.

Minggu, 20 September 2015

BERLOMBA – LOMBALAH MENCARI ISTRI HAFIZHAH KARENA IA WANITA LANGKA SAAT INI

Saya menulis tema di atas tidak untuk mendorong anda mencari istri seorang hafidzah atau memprovokasi, anda karena pilihan mencari pendamping hidup hanya ada pada keputusan anda sendiri. Tetapi saya punya sisi menarik dari sosok seorang hafidzah yang perlu saya ungkapkan disini, nantinya akan menjadi pertimbangan bagi anda dalam mencari pendamping hidup.Sebagaimana yang anda ketahui, bahwa seorang hafidzah pada hakekatnya adalah seperti para wanita pada umumnya, tetapi dia seorang hafidzah. Sebutan seorang hafidzah adalah sebutan yang jarang dimiliki wanita saat ini, seiring dengan langkanya wanita yang berminat menghafal Al – Qur’an.

Sepanjang pengamatan saya, pendidikan wanita saat ini sudah mengalami pergeseran yang amat jauh sekali dari nilai-nilai Islam, yang berakibat pada pergeseran cara pandang terhadap wanita pun mengalami pergeseran pula. Tidak adanya konsep pendidikan yang benar bagi wanita akan menimbulkan implikasi ditengah- tengah masyarakat dan tak jarang hal itu tidak pernah kita rasakan sama sekali. Implikasi yang muncul ditengah masyarakat akibat dari penerapan konsep pendidikan wanita yang salah, barangkali salah satunya jorgan emansipasi yang melampaui batas fitroh kewanitaan yang sudah digariskan oleh syareat.
Maka pemandangan sosok “wonder woman/wanita super” sudah menjadi biasa bagi kita saat ini, karena pendidikan kita lebih mengedepankan para wanita menjadi wanita karier, yang terkadang banyak menggeser peran – peran yang seharusnya dipegang oleh para pria. Inilah perwajahan dunia pendidikan kita saat ini yang pada ujungnya adalah pekerjaan semata. Sehingga wajarlah manakala kita melihat para orang tua saat ini akan menuntut banyak hal dari anaknya yang telah selesai studinya dengan bekerja semata, walaupun dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan fitrohnya sebagai wanita dan ketentuan syareat.

Hal ini adalah fakta dari berbagai persoalan yang muncul karena konsep pendidikan yang tidak mendasarkan pada nilai-nilai Islam. Belum lagi jika kita kaitkan dengan kesiapan wanita saat ini memasuki gerbang rumah tangga, bisa kita katakan sangat minim sekali dari sisi bekal – bekal ulumuddinnya serta ilmu tentang Al – Qur’an.

Fenomena kekurangsiapan bekal dari segi ulumuddinnya serta ilmu tentang Al – Qur’an nampak nyata manakala sosok wanita tersebut hidup dalam lingkungan yang tidak Islami, yang diawali sejak dalam kandungan sampai menginjak dewasa. Ditambah lagi latar belakang orang tua yang kurang paham dengan nilai – nilai Islam, sampai pada titik akhir dia pun tumbuh dewasa dengan bekal – bekal ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an yang sangat minim sekali, bahkan tak jarang tidak punya bekal sama sekali. Begitu pula saat mengenyam pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, tidak pernah ditanamkan tentang nilai – nilai Islam, maka dia akan tumbuh sebagai sosok wanita yang tidak paham dengan agamanya sendiri.

Dari fakta di atas barangkali salah satu sosok wanita yang masih diberikan karunia oleh Allah SWT untuk mendalami Al – Qur’an yakni sosok seorang hafizhah. Tanpa menafi’kan berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada, seorang hafizhah saat ini sangat langka mengingat untuk menyelesaikan dan punya kemampuan menghafal Al – Qur’an membutuhkan banyak pengorbanan dan perlu kesabaran.

Ditambah lagi minat para wanita saat ini untuk menghafal Al – Qur’an sangat kurang, karena memang tidak banyak keuntungan di dunia yang didapatkan kecuali mengharap ridlo Allah SWT semata. Bahkan dalam melihat keutamaan serta kemuliaan para penghafal Qur’an ini Imam Bukhori menyendirikan dalam kitab shohihnya bab hadits tentang kedudukan pembawa Al – Qur’an dengan judul : Bab iri terhadap Shohibul Qur’an. Beliau meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata : Aku mendengar Rosulullah saw bersabda :”

“Tidak ada iri kecuali kepada dua golongan : laki – laki yang diberi Allah tentang Al – Qur’an dan mengamalkannya sepanjang malam dan laki – laki yang diberi harta oleh Allah dia bershodaqah siang dan malam” ( HR. Bukhori )

Ibnu Hajar menjelaskan dalam syarahnya tentang hadits tersebut maksud Bukhori mengemukakan hadits tersebut dengan judul : Iri kepada Shohibul Qur’an, Beliau berkata sesungguhnya maksud Bukhori adalah bahwa hadits ini menunjukkan selain Shohibul Qur’an dibolehkan iri kepada Shohibul Qur’an karena mengamalkan Al – Qur’an yang diberikan Allah kepadanya, maka shahibul Qur’an lebih layak untuk iri ( bahagia ) dengan amalan yang ia lakukan.

Al Imam Ibnu Katsir berkata : “Kandungan hadits ini menunjukkan bahwa Shohibul Qur’an itu di-iri-kan ( oleh orang lain ), ini keadaan yang baik. Hendaknya rasa iri yang sangat itu disebabkan karena posisi itu dan disunnahkan rasa iri padanya karena hal tersebut……….artinya berobsesi seperti nikmat orang tersebut, hal ini berbeda dengan hasad yang tercela yaitu berobsesi agar nikmat orang yang di-iri-kan itu hilang .”

Dari penjelasan di atas ternyata kita diperbolehkan iri bahkan hal ini merupakan sunnah terhadap sosok seorang penjaga Qur’an, karena banyaknya keutamaan serta hikmah yang bisa kita peroleh dari kehidupan para penghafal Qur’an.

Sekali lagi saya tidak memprovokasi anda untuk mencari pendamping hidup seorang hafidzah karena keputusan ada pada anda sendiri. Apa pun keunikan yang menarik manakala anda mencari pendamping hidup seorang hafizhah adalah :
1. Bekal – bekal ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an setidaknya sudah dimiliki walaupun masih sangat minim sekali dan masih perlu ditingkatkan. Bekal ini nantinya akan sangat bermanfaat sekali untuk membekali prinsip dasar ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an pada anak kita nanti. Misalnya membaca Al – Qur’an dengan fasih dan benar serta mampu menghafal beberapa juz Al – Qur’an dengan lancar dan lain – lain. Alangkah lucu dan bahagianya kita seandainya anak kita nanti yang masih balita sudah mampu membaca Al – Qur’an dan hafal beberapa juz Al – Qur’an karena tidak lain ibunya sendiri seorang hafizhah. Dan tentu saja penanaman pada seorang anak untuk mencintai Al – Qur’an sudah ditanamkan sejak dalam kandungan oleh seorang ibu yang hafidzah.

Kita pun bisa mengamati seorang ibu yang sedang mengandung anaknya kemudian aktivitasnya senantiasa mengulang, menyimak dan menghafal Al – Qur’an, maka anak yang akan dilahirkan pun akan sangat berbeda dengan seorang ibu yang mengandung anaknya, sedangkan dia tidak pernah bahkan jarang menyentuh Al – Qur’an, Insya’ Allah anak yang lahir dari rahim seorang hafizhah akan menjadi anak yang sholeh dan hafidz, Amiin

Lalu bagaimana bekal – bekal yang lainnya ? Kalau bekal – bekal ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an sudah didapatkan, Insya’ Allah bekal – bekal yang lain untuk menjadi seorang ibu yang pandai mendidik anak dan melayani suami sesuatu hal yang mudah kita dapatkan, tetapi dengan syarat kita harus punya persepsi yang sama dengan istri kita, bahwa kehidupan rumah tangga bukanlah akhir untuk mengapai cita – cita dan harapan. Maknanya bahwa ketika berumah tangga kita harus berupaya untuk terus belajar dan mengembangkan potensi diri, baik dari sisi suami maupun istri kita sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan kita. Tetapi kalau kita cukup puas dengan apa yang ada dan rumah tangga merupakan akhir segalanya, maka kita akan menjadi orang yang tertinggal.

2. Kalau kita sebagai suami punya kemampuan ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an yang sangat minim, maka kita bisa belajar banyak dengan istri kita yang hafidzah. Kita tidak boleh malu untuk belajar pada istri kita, kalau memang pada kenyataannya kita tidak mampu manakala ini kita upayakan Insya’ Allah kita akan mendapatkan manfaat yang banyak dari istri kita yang hafidzah.
Dua hal di atas yang mungkin menarik dari sosok seorang hafidzah walaupun sebenarnya masih banyak untuk diungkapkan. Untuk itu berlomba – lombalah mencari istri seorang hafidzah, Insya’ Allah kita akan mendapatkan manfaat yang banyak di dunia dan di akhirat 

(Abu Muttatiar/dari Buku Indahnya menjadi suami seorang hafizhah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar