Tulisan ini tentu bukan untuk dijadikan black campaign terhadap sekolah-sekolah yang banyak menawarkan ini dan itu buat buah hati kita. Tetapi lebih merupakan upya untuk sedikit mengenali lebih dalam dan berikap lebih kritis terhadap promosi dan penawaran menyekolahkan anak.
Menjelang akhir tahun ajaran, khususnya buat para orang tua yang anaknya mau masuk SD atau sudah duduk di kelas enam SD atau kelas 3 smp, pasti merupakan masa untuk mencari tempat pendidikan yang ideal buat anak.
Tidak ada orang tua yang rela anaknya sekolah di tempat yang minim dalam segala sesuatunya. Setidaknya, minimal punya standarisasi kualitas pendidikan. Kebanyakan para orang tua justru ingin memberikan kualitas pendidikan yang terbaik buat putera puteri mereka.
Namun seringkali kita sebagai orang tua, disodorkan dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan yang bersifat promosi dari banyak sekolah. Sekolah berlomba menawarkan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana, seperti gedung yang megah, ruangan ber-AC,, berbagai macam jenis lab mulai dari lab bahasa, lab komputer, lab. biologi, perpustakaan, studio musik, bahkan juga termasuk fasilitas wifi, video projector dan barang-barang eletronik lainnya.
Dan biasanya, tawaran-tawaran itu begitu menggiurkan para orang tua. Kebanyakan para orang tua berpikir, anak mereka akan dijamin bisa menjadi orang pintar kalau sekolahnya punya fasilitas sebareg itu.
Dan otomatis kelengkapan fasilitas itu berbanding lurus dengan harga. Makin lengkap fasilitasnya, otomatis harganya makin mahal. Selain uang pendaftaran, juga ada uang gedung, uang ini dan uang itu. Ujung-ujungnya, semua fasilitas itu memang harus dibayar oleh para orang tua murid.
Buat mereka yang banyak uang, semua itu dianggap wajar. Mau anak jadi pintar, ya harus disekolahkan di sekolah berkualitas. Mau sekolahnya berkualitas, ya harus keluar uang. Sederhana saja logikanya.
Sayangnya saya sangat jarang mendapatkan promosi dari suatu sekolah, baik lewat brosur atau pun lewat media lain, bahwa sekolah mereka punya tenaga pendidik yang handal dan berpengalaman melahirkan orang-orang besar.
Jarang sekali yang mengandalkan kemampuan para guru, tetapi yang diandalkan adalah fasilitas. Padahal kita tahu semua bahwa faktor guru yang berkualitas sangat besar pengaruhnya pada kualitas pendidikan.
Kita buat perumpamaan yang gampang, misalnya kita ingin jadi jago kungfu. Mana yang kita pilih, ada dua perguruan kungfu. Yang satu megah punya banyak fasilitas sebareg, tapi pelatih kungfunya anonim, alias tidak dikenal.
Yang satu lagi perguruan itu tidak punya fasilitas apa-apa, tetapi suhu-nya seorang Jacky Chen yang berpengalaman melahirkan para jago kungfu.
Kira-kira mana yang kita pilih?
Mudah saja, kita pilih perguruan yang suhu-nya adalah seorang Jacky Chen. Urusan alat-alat yang dipakai, kita bisa pakai apa saja, kalau perlu kita bisa pakai sapu, bangku kayu, bahkan kipas buat dijadikan senjata dalam duel kungfu. Seorang suhu yang baik, dia pandai memanfaatkan apa saja untuk dijadikan sarana dalam latihan. Bukahkah begitu?
Sayangnya pelajaran berharga ini kita lupakan ketika memilih sekolah untuk anak. Kita merasa lebih nyaman seandainya sekolah itu penuh fasilitas, tapi kita tidak peduli seberapa kualitas pengajarnya.
Sebuah sekolah boleh saja bangga bahwa mereka punya lima ruang lab. bahasa Inggris yang dingin karena AC dan dilengkapi dengan alat-alat serba mahal.
Tetapi yang jadi pertanyaan, apakah guru yang mengajar itu benar-benar ahli di bidangnya? Apakah gurunya bisa cas-cis-cus berbahasa Inggris?
Apakah pronunciation para guru bahasa Inggris itu mendekati orang Amerika, Inggris atau Autralia dalam melafalkan bahasa mereka?
Dan berapa banyak murid yang bisa mereka didik selama ini sehingga mampu secara langsung berkomunikasi dengan para bule?
Begitu juga dengan SDIT/SMPIT yang konon suka berporomosi dan mengaku mengajarkan bahasa Arab kepada para muridnya. Yang jadi pertanyaan besar adalah seberapa terbukti promosi itu dalam kenyataannya?
Berapa banyak siswa lulusan SDIT/SMPIT yang ketika lulus bisa ngobrol dan berbincang-bincang dengan orang Arab betulan di Mekkah atau di Madinah sana?
Apakah lab bahasa yang dingin dan dipenuhi segala macam alat eletronik itu bisa menjamin anak Anda bisa bahasa Inggris atau bahasa Arab?
Dan apakah gedung sekolah yang megah dengan semua fasilitas yang mahal-mahal itu bisa menjamin anak Anda jadi orang pintar?
Saya belum pernah mendapat jawaban yang meyakinkan untuk pertanyaan yang satu ini.
Buat apa kita harus menggelontorkan uang puluhan juta untuk semua fasilitas serba mahal yang sama sekali tidak menjamin apa pun terhadap kualitas hasil pendidikan anak?
Nah, kalu memang semua itu tidak bisa menjamin, lalu buat apa kita harus bayar mahal untuk semua itu?
Gengsi saja kah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar