Mimpi Orang Besar
Di sebuah kamar, berkumpullah empat orang remaja. Mereka adalah Mush'ab bin Zubair, 'Urwah bin Zubair, Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Umar. Kemudian salah satu dari mereka berkata, "Berkhayallah!"
"Aku berkhayal ingin jadi khalifah…" kata Abdullah bin Zubair memulai.
"Kalau aku ingin menjadi tempat rujukan ilmu." Lanjut 'Urwah bin Zubair.
"Kalau aku ingin menjadi gubernur di Irak, terus ingin menikahi dua wanita cantik sekaligus, Aisyah binti Thalhah dan Sukainah binti Husain." Kata Mush'ab bin Zubair.
"Kalau aku berharap ampunan Allah" kata Abdullah bin Umar bijak.
"Aku berkhayal ingin jadi khalifah…" kata Abdullah bin Zubair memulai.
"Kalau aku ingin menjadi tempat rujukan ilmu." Lanjut 'Urwah bin Zubair.
"Kalau aku ingin menjadi gubernur di Irak, terus ingin menikahi dua wanita cantik sekaligus, Aisyah binti Thalhah dan Sukainah binti Husain." Kata Mush'ab bin Zubair.
"Kalau aku berharap ampunan Allah" kata Abdullah bin Umar bijak.
Yang menarik dari mimpi mereka adalah peristiwa yang terjadi beberapa tahun kemudian saat mereka semua dewasa. Abdullah bin Zubair dibaiat menjadi khalifah resmi ummat Islam oleh penduduk Hijaz dan Iraq setelah meninggalnya Yazid bin Mu'awiyah.
Adapun 'Urwah bin Zubair, sebagaimana cita-citanya, ia benar-benar menjadi rujukan ilmu pengetahuan bagi orang-orang di masanya. Ia banyak sekali meriwayatkan hadits-hadits dari bibinya yang juga seorang ummul mukminin, Aisyah rha.
Sedangkan Mush'ab bin Zubair, pada masa kekhilafahan Abdullah bin Zubair mendapat amanah untuk menjadi gubernur di Iraq. Bukan hanya itu, mimpinya untuk menikah dengan wanita paling cantik saat itu, yaitu Aisyah binti Thalhah dan Sukainah binti Husain ternyata juga tercapai.
Dan terakhir adalah mimpi Abdullah bin Umar untuk mendapatkan ampunan Allah. Tentu kita tidak tahu, karena ini adalah rahasia Allah nanti di akhirat. Namun kita tentunya menyaksikan riwayat keshalihan seorang Abdullah bin Umar yang tidak diragukan lagi. Kita semua berdoa, semoga Abdullah bin Umar mendapatkan mimpinya di sisi Allah Swt.
Ada pelajaran yang sangat menarik disini. Bermimpi dan pemimpi itu berbeda. Sepertinya 'beti' alias beda tipis. Perbedaan yang paling mencolok terlihat pada usaha yang dilakukan untuk meraih mimpi itu.
Seorang pemimpi cenderung suka berkhayal tapi tidak mau berjuang dan berusaha untuk meraih cita-cita yang ada dalam khayalannya itu. Adapun orang yang bermimpi, pada dasarnya ia sedang bercita-cita dengan mencoba meraba masa depannya. Kemudian ia menyiapkan langkah-langkah aplikatif untuk sampai pada yang ia harapkan.
Jika kita simak sejarah hidup keempat sahabat diatas, maka kita akan mendapati mereka berjuang untuk mendapatkan mimpinya. Contohnya Abdullah bin Zubair yang ingin jadi khalifah. Ia menyiapkan dirinya dengan baik, membekali diri dengan ilmu agama dan siyasah (politik), sehingga ketika kesempatan datang, ia segera meraihnya.
'Urwah bin Zubair pun juga demikian. Ketika ia bercita-cita ingin menjadi tempat rujukan ilmu pengetahuan, maka ia menyiapkan langkah-langkah untuk sampai kesana. Ia banyak hadir di majelis-majelis ilmu para sahabat, selain juga sering bertanya tentang segala hal kepada Ummul Mukminin rha. Akhirnya, mimpi itupun terwujud.
Mush'ab bin Zubair juga menyusun langkah sedemikian rupa untuk meraih cita-citanya, menjadi gubernur di Irak dan menikah dengan dua wanita cantik di masanya. Ia belajar ilmu agama dan siyasah, sehingga ketika saudaranya menjadi khalifah, ia memiliki kompetensi dan kapasitas untuk memimpin Iraq.
Sedang Abdullah bin Umar juga begitu. Untuk meraih mimpi besarnya, ia sangat berhati-hati dalam hidupnya. Zuhud dan wara' menjadi hiasan kepribadiannya. Tegas dalam menyampaikan kebenaran, yang itu menjadi karakter yang melekat pada diri ayahnya juga ia lekatkan dalam dirinya. Kesungguhannya dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sudah menjadi rahasia umum. Semua orang hidup semasa dengannya menjadi saksi atas hal itu.
Inilah yang disebut bermimpi di alam nyata, bukan hanya mimpi saja, tapi ada upaya untuk menjemputnya. Tanpa mimpi, kita layaknya seorang yang musafir yang tak tahu arah mana yang harus dituju. Ia kehilangan kompas kehidupan. Terombang-ambing dalam gelombang kebingungan.
Bermimpilah, karena tak ada seorangpun yang bis menghalangi Anda bermimpi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar