.

Rabu, 23 November 2011

Jalan Cinta yang Semestinya Kau Ada

Tidak ada yang asing di sini. Karena Kita datang dengan wajah yang sama. Mencerahkan dunia dengan cinta. Pun aku datang lebih awal, mungkin itu sudah takdirku untuk menyambutmu. Selanjutnya, kita bersama-sama saling menguatkan. Di jalan yang sama, jalan cinta bertabur kebajikan.

Lihatlah, bagaimana jalan kabajikan ini terhampar. Dan kau tak perlu terkejut, sebab memang demikianlah adanya. Bahwa tak banyak yang mau berletih-letih di sini. Menggadaikan potongan waktunya untuk memberi arti. Menguras pikirannya biar jalan ini tak redup cahayanya. Dan meredam perasaannya agar jalan cinta ini tak ternoda.
Di sini memang tak banyak yang kita dapat. Apalagi terjalnya sudah terang kau lihat. Namun, cobalah sejenak kau perhatikan likunya. Tahukah dirimu, bahwa ujung dari liku ini adalah kabajikan yang tak ternilai. Meski demikian, yang mampu melewatinya tak sembarang orang. Hanya pribadi terpilih saja yaitu mereka yang berjiwa besar, yang tekadnya sekeras karang, dan hatinya sebening embun. Lantas, bukankah yang demikian itu adalah ciri pribadi yang dirindukan langit.
Sementara mereka yang hanya berdiri menyaksikan. Lalu berpaling karena menganggap ini kesia-siaan. Sungguh, dunia hanya merekam jejak mereka karena hanya pernah mengisi ruang dan waktu saja. Selanjutnya mereka akan lenyap tergerus waktu. Karena tak ada satu pun riwayat hidupnya yang memang patut untuk dikenang.
Inilah jawaban mengapa aku menginginkan dirimu berada di sini. Bersama-samaku. Agar segala pesona ini tak kunikmati sendiri. Agar kita bersama-sama menjadi pribadi yang dirindukan langit. Tak apa. Biarlah kita menangis dalam luka, meringgis dalam kepedihan. Bukankah itu jauh lebih baik, daripada kita melewati hari dengan jalan cerita yang tak menentu. Asalkan semua itu mampu mengantarkan kita pada ujung kehidupan yang tak semu.
Bila dirimu masih bertnya tentang pahit getirnya jalan ini, aku tak akan menjawabnya lagi. Sebab, memang begitulah sudah alur cerita di jalan cinta ini. Perlu berletih-letih dulu, harus banyak yang dikorbankan. Karena memang demikianlah yang namanya fitrah perjuangan.
Inilah persembahan cintaku untukmu. Selebihnya aku tidak bisa memaksa. Bila segala pesona itu tak juga membuat dirimu tergoda . Tapi ketahuilah, bahwa bagaimana pun juga, di sini, meskipun tertatih-tatih aku akan terus menghimpun harap. Bahwa di jalan cinta ini kau semestinya ada.

 http://ibnuflp.wordpress.com/2011/11/08/972/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar