.

Minggu, 26 Mei 2013

Pernikahan itu Sensitif


“Pernikahan itu sangat sensitif,” kata Ummul Mukminin Aisyah r.a., “dan tergantung kepada pribadi masing-masing untuk mendapatkan kemuliaannya.”

Pernikahan itu sangat sensitif. Seseorang menjadi peka, lebih peka dari sebelumnya. Boleh jadi ia menjadi lebih peka terhadap kebajikan-kebajikan dan akhlak mulia. Boleh jadi ia justru menjadi peka terhadap kekurangan-kekurangan orang lain sekalipun sedikit. Sementara kebaikannya yang banyak tidak nampak di mata.

Pernikahan itu sangat sensitif. Kalau sebuah pernikahan mengalami keretakan dan kegersangan, yang merasakan panas serta gerahnya tidak hanya suami dan istri. Sanak kerabat pun bisa ikut merasakan. Pernikahan itu sangat sensitif. Kalau masing-masing pribadi berusaha untuk saling menyelami dan menguatkan jalinan perasaan (al-’athifah) untuk kebaikan bersama, guncangan-guncangan besar pun insya-Allah, tidak menggoyahkan. Apalagi guncangan kecil, baik dari tetangga maupun keluarga.

Pernikahan itu sangat sensitif. Kalau masing-masing berusaha untuk mendapatkan kemuliaan~bukan dimuliakan~ insyaAllah mereka akan meraih rumahtangga yang barakah, sakinah (menentramkan jiwa) mawaddah wa rahmah (diliputi oleh rasa cinta dan kasih sayang).

Pernikahan itu sangat sensitif. Segala jalan yang menyebabkan munculnya keraguan dan kebimbangan mengenai akhlak maupun fisiknya, perlu dijauhkan. Setiap pintu yang bisa membukakan penyesalan, perlu ditutup. Sedang pintu yang mendatangkan kemantapan dan terhapusnya jalan penyesalan, sebaiknya dibuka lebar. Sederhana dalam proses dan sederhana dalam pelaksanaan merupakan jalan besar menuju keluarga yang barakah, sakinah mawaddah wa rahmah.

Sedang mempersulit proses pernikahan dapat membuka pintu-pintu madharat. Mempersulit proses pernikahan melapangkan jalan fitnah dan mafsadah (kerusakan) masyarakat. Tetapi yang ingin saya bahas di sini adalah madharat bagi suami istri yang akan menikah.

Rasulullah bersabda, “Seorang wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik. Namun sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya.”

~Mencapai Pernikahan Barakah – Muhammad Fauzil Adhim | 18.09.2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar