.

Kamis, 30 Januari 2014

Sejarah Singkat Sultan Fatah Demak



Pada tanggal 4 Mei 2012 bertepatan tanggal 13 Jumadil Akhir 1433 H diadakan Haul Akbar Sultan Fatah yang ke 509H. Pada kesempatan itu dibacakan manaqib(sejarah) singkat beliau. Pembacaan sejarah ini dilakukan oleh KH. Drs. M. Asyik ketua MUI Demak, beliau juga Wakil Bupati Demak periode 2006 - 2010. Di bawah ini adalah teks bacaan sejarah singkat Sultan Fatah. Adapun rekaman suaranya dapat diunduh di sini (host di 4shared.com) atau di sini (mediafire.com)

Raden Fatah lahir pada tahun 1448 M bertepatan dengan 1570 Saka. Ibunya lebih senang memanggil dengan nama Yusuf. Raden Fatah adalah seorang trah bangsawan dari raja Majapahit yang ke 11 yaitu Raden Kerta Bumi atau Prabu Brawijaya ke 5. Nama ibunya Putri Campa. Nama kecil Raden Fatah adalah Pangeran Jimbun, dan oleh Adipati Ario Jamas atau Sapu Alam di Palembang diberi nama baru Raden Hasan, Pada saat usia 14 tahun dia berkelana merantau ke Pulau Jawa dan bertemu seorang, serta berguru dengan para wali khususnya Kanjeng Sunan Ampel di Surabaya sehingga dia diberi nama Raden Fatah.

Atas petunjuk dan bimbingan para wali, Raden Fatah bersama santri serta masyarakat membangun sebuah masjid yang sekaligus menjadi pesantren di wilayah Glagah Wangi Bintoro. Sehingga menjadi cikal bakal berdirinya Masjid Agung Demak dengan ditandai Candra Sengkala atau prasasti yang bermakna tahun 1475 M. Pada saat itu pula Raden Fatah ditunjuk sebagai mubaligh menggantikan Syaikh Maulana Jumadil Kubra yang wafat dan dimakamkan di Trowulan Mojokerto Jawa Timur.

Prabu Brawijaya ke 5 dari kerajaan Majapahit yang berkuasa pada saat itu memberi anugrah jabatan kepada Raden Fatah sebagai Adipati dengan gelar Adipati Nata Praja yang berkedudukan di Glagah Wangi Bintoro tahun 1477 M.

Raden Fatah selaku Adipati Nata Praja di Glagah Wangi Bintoro oleh para wali dinilai sangat berhasil dalam membangun pemerintahan dan menjadi panutan dan abdi seorang satria yang tampan cerdas santun serta bersahaja dan halus budi pekertinya.

Di samping dengan cepat dapat menguasai berbagai disiplin ilmu yang diajarkan para wali. Oleh karena itu Majlis wali 9 secara bulat mengambil fatwa dan memutuskan untuk mengangkat Raden Fatah serta mengijinkan menduduki tahta kerajaan Islam di Pulau Jawa, yang berkedudukan di Bintoro Demak pada tahun 1478 M dengan gelar atau sebutan Sultan Raden Abdul Fatah Al Akbar Sayyidin Pranotogomo. Tahta kerajaan Islam ini berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan reaksi dari Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1479 M setelah setahun menduduki kerajaan Islam di Jawa, beliau membersihkan Purnapugar Kesultanan Bintoro yang sekarang diberi nama Masjid Agung Demak dengan ditandai prasasti bergambar bulus. Ini merupakan Candra Sengkolo Memet “Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M .

Sultan Raden Abdul Fatah Sayyidin Pranotogomo adalah Amirul Mukminin yang alim, adil serta bijaksana. Beliau memegang pemerintahan selama 40 tahun mulai 1478 sampai 1518 M . Setelah wafat dilanjutkan Pangeran Patiunus putra pertama Raden Fatah pada tahun 1518 - 1521 M atau selama 3 tahun .Selanjutnya pemerintahan dilanjutkan oleh adiknya yaitu Raden Trenggono yang memerintah selama 25 tahun terhitung dari tahun 1521 - 1546 M.

Kemudian setelah selama 14 tahun Kesultanan Bintoro terjadi kekosongan kepemimpinan krn terjadi perselisihan kerluarga, yang akhirnya Raden Hadiwijaya memegang tampuk pemerintahan mulai 1560 sampai 1582 M. Atas dasar nasehat wali songo guna mengakhiri konflik keluarga disarankan agar pusat pemerintahan dipindah di Pajang.maka oleh Sultan Hadi Wijaya, pemerintahan atau Kerjaan Demak akhirnya dipindahkan ke daerah Pajang.

Adapun keturunan Raden Fatah: 1. Pangeran Patiunus 2. Pangeran Purwa Wiyata biasa disebut Pangeran Sekar Sido Lepen, 3. Ratu Emas Panembahan Banten 4. Istri Raden Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. 5. Pangeran Trenggono, yang menjabat Sultan Demak ke tiga.

Demikianlah sejarah singkat Sultan Abdul Fatah Al Akbar Sayyidin Pranotogomo berserta keluarganya, semoga Allah swt memberikan Rahmat Taufik serta hidayahnya kepada beliau. Dan kita sebagai generasi penerus dapat melanjutkan dan mempertahankan nilai sejarah yang beliau tinggalkan / wariskan sehingga Demak sebagai kota wali menjadi sentral kemajuan bangsa Indonesia amin ya robbal alamin.

NB: Jika ada kesalahan penulisan ulang dari suara rekaman, mohon dikoreksi karena saya terkadang kurang jelas mendengar pada bagian-bagian tertentu. Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar