَ، وَيَجْمَعَ شَوَارِدَ فِكْرِهِ حِيْنَ التِّلَاوَةِ، وَأَنْ يُلِمَّ مَعَ ذَلِكَ بِالسِّيْرَةِ النَّبَوِيَّةِ اَلْمُطَهَّرَةِ، وَيُعْنَى بِنَوْعٍ خَاصٍّ بِأَسْبَابِ النُّزُوْلِ وَارْتِبَاطِهَا بِمَوَاضِعِهَا مِنْ هَذِهِ السِّيْرَةِ، فَسَيَجِدُ فِيْ ذَلِكَ أَكْبَرَ الْعَوْنِ عَلَى الْفَهْمِ الصَّحِيْحِ السَّلِيْمِ.
وَإِذَا قَرَأَ فِيْ كُتُبِ التَّفْسِيْرِ بَعْدَ ذَلِكَ فَلِِلْوُقُوْفِ عَلَى مَعْنَى لَفْظٍ دَقَّ عَلَيْهِ، أَوْ تَرْكِيْبٍ خَفِيَ أَمَامَهُ مَعْنَاهُ، أَوْ اِسْتِزَادَةٍ مِنْ ثَقَافَةٍ تُعِيْنُهُ عَلَى الْفَهْمِ الصَّحِيْحِ لِكِتَابِ اللهِ، فَهِيَ مُسَاعِدَاتٌ عَلَى الْفَهْمِ، وَالْفَهْمُ بَعْدَ ذَلِكَ إِشْرَاقٌ يَنْقَدِحُ ضَوْؤُهُ فِيْ صَمِيْمِ الْقَلْب



Hasan al-Banna – rahimahullah – berkata:

“Salah seorang ikhwan bertanya kepadaku tentang tafsir terbaik, dan tentang metode terpendek untuk memahami kitab Allah SWT. Maka jawaban saya atas pertanyaanya adalah kalimat berikut:

- Hatimu, sebab hati seorang mukmin, tanpa diragukan lagi, adalah tafsir terbaik terhadap kitab Allah SWT.

Sedangkan metode terpendek untuk memahami kitabullah adalah:

1. Hendaklah seorang pembaca Al-Qur’an membacanya dengan tadabbur dan khusyu’.

2. Hendaklah sang pembaca Al-Qur’an berupaya berniat untuk mendapatkan ilham jalan lurus dan kebenaran dari Allah SWT.

3. Hendaklah sang pembaca Al-Qur’an menghimpun dan memfokuskan pikirannya saat membaca Al-Qur’an.

4. Disamping itu, hendaklah sang pembaca Al-Qur’an mempunyai perhatian khusus terhadap sirah (perjalanan) hidup nabi Muhammad SAW.

5. Hendaklah sang pembaca Al-Qur’an memberi perhatian secara khusus terhadap asbabun-nuzul dan keterkaitan posisinya dengan sirah Nabi tersebut.

Dengan demikian, sang pembaca Al-Qur’an akan menemukan penolong terbesar untuk mendapatkan pemahaman yang benar dan selamat.

Dan jika ia membaca atau merujuk kepada kitab-kitab tafsir setelah itu, hal itu ia lakukan dalam rangka:

1. Mendapatkan dan mendalami satu makna yang masih belum jelas baginya, atau
2. Dalam rangkan mendalami satu bentuk susunan kalimat yang maknanya masih tersamar baginya, atau
3. Menambah wawasan dan pengetahun yang dapat menolongnya untuk mendapatkan pemahaman yang benar terhadap kitabullah.

Sebab semua ini adalah alat bantu-alat bantu untuk sebuah pemahaman.

Sedangkan pemahaman itu sendiri, pada hakekatnya, merupakan ISYRAQ, (yaitu munculnya semacam cahaya ke dalam diri seseorang, yang dengannya ia mendapatkan suatu pengetahuan) yang terekam di dalam relung hati. (AAR)
Diposting oleh Laskar Okta di 07.52 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

~ Qalam iLahi ~

Apa saja yang Alloh SWT anugerahkan kepada manusia berupa rahmad, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahanya, dan apa saja yang ditahan oleh Alloh SWT maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskanya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi maha Bijaksana.
Qs. Faatir (35) : 2

Rasululloh SAW Bersabda

Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: dijadikanya Alloh SWT dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang dia tidak mencintainya kecuali karena Alloh SWT. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka (Shahih Muslim)

. . . sebuah bait . . .

"Sabar mesti ada dalam semua ini, sabar mesti ada dalam ketaatan, dalam menahan diri dari kemaksiatan, dlm memerangi org2 yang menentang Allah, dlm menghadapi muslihat dengan beragam coraknya, dlm menanti lamanya pertolongan, dlm menanggung lamanya keletihan, dlm mengenyahkan kebatilan, dlm sedikitnya penolong, dlm panjangnya jalan berduri, dlm menghadapi kebengkokan jiwa, kesesatan hati, kepayahan penentangan, dan terobeknya kehormatan."
-sayyid quthb-

.

.

Arsip Blog

  • ►  2021 (11)
    • ►  Mei (11)
  • ►  2018 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (7)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2015 (82)
    • ►  November (11)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (34)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ▼  Maret (4)
      • Kiat Mudah Shalat Malam
      • Membangun Ruh Baru
      • At-Taassi Bi Akhlaqir Rasul SAW
      • Tafsir Terbaik
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (80)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (18)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (21)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2013 (123)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (21)
    • ►  September (26)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Juni (10)
    • ►  Mei (13)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (161)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (10)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  September (9)
    • ►  Agustus (16)
    • ►  Juli (13)
    • ►  Juni (11)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (26)
    • ►  Maret (23)
    • ►  Februari (20)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2011 (184)
    • ►  Desember (47)
    • ►  November (38)
    • ►  Oktober (29)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (23)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (5)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (20)
  • ►  2010 (1)
    • ►  Desember (1)

Entri Populer

  • Pengertian Grammar
  • Syajaratul Iman (Pohon Keimanan)
  • AWAL DATANGNYA PENYAKIT MENURUT AL-QUR'AN
  • NINJA ASSASSIN - Sinopsis Film
  • Berikut Dasar Pesawat Rontgen
  • MENGATASI BERBAGAI KELUHAN NYERI
  • Istri-Istri Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
  • Arti Orang Tua...
  • Tipe Kepridabian Turut Tentukan Sukses Berkomunikasi
  • List Of Error Type Aerocom

Mengheningkan CIpta

Mengheningkan CIpta

Perhatikan apa yang disampaikan, jangan lihat siapa yang menyampaikan

Ali bin Abi Thalib


.

.

the 7 maratib of amal

Individu Islam

Keluarga Islam

Masyarakat Islam

Kerajaan Islam

Negara Islam

Khilafah Islam

Kuasa dunia

Muwasafat Tarbiyah


:: Akidah yang sejahtera
(Salimul Aqidah)


:: Ibadah yang shahih
(Sahihul Ibadah)


:: Akhlak yang sempurna
(Matinul Khuluq)


::Tersusun urusannya


:: Sihat tubuh badanya
(Qawiyal Jism)


:: Berdisiplin dengan masa
(Harithun ala waktihi)


:: Pandai berdikari


:: Bersungguh sungguh melawan hawa nafsu
(Mujahadah ala nafsi)


:: Bermanfaat untuk orang lain
(Nafiaun li ghairihi)


:: Berilmu pengetahuan
(Mutsaqqafal Fikri)

insaAlloh . . .
doakan kita yaa :-)


Pesan Imam Gozali

Yang jauh adalah masa yang berlalu

Yang dekat adalah saat datangnya mati

Yang berat adalah memegang amanah

Yang ringan adalah berbuat dosa sesama manusia dan meninggalkan solat

Yang besar adalah hawa nafus manusia yang tidak pernah mencapai kepuasan

Pengunjung

Mengenai Saya

Foto saya
Laskar Okta
Di antara faidah R E N D A H hati adalah; agar kau tak lagi memiliki tempat untuk JATUH
Lihat profil lengkapku
"Sesungguhnya berjayalah orang yang setelah menerima peringatan itu berusaha membersihkan dirinya dengan taat dan amal soleh, Dan menyebut-nyebut dengan lidah dan hatinya akan Nama Tuhannya serta mengerjakan solat. Tetapi kebanyakan kamu utamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan Akhirat lebih baik dan lebih kekal."- (Al-A`laa 14 - 17)-
http://oktahealthcare.blogspot.com/. Tema Perjalanan. Gambar tema oleh borchee. Diberdayakan oleh Blogger.