.

Selasa, 10 Juli 2012

Nikmat yang Merangkum Kebahagiaan Dunia Akhirat



DR. Yusuf Al Qaradhawi
Ketua Asosiasi Ulama Islam Internasional.


“Empat hal bila seseorang dikaruniai Allah keseluruhannya, maka ia telah mendapat kebaikan dunia dan akhirat, yaitu: Lisan yang berdzikir, hati yang syukur, tubuh yang sabar atas ujian, istri yang shalihah yang tidak ada khianat dalam dirinya, serta memelihara harta (suami)nya.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Ini empat buah nikmat Allah swt yang sangat kepada seseorang. Lebih besar daripada harta. Lebih baik daraipada kedudukan dan jabatan. Lebih utama dari apapun yang diinginkan dan dicari oleh manusia, baik ternak, kebun, emas ataupun perak. Siapa saja yang mendapatkan empat hal ini, berarti ia mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat sekaligus.

Nikmat Pertama: Lisan yang Berdzikir
Ketika Allah swt memberimu karunia berupa lisan atau lidah yang selalu berdzikir kepada-Nya di setiap waktu, dalam semua kondisi. Lidah yang basah dengan dzikrullah. Di saat manusia disibukkan dengan urusan dunia mereka, ketika manusia tenggelam mengejar keuntungan, engkau tetap berdzikir kepada Allah swt. Akan tetapi penting diingat bahwa Allah swt tidak ridha bila seseorang dari hamba-Nya hanya berdzikir dan menggerakkan lidah saja. Allah juga tidak ridha bila kita hanya sedikit berdzikir. Yang Allah kehendaki sebagaimana firman Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kalian kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dan pujilah Dia pada waktu pagi dan petang.” (QS. Al Ahzab: 41-42)

Orang-orang munafiqin, mereka juga berdzikir kepada Allah swt. Akan tetapi dzikir mereka sangat sedikit dan jarang. Seperti digambarkan dalam firman-Nya, “Mereka riya kepada manusia dan tidak berdzikir kepada allah kecuali sedikit.” (QS. An Nisa: 142). Sedangkan orang-orang beriman, mereka selalu dalam kondisi berdzikir kepada Allah swt. Al Quran menguraikan kondisi ini, “Mereka berdzikir kepada Allah dalam kondisi berdiri, duduk dan berbaring. Mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi, (lalu mengatakan) Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini semua sia-sia.” (QS Ali Imran: 191)

Mereka dalam setiap kondisi berdzikir kepada Allah swt. Mereka tidak melupakan Allah swt baik dalam kondisi damai maupun berperang. Hingga ketika mereka sedang berhadap-hadapan dengan pasukan musuh, dan situasi sedang genting, mereka tetap berdzikir kepada Allah swt. “Wahai orang-orang yang beriman bila kalian bertemu dengan sekelompok pasukan maka bertahanlah dan berdzikirlah kepada Allah swt dalam dzikir yang banyak agar kalian menang.” (QSS. Al Anfal: 45).

Dan bahkan Rasulullah saw sangat menganjurkan kita untuk berusaha berdzikir di lokasi-lokasi yang rawan melalaikan, seperti di pasar dan semacamnya. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang berdzikir diantara orang lalai, seperti orang yang tetap melakukan perang diantara orang yang melarikan diri dari medan perang.” (HR. Al Bazzar).
Lisan yang berdzikir, atau lidah yang dibasahi oleh kalimat-kalimat dzikir, itulah yang dijawab oleh Rasulullah saw saat seorang pemuda datang kepadanya dan bertanya, “Ya Rasulullah, sungguh banyak syariat Islam yang diperintahkan padaku, lalu apakah ada satu pintu yang bisa kupegang teguh yang menghimpun semuanya.” Rasasulullah saw bersabda “Basahi lidahmu dengan dzikirullah.” (HR Ahmad)

Nikmat kedua: Hati yang Bersyukur
Dzikir dan syukur selalu berpasangan. Seperti disebutkan dalam firman Allah swt, “Maka ingatlah (berdzikirlah kepada) Aku niscaya Aku akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaku, dan janganlah mengingkari (nikmat-Ku).: (QS. Al Baqarah: 152). Dalam haditsnya, Rasulullah saw menyebutkan sebua do’a: “Ya Allah tolonglah aku untuk selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur atas-Mu, dan baik dalam beribadah kepada-Mu” (HR. Ahmad)

Syukur itu diperintahkan. Dan tingkatan pertama syukur adalah: Seseorang merasakan bahwa seluruh nikmat itu datangnya hanya dari Allah swt saja. Ini merupakan bentuk pengakuan hati dari sesorang bahwa memang semua kenikmatan yang ia rasakan berasal dari Allah swt, meskipun kenikmatan itu datang melalui tangan makhluk-Nya. Tetap saja yang menghamparkan karunia itu adalah Allah swt. “Dan (nikmat) apapun yang ada pada kalian itu adalah karunia dari Allah.” (QS. An Nahl: 53)

Hati yang bersyukur, yang mengakui bahwa Allah swt asal dan pemilik semua nikmat yang menghamparkannya kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Betapa agungnya nikmat Allah swt kepada ita. Semua yang ada di sekitar kita dan kita gunakan untuk berbagai keperluan kita, seluruhya dihamparkan oleh Allah swt. “Allah Yang Menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, lalu dengannya menumbuhkan buah-buahan sebagai rizki bagi kalian..” (QS. Ibrahim: 34)

Seorang mukmin haruslah menjadi orang yang bersykur. Ini adalah kenikmatan, sebagaimana Nabiyullah Sulaiman ketika ia dihadiri arasy balqis sebelum matanya berkedip, ia berkata, “Ini adalah karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah Aku bersykur atau kufur...” (QS. An Naml.: 40). Syukur akan memelihara dan mengikat nikmat yang ada. Syukur juga akan menambah banyak kenikmatan yang ada itu, sebagaimana dalam firman Allah swt, “Jika kalian bersyukur niscaya akan Aku tambahkan (nikmat) untuk kalian. Tapi bila kalian kufur, sesungguhnya azabku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Nikmat ketiga: Tubuh yang Sabar Menahan Ujian
Seorang yang kuat menghadapi kesulitan, tanggung melewati kepayahan dan keterbatasan berjuang di jalan Allah, lapar dan haus karena Allah swt. Menahan semua penderitaan karena Allah...sabar. Seseorang takkan bisa berhasil dalam hidup di dunia dan akhirat kecuali bila ia memiliki kesabaran yang tinggi. Al Masih alaihssalam dalam sebuah riwayat mengatakan, “Kalian takkan mersakan apa yang kelian inginkan kecuali sebatas dengan kesabaran kalian dalam menghadapi yang kalian tidak sukai.” Karena itu Rasulullah saw bersadba, “Sabar itu adalah cahaya” (HR. Muslim)

Nikmat Keempat: Istri yang Shalihah
Inilah nikmat keempat. Istri shalihah. Yang tak memendam penghianatan dalam dirinya dan tetap menjaga harta milik suaminya. Yang memelihara kehormatan dirinya dan menjaga harta suaminya. Istri shalihah yang menjaga diri di saat ia sendiri sesuai dengan perintah Allah swt. Menyenangkan bila dipandang. Taat bila dimintakan tolong. Memelihara pembicaraan yang baik tentang suaminya (HR. Abu Daud). Kenikmatan inilah yang disebut oleh Rasulullah saw, “Dunia itu adalah perhiasan dan perhiasan palik baik adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

Mari berdo’a agar kita memiliki lisan yang berdzikir, hati yang syukur, tubuh yang sabar, dan karunia pasangan hidup yang shalih.



Tarbawi Edisi 201 Th.10 Rabiul Akhir 1430, 16 April 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar