.

Minggu, 29 April 2012

Budak Yang Lebih Mulia Dari Para Raja


Atha bin Abi Rabah: Budak Yang Lebih Mulia Dari Para Raja

Teman, maukah kau mendengar kisah Atha bin Abi Rabah, seorang tabi’i (generasi setelah Sahabat Rasulullah SAW). Ia adalah seorang Budak, yang derajatnya lebih mulia dari para Raja!

Syahdan, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik melakukan haji dengan dua puteranya. Pada saat thawaf, beliau mencari seseorang dan menemukannya di sebuah sudut di Masjidil Haram, sedang khusyuk beribadah.

Orang tersebut tua dan kurus. Kulitnya hitam. Hidungnya pesek. Jika ia berdiri, ia nampak seperti seekor gagak hitam.

Sang Khalifah lalu menghampiri orang tua tersebut, menunggunya selesai dari shalat. Satu shalat selesai, lalu dilanjutkan dengan shalat berikutnya, dan Khalifah masih saja menunggu.

Orang tua itu begitu khusyuk dalam shalat demi shalatnya, sempurna dalam tumanina’nya. Sementara Sang Khalifah begitu sabar menunggu orang tua kurus-hitam-pesek shalat, kedua puteranya saling menatap, heran.

Begitu orang tua itu salam, Sang Khalifah segera mendekat. Sedangkan, orang tua itu hanya menyambut kedatangan Khalifah dengan biasa saja, tanpa penghormatan khusus. Kedua putera Khalifah semakin heran.

Demi melihat org tua itu slsai sholat, Khalifah mendekat, mengucap salam, tanya pelbagai hal ttg hukum Islam. Org tua itu menjawab smua prtnyaan Khalifah dg jwbn sempurna.

Selesai tanya pelbagai hal, Khalifah Sulaiman melanjutkan Sa’i dg 2 puteranya. Di antara kerumunan orang sdg Sa’i, terdengar seorang berseru, “Wahai penduduk Mekah! Jgn kalian minta fatwa, selain kpd Atha bin Abi Rabah.

Putera Khalifah heran, lalu bertanya, “Ayahanda, aku dgr orang berseru agar tidak minta fatwa kpd selain Atha bin Abi Rabah. Mengapa Ayahanda minta fatwa kpd org tua miskin tadi?”

Khalifah mnjwb, “Duhai anakku, org yg kita temui tadi, & kita tunduk padanya itulah Atha bin Abi Rabah. Pemilik fatwa Masjidil Haram. Pewaris Abdullah bin Abbas dlm perkara ilmu.”

“Wahai anakku! Pelajarilah ilmu. Dengan ilmu, org HINA jadi MULIA, org BODOH jadi CENDEKIA, & BUDAK lbh tinggi derjatnya dari para RAJA!” Ujar Khalifah Sulaiman kepada puteranya.

Sidang pembaca, untuk lebih mengenal Atha bin Abi Rabah, marilah kita flashback sejenak. Kita tengok ke belakang masa kecil Atha bin Abi Rabah.

Atha kecil adalah seorang budak dari Habasyah. Kulitnya hitam macam Sahabat Bilal. Hidungnya tidak mancung. Rambutnya keriting. Ia dikuasai oleh majikannya, seorang perempuan penduduk Mekah.

Tiap hari, Atha kecil menggunakan waktunya untuk melakukan tiga hal dengan sesempurna-sempurnanya: ibadah kepada Allah, menuntut ilmu dari para Sahabat, dan melayani majikannya sebaik mungkin.

Demi melihat kesungguhan Atha beribadah dan mencari ilmu, sang majikan tergerak hatinya, untuk memerdekakan Atha dari status budak. Atha lalu tinggal di Masjidil Haram, konon sampai 20 tahun.

Guru-guru Atha bin Abi Rabah, adalah para Sahabat Nabi, yang terkenal dalam dan luas ilmunya, seperti Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, dll.

Tentang Atha, Abdullah bin Umar berkata. “Duhai penduduk Mekah, aku heran pada kalian. Di sisi kalian ada Atha bin Abi Rabah, mengapa kalian meminta fatwa kepadaku?”

Tak hanya Khalifah Sulaiman yg begitu menghormati Atha bin Abi Rabah. Khalifah lain pun sangat menghormati Atha bin Abi Rabah, seperti Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.

Dikisahkan oleh Utsman bin Atha Al-Khurasany, ayahnya pernah bertemu Atha ketika hendak menuju istana. Atha hanya menggunakan Himar (keledai) dg baju yg sederhana. Konon, Atha biasa memakai baju seharga tak lebih dari 5 dirham.

Sampai di pintu istana, Khalifah Hisyam sambut Atha dg lebih istimewa dibanding org yg bersamanya. Didudukkan Atha di tempat mewah. Lutut Khalifah begitu dekat dg lututnya. Semua tamu dr kalangan bangsawan terdiam menunggu Atha angkat bicara.

Bertanyalah Khalifah Hisyam kepada Atha bin Abi Rabah, “Duhai ajudan, ada apa gerangan engkau jauh-jauh berkunjung ke tempat kami? Niscaya, akan aku penuhi permintaanmu.”

Atha: “Ya Amirul Mukminin. Berilah santunan kepada penduduk Hijaz & Najd, mereka adalah pemuka umat Islam.” Khalifah: “Baiklah, aku akan memberi mereka sebagian rizki dr yg aku miliki. Apalagi, wahai ajudan?”

Atha: “Berilah santunan penduduk yg hidup di perbatasan. Sungguh, merekalah org pertama yg akan menghadapi musuh jika kita diserang.” Khalifah: “Baiklah, aku akan beri mereka bantuan. Apalagi wahai ajudan?”

Atha: “Lindungilah kaum kafir dzimmy. Janganlah enngkau menarik beban pajak yang terlampau berat.” Khalifah: “Baiklah, akan kukabulkan permintaanmu. Lantas apalagi, wahai ajudan?”

Atha: “Ya Amirul Mukminin. Bertaqwalah kpd Allah, jgn berlaku dzalim. Sungguh, manusia diciptakan dlm keadaan sendiri. Dimatikan dlm keadaan sendiri. Dibangkitkan dlm keadaan sendiri. Dihisab dlm keadaan sendiri.” Khalifah menangis. Air matanya jatuh ke tanah.

Lalu, Atha bin Abi Rabah pergi tinggalkan istana. Khalifah meminta pengawalanya memberi hadiah kepada Atha, namun beliau menolak. Bahkan, Atha tak minum air yg disajikan di istana, barang setetes pun.

Teman, demikianlah kisah Atha bin Abi Rabah. Dari budak, tuntut ilmu dg sungguh2 & penuh ikhlas, lalu jd lebih mulia derajatnya dari para Raja. Pemilik fatwa Masjidil Haram, & pemuka para Ulama.

Demikianlah, sebagaimana janji Allah di dalam Al-Quran, bahwa Ia akan mengangkat orang berilmu beberapa derajat. Semoga kisah Atha bin Abi Rabah ini jd penyemangat kita dlm menuntut ilmu.

–SELESAI–

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwwah



:: Allahu yarham, Syaikh Tarbiyah, Ustadzuna Rahmat Abdullah ::

Mungkin terjadi seseorang yang dahulunya saling mencintai akhirnya saling memusuhi dan sebaliknya yang sebelumnya saling bermusuhan akhirnya saling berkasih sayang. Sangat dalam pesan yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW : “Cintailah saudaramu secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi kekasih yang kau cintai.” (HR. Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, Daruquthni, Ibn Adi, Bukhari).


Ini dalam kaitan interpersonal. Dalam hubungan kejamaahan, jangan ada reserve kecuali reserve syar’i yang menggariskan aqidah “La tha’ata limakhluqin fi ma’shiati’l Khaliq”. Tidak boleh ada ketaatan kepada makhluq dalam berma’siat kepada Alkhaliq. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Hakim).

Doktrin ukhuwah dengan bingkai yang jelas telah menjadikan dirinya pengikat dalam senang dan susah, dalam rela dan marah. Bingkai itu adalah : “Level terendah ukhuwah (lower), jangan sampai merosot ke bawah garis rahabatus’ shadr (lapang hati) dan batas tertinggi tidak (upper) tidak melampaui batas itsar (memprioritaskan saudara diatas kepentingan diri).

Bagi kesejatian ukhuwah berlaku pesan mulia yang tak asing di telinga dan hati setiap ikhwah : “Innahu in lam takun bihim falan yakuna bighoirihim, wa in lam yakunu bihi fasayakununa bighoirihi” (Jika ia tidak bersama mereka, ia tak akan bersama selain mereka. Dan mereka bila tidak bersamanya, akan bersama selain dia). Karenanya itu semua akan terpenuhi bila ‘hati saling bertaut dalam ikatan aqidah’, ikatan yang paling kokoh dan mahal. Dan ukhuwah adalah saudara iman sedang perpecahan adalah saudara kekafiran (Risalah Ta’lim, rukun Ukhuwah).

Mencari mutiara di dasar hati




Berdoalah pada Allah agar Ia menyingkapkan ilmu-Nya tentang diri. Sebagaimana senandung do’a yang dilantunkan Yusuf bin Asbath, murid Sofyan Ats Tsauri : “Allahuma arrifni nafsii”. Ya Allah kenalkan aku dengan diriku..

Jiwa manusia banyak menyimpan rahasia. MIsteri hati dan jiwa manusia sulit dikenali dengan baik kecuali dengan bantuan Allah. Karena itu ulama terkenal yang ahli dalam masalah kejiwaan Sahal bin Abdilllah mengatakan bahwa mengenali diri sendiri itu lebih sulit dan lebih halus daripada mengenali musuh. Dimana aib dan kekurangan yang terselubung dalam diri, sangat sulit dideteksi dan harus dibuka oleh Allah agar seseorang dapat membersihkan diri dan jiwanya.*


“Ya allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya.
Di dalam ucapanku cahaya.
Jadikanlah pada pendengaranku cahaya.
Jadikan penglihatanku cahaya.
Jadikanlah dari belakakangku cahaya dan dari depanku cahaya.
Jadikanlah dari atasku cahaya.
Dari bawahku cahaya.
Ya allah berikanlah kepada cahaya dan Jadikanlah aku cahaya”
(HR. Muslim dan Abu Dawud)



Boleh jadi banyak orang lebih terpukau oleh kekuatan dan kebesaran lahiriah, daripada kekuatan dan kebesaran ruhani. Tapi kekuatan ruhani tetap menjadi kekuatan inti setiap orang. Cinta kasih atau kebencian semata-mata karena ruh. Sedangkan tubuh hanya mengikuti ruhnya.

Mencari mutiara di dasar hati -Muhammad Nur Asni-

Mendambakan Kader Dakwah Visioner

“Janganlah kalian jadikan impian kalian kecil, sebab kulihat tak ada yang lebih menjauhkan kemuliaan dari pada impian yang rendah” (Umar Bin Khattab)

Mujahid dakwah

Dakwah merupakan sebuah tugas mulia dimana orang-orang yang menginginkan kemuliaan yang akan berani mengembannya. Agama ini agama mulia yang Allah turunkan kepada umat manusia, makhluk mulia yang diciptakan Allah dengan berbagai macam kelebihan maka harus diperjuangkan dengan cara-cara mulia. Sudah barang tentu kemuliaan didapatkan tidak dengan berleha-leha tapi dengan perjuangan dan pengorbanan. Kerja dakwah merupakan kerja-kerja nyata yang membutuhkan langkah-langkah konkrit, tepat, efektif dan akumulatif sehingga progresifitasnya akan terlihat.

Kegemilangan dakwah akan didapat ketika para pengemban dakwah memilki visi dan misi yang jauh kedepan, idealis, reformis dan senantiasa optimis. Akan dibawa kemanakah arah perjuangan dakwahnya?, untuk siapa perjuangan dakwahnya?, dan atas dasar apa perjuangan dakwah ini ditegakkan?. Fenomena banyaknya kader dakwah yang berguguran dijalan dakwah sudah menjadi makanan sehari-hari dalam dunia aktivitas dakwah belakangan ini. Itu disebabkan karena begitu banyaknya kader dakwah yang tidak memiliki idealisme juga mimpi-mimpi tinggi. Beberapa hal yang ditinggalkan sebgaian para kader dakwah salah satunya masalah jelasnya tujuan dari dakwah mereka.

Seorang kader dakwah yang memiliki mimpi-mimpi kedepan tentu akan selalu mencari inovasi-inovasi baru dalam pergerakan dakwahnya ketika mengalami kebuntuan dalam kinerjanya. Dia tidak akan bosan melakukan instrument-instrumen baru yang penuh imajinatif dan daya kreatif tinggi meskipun kegagalan kerap menghampiri. Mimpi-mimpinya tidak hanya sebatas dalam waktu singkat antara 1 sampai 3 tahun saja tapi untuk beberapa tahun kedepan dan untuk masa depan dengan harapan meskipun dia sudah tiada semangat dakwahnya akan terus bertahan dan beregenerasi. Karena dia akan faham bahwasannya seorang kader dakwah yang baik dia tidak akan melihat keberhasilan dakwah secara singkat tapi melihat secara jauh kedepan.

Dunia dakwah saat ini membutuhkan kader-kader dakwah visioner, yang bergerak atas dasar keyakinan dan kesungguhan meyakini kemenangan. Penuh sifat perjuangan dan keteguhan akan janji Allah pada kemenangan islam. Niat dan tujuannya tidak sedikitpun berubah dan terlempar dalam asholah dakwah sesungguhnya. Halangan dan rintangan yang datang dan pergi dilaluinya dengan optimisme dan kesabaran. Duri dan batu terjal yang menghadang dilewati dengan kerja keras dan kerja cerdas tanpa mengeluh dan menyerah. Pergerakan dakwahnya akan senantiasa berorientasi pada kemenangan bukan kekalahan apalagi keterpurujan dan keputusasaan.

Seorang kader dakwah yang visioner akan senantiasa berada pada garda terdepan dan selalu istiqomah dalam menghadapi setiap problematika dakwah yang diahdapinya. Dia tidak akan pernah gentar sedikitpun terhadap tribulasi (hambatan-hambatan) dakwah yang ditemuinya. Dia akan selalu menancapkan keyakinan dalam dirinya bahwasannya semua problematika akan bisa dilalui dengan penuh keindahan pada akhirnya. Setiap halangan dan rintangan tidak akan pernah merubah dan menggoyahkan mimpi-mimpinya meskipun terasa mustahil untuk direalisasikan namun dia akan senantiasa yakin akan jalan yang dilalui.

Dia yakin dengan mimpi-mimpi, optimisme akan tetap terjaga dan perjuangan akan selamanya berkobar dalam dadanya. Pesimisme dan kelemahan akan senantiasa di tinggalkan dalam lubang hitam khayalan yang tak pasti dalam relung hatinya. Semangat akan perjuangan akan terlihat dalam kesehariannya meskipun keterpurukan dan ketidak berdayaan sedang dialami. Raut wajahnya tidak akan menunjukkan sikap lemah dan frustasi tetapi senyum semangat yang akan selalu terlihat, itulah ciri-ciri pribadi kader dakwah yang visioner.

Saya teringat perkataan sayyid quthb ketika beliau akan dihukum gantung. Beliau mengajak kita untuk meneruskan perjuangan mulia ini dengan harapan bahwa keyakinan akan kemuliaan islam senantiasa menjadikan kita teguh dan kuat dalam perjalanan ini. Beliau mengajak kita untuk senantiasa berfikir kedepan dan jauh nan luas dimasa yang akan datang akan kemenangan islam.

Seandainya kau tangisi kematianku
Dan kau siram pusaraku dengan air matamu
maka di atas tulangku yang hancur luluh
nyalakanlah obor buat umat mulia ini
dan teruskan perjalanan ke gerbang jaya

Kematianku adalah suatu perjalanan
mendapatkan kekasih yang sedang merinduku
taman-taman di surga bangga menerimaku
burung-burung berkicau riang menyambutku
bahagialah hidupku di alam abadi

Seandainya kau tangisi kematianku
Dan kau siram pusaraku dengan air matamu
maka di atas tulangku yang hancur luluh
nyalakanlah obor buat umat mulia ini
dan teruskan perjalanan ke gerbang jaya

Kuasa kegelapan pasti akan hancur
dan alam ini akan di sinari fajar lagi
biarlah rohku terbang mendapatkan rinduNya
janganlah gentar berkelana di alam abadi
nun di sana fajar sedang memencar

Begitu idealis dan perfeksionis bagi saya seorang sayyid quthb belum ada mujahid dakwah yang mampu berjuang secara totalitas sebagaimana yang beliau lakukan msa itu. Seorang mujahid dakwah yang senantiasa memberikan hidupnya untuk dakwah dan hari-harinya untuk umat ini. Keyakinannya akan kemenangan islam begitu sulit untuk dilihat secara rasioalitas. Meskipun hukuman mati sedang dihadapinya tapi tak sedikitpun jiwa gentar dan rasa takut beliau perlihatkan kepada kita. Meskipun kita tidak berada pada kondisi zaman saat itu, tapi semua bisa dilihat dari kata-kata terakhirnya yang begitu menginspirasi kita semua.

Seorang kader dakwah yang visioner tidak akan pernah berorientasi pada hasil dalam setiap kerja dakwahnya. Dia akan senantiasa berorientasi pada proses kerja-kerjan nyata. Pergerakan dakwahnya akan dibangun diatas kesunguhan, tujuan yang jelas, manhaj yang benar dan militansi tanpa batas. Dia akan senantiasa berpedoman pada nasehat syahid hasan al banna “dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama da’wah dan da’wah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal besama orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban da’wah ini” .

Dakwah yang dibangun diatas keputusasaan akan melahirkan generasi muda muslim yang layu dan tak berkembang. Dakwah yang dibangun diatas keterpurukan akan melahirkan peradaban islam yang kotor dan jahiliyah. Kemuliaan islamakan terealisasi ketika dakwah dilakuakn dengan perjuangan yang mulia penuh dengan pengorbanan dan impian mulia. Dikerjakan oleh orang-orang dengan totalitas dan kwalitas yang baik tidak terkontaminasi syubhat-syubhat dan nilai-nilai kejahiliyahan. Kader dakwah yang visioner akan senantiasa menghambakan dirinya untuk perjuangan demi kemuliaan islam. Berkorban harta,benda bahkan nyawa menjadi kewajiban baginya, berada dalam aktivitas perjuangan menjadi keseharianya.

Saya berharap untuk kalian semua wahai para aktivis dakwah, baik aktivis dakwah kampus, sekolah, kantor, keliling dan lainnya dai-dai muda pilihan Allah. Teruslah gelorakan semangat perjuangan ini, semoga Allah selalu memberikan keistiqomahan, keikhlasan dan kesungguhan hati kepada kalian semua. Janganlah menyerah dalam perjuangan ini, yakinlah akan janji Allah, teruslah bekerja dalam dakwah, percayalah pertolongan Allah amatlah dekat untuk kalian semua. Jagalah keistiqomahan kalian ikhwah, senantiasa bersabarlah terhadap setiap halangan dan rintangan dalam dakwah itu semua akan menjaga kemuliaanmudisi Allah SWT.

Berikut ini sebuah nasehat dari seorang mujahid dakwah sayyid quthb semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya. “Sabar mesti ada dalam semua ini, sabar mesti ada dalam ketaatan, dalam menahan diri dari kemaksiatan, dalam memerangi org2 yang menentang Allah, dalam menghadapi muslihat dengan beragam coraknya, dalam menanti lamanya pertolongan, dalam menanggung lamanya keletihan, dalam mengenyahkan kebatilan, dlm sedikitnya penolong, dalam panjangnya jalan berduri, dalam menghadapi kebengkokan jiwa, kesesatan hati, kepayahan penentangan, dan terobeknya kehormatan.” Wallahu’alam…


CiNta di RuMah HasaN AL-BaNNa



Biasnaya Anggapan tentang pendidikan anak hanya tanggung jawab seorang ibu masih berkembang di masyarakat, memang tak ada yang menafikkan peran-peran besar yang ada di tangan seorang ibu bagi masa depan anak-anaknya. Bagaimanapun ibu mempunyai pengaruh pada perkembangan kepribadian anak, sehingga mereka bisa merasakan kenyamanan, keteduhan, dan kepercayaan diri yang kuat menjalani hidupnya, lalu bagaimanakah peran seorang ayah…???

Tulisan ini akan membuka sedikit demi sedikit lembar kehidupan seorang ayah dalam pembinaan keluarganya. 
sebuah kisah yang diambil dari sejumlah wawancara beberapa media terhadap anak-anaknya, yang mengurai pengalaman dan kenangan mereka saat ayah mereka hidup. yang sehari-ari begitu padat dengan aktifitas di luar rumah. dialah Imam Syahid Hasan Al-Banna, Semoga Allah SWT merahmatinya..

Mari Bertamu Kerumah Hasan Al-Banna…

Al-Banna rahimahullah dirumahnya adalah seorang ayah yg kebaikannya begitu mengesankan anggota keluarga, ia memberi contoh yang agung dalam penunaian misi seorang ayah yang berhasil..beliau dikarunia 6 orang anak (Wafa, Ahmad Saiful Islam, Dr.Tsana, Ir.Roja’, Dr.Halah, Dr.Istisyhad)

Praktek Tarbiyah Hasan Al-banna…


1. Makan Bersama yang menjadi prioritas..
Imam Hasan Albanna mempunyai catatan memukau dalam sejarah kehidupan dakwahnya,beliau telah berhasil membentuk sebuah gerakan dakwah “Ikhwanul Muslimin” hanya 6 Bulan,membentuk sayap Al ikhwan di 20 negara, dan membentuk 2 ribu cabang. Tapi ternyata beliau masih mampu menyempatkan waktu untuk makan bersama anak2nya di rumah, saat-saat ini merupakan waktu yang prioritas bagi beliau. Siapakah diantara para juru dakwah yang merasa tidak punya waktu lagi hanya sekedar makan bersama anak-anak di rumah??

2. Tak ada suara keras di Rumah kami..
Tsana Bercerita,”Kami tidak pernah merasakan adanya beban kegiatan yang dirasakan ayah selama di rumah. Misalnya saja kami tidak melihatnya seperti kebanyakan orang yang kerap berteriak atau bersuara keras di dalam rumah dan semacamnya sebagai akibat dari tekanan mental dan fisik setelah banyak beraktifitas di luar rumah. Jika anda baca bagaimana kehidupan ayah, engkau akan lihat bahwa semuanya berjalan sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW.

3. Perhatian Hasan Al-banna…
Anak adalah investasi besar untuk dakwah dan tentu saja untuk kemanusiaan secara keseluruhan. karena itu beliau melakukan perencanaan yang baik untuk semua anak2nya.Beliau menyediakan catatan untuk masing2 anaknya didalam map yang berisikan detail sejarah dan tanggal kelahiran,nomor kelahiran, pola pengaturan makanan bagi si kecil, surat keterangan dokter atau resep dokter yg memeriksa anak2nya,rincian resep yg telah diberikan lengkap dg tanggal kelahirannya, ijazah dan raport anak2nya. sangat -sangat teratur sekali, hampir tak ada tumpang tindih dalam dokumennya.
beliau juga mempunyai kebiasaan yang mungkin jarang dilakukan oleh seorang ayah,beliau biasa membawakan makan pagi ke sekolah TK anak2nya, simak perkataan salah seorang anak beliau, Ir.Roja Hasan Albanna,”Aku ingat, ayah semoga Allah merahmatinya-biasa membawakan makan pagi ke sekolah ku ketika usiaku masih 5 tahun.itu karena perhatiannya begitu besar kepadaku agar aku bisa makan pagi. ketika itu aku memang sering lupa membawa roti untuk makan pagi kesekolah atau mungkin pula makananku diambil oleh teman2-teman di sekolahku. ayah sangat berusaha membawakan makan pagi itu setiap hari ke sekolah meskipun kesibukannya luar biasa. tapi beliau tetap tidak melupakan kami…
Beliau juga sangat perhatian terhadap urusan rumah. beliau menulis sendiri keperluan yang dibutuhkan keluarga setiap bulannya.Puteri Al Banna, Tsana mengatakan,”Ayah mempunyai catatan sendiri tentang kebutuhan bulanan rumah kami.sampai terkait sejumlah bahan makanan yang hanya ada sewaktu-waktu saja sesuai musimnya, semisal kacang, zaitun, nasi dan semacamnya. juga termasuk dalam catatan kebutuhan ayah. ayah memantau baik kapan musim2nya tiba dan membelinya untuk kami dirumah. itu karena ayah tahu, ibu sangat sibuk mengurus rumah.”

4. Menasehati tidak secara langsung
Orang tua memang tidak dianjurkan untuk tidak segera memberi pemecahan langsung terhadap persoalan yang dihadapi anak. itu menjadi salah satu pola pendidikan agar anak terlatih membuat keputusan sendiri, bukan karena suruhan atau tekanan dari pihak lain. Tsana mengisahkan,”ayah pernah memberi nasihat secara tidak langsung kepadaku. Aku ingat ketika saudaraku Saiful islam yang sangat suka membaca cerita komik.ketika itu ayah tidak mengatakan kepadanya, agar buku itu tidak dibaca. tapi ayah pergi dan memberinya kisah2 kemuliaan islam.sampai setelah beberapa waktu meninggalkan sendiri buku Arsin Lobin dan lenih banyak membaca buku dari Ayah. ayah suka mengarahkan kami dengan tidak secara langsung agar apa yang kami lakukan itu tumbuh dari diri kami sendiri, bukan dari perintah ataupun tekanan siapapun.

5. Menyemai Cinta Dengan Cara Langsung
Memberikan arahan, nasihat, memerintahkan, melarang tidak menjamin kesuksesan dalam mendidik anak kecil.Bahkan umumnya,langkah seperti itu saja justru mermancing mereka menolak dan jiwa mereka sempit untuk melakukan sesuatu yg diinginkan. Cara yg baik dan benar adalah dengan menanamkan nilai dalam jiwa melalui cara praktis, misalnya menuntun tangan sang anak untuk melakukan sesuatu sekaligus menjelaskan caranya dengan kecintaan dan kehati2an, serta latihan untuk menerapkannya.
Saiful Islam menceritakan,”Suatu ketika datang sekelompok Ikhwan untuk bertemu ayah.aku menerima mereka dipintu rumah dan segera bertanya,”Apakah kalian datang untuk berkunjung kepadaku atau untuk ayahku?. Lalu mereka menjawab kedatangan mereka untuk ayahku, Baik kalau begitu biarkanlah ayah saja yang membukakan pintu untuk kalian. Aku lalu menutup pintu dihadapan mereka dan meninggalkan mereka begitu saja. Setelah mereka menceritakan peristiwa itu kepada ayahku.ayah lalu datang kepadaku dan bertanya apa yang terjadi. Aku menceritakan kepada ayah,t api ayah tidak marah dan menghukumku. ayah justru menyodorkan kesepakatan yang mengejutkan. Katanya, “Saif, bagaimana bila ayah yg memuliakan tamumu? ayah yg menerima mereka,dan mempersilahkan mereka masuk kemudian memperlakukan mereka sebagaimana tamuku.lalu ketika ada tamu datang untuk berkunjung kepadaku, engkau memperlakukannya sebagaimana tamumu…”setelah itu, tercapailah kesepakatan antara kami untuk memperlakukan tamu dengan baik.dan kesepakatan itu benar-benar terlaksana dg komitmen diantara kami.”saat ditanya tentang usianya saat itu, saiful menjawab,”Ketika itu aku berusia 10 atau 11 tahun”.

6. Ayah dan ibu kami, pasangan romantis dan harmonis..
Hubungan yang harmonis dan baik antara ayah dan ibu, mempunyai pengaruh dahsyat dalam perilaku anak.ayah dan ibu adalah figur hidup dan pengalaman nyata bagi seorang anak, yang akan kuat tertanam dalam pikiran dan jiwanya.seorang anak akan membina nilai2 hubungan yang baik itu dan akan memberi manfaat besar kala ia dewasa dan menikah.
Tsana, puteri Hasan Al BAnna menceritakan,”Pernah suatu hari ayah pulang agak malam dan ibuku sedang tidur. Ketika itulah saya bisa melihat penerapan firman Allah SWT,”Dan (Dia) menjadikan di antara kalian rasa kasih dan sayang”..Ketika itu ayah tidak membangunkan ibu sama sekali, sampai ayah menyiapkan sendiri makannannya dan seluruh keperluannya untuk menjamu makan malam untuk para Ikhwan yang datang.Ayah kulihat masuk ke dapur dan mempersiapkan makan malam sendiri. Ayah tahu letak semua bumbu dan perabotan di dapur lalu secara bertahap ayah menyiapkan makanan, kue dan minuman untuk para ikhwan. Ayah juga menyediakan roti dan menyusun meja makan sampai mereka bersantap malam bersama.
Saiful Islam menceritakan hal yang serupa.Katanya,”Jika pulang larut malam,ayah tidak pernah mengganggu seorangpun. Padahal kunci rumah kami cukup panjang sehingga jika dibuka apalagi dengan serampangan, pasti akan menimbulkan bunyi, suatu malam aku belajar hingga larut malam. Betapa terkejutnya aku ketika melihat ayah sudah berda di dalam rumah, padahal aku tidak pernah mendengar suara pintu terbuka. ternyata ayah membuka pintu dengan sangat hati2 dan sepelan mungkin.

7. Ayah Memberi kami hukuman
Tradisi lemah lembut dalam mengelola keluarga mempunyai bvanyak manfaat. lemah lembut akan menambah ikatan batin antara anggota keluarga dan memperkuat pertalian keluarga.
Saiful Islam menceritakan, Hukuman yang paling berat yang diberikan ayah kepada salah seorang diantara kami adalah jeweran di telinga, Suatu ketika, telingku dijewer dan ini merupakan hukuman yang paling berat yang aku rasakan. Masalahnya,suatu pagi ada kesalahan yang aku lakukan, tapi ketika siang harinya,sekitar jam 11 siang, ayah meneleponku untuk menenangkan aku dan memperbaiki hubungan kami. Peristiwa itu sangat berpengaruh pada jiwaku.
Tsana mengatakan,”jarang sekali ayah menghukum kami kecuali bila ada suatu yang memang dianggap kesalahan berat atau terkait dengan pelanggaran perintahnya yang sebelumnya sudah diingatkan kepada kami. Aku mendapat hukuman 2x dari ayah, kali pertama ketika aku keluar tanpa memaki sandal dan kedua ketika aku memukul pembantu di rumah.Suatu ketika aku duduk diatas tangga dan melihat ayah datang dari kejauhan. Aku segera bangun dan menghampirinya tanpa menggunakan sandal. Padahal ayah sudah mempersiapkan sandal untuk bermain dan sepatu untuk kesekolah. Ketika itu ayah melihatku sebentar saja, hanya sepintas.dan saat itu pula aku sadar bahwa pasti aku akan mendapatkan hukuman, aku segera kembali ke rumah. Setelah para ikhwan pulang,ayah masuk keruang makan dan memanggilku.aku datang dengan langkah lambat karena takut.ayah berkata,: “Duduklah di atas kursi dan angkat kedua kakimu.”Ayah lalu memukulku dengan penggaris pendek.masing2 kaki dipukul 10x.tapi terus teang sebenarnya aku ingin tertawa,karena pukulannya pelan sekali sampai aku tidak merasakannya. Ayah hanya ingin membuatku mengerti bahwa aku telah melakukan kesalahan.”

8. Ayah Menemani Kami saat bermain
Permainan merupakan masalah penting dalam membangun karakter anak saat kecil.Dahulu Rasulullah SAW juga biasa bermain dan bercanda dengan anak2 kecil.disanalah Beliau memberikan rentang waktu untuk mengistirahatkan jiwa. anak yang dapat kesempatan bermain dan bercanda d4engan orang tuanya akan hidup dalam suasana yang menggembirakan. jauh dari sikap kasar dan bisa tumbuh besar dengan sikap yang baik.
Tsana menceritakan, “Ayah membawakan kami sandal untuk bermain dan sepatu untuk ke sekolah, saat liburan, Ayah selalu mengajak kami berjalan, jika ayah mengajak kami, kami tidak lepas dari pantauannya.Ayah juga mengajak kami ke rumah nenek dan paman, agar kami bisa melewati liburan di rumah mereka.kami menikmati kebun2 hijau dan taman2 yang indah. kami melewati hari yang sangat bahagia dalam masa kanak-kanak kami di tempat yang indah ini.

Referensi buku : “Cinta di Rumah Hasan Al – Banna”. oleh : Muhammad Lili Nur Aulia.

Analisis Antioksidan dari Garcinia Mangostana


Analisis Kandungan Antioksidan dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L) dan Uji Aktivitasnya pada Asam Oleat

Lemak dan minyak mudah mengalami kerusakan akibat proses oksidasi. Untuk memperlambat proses
oksidasi tersebut, diperlukan penambahan anti-oksidan. Namun, penggunaan anti-oksidan sintetik dewasa
ini mulai mendapat perhatian serius karena ada yang bersifat merugikan. Oleh karena itu pengembangan anti-oksidan yang berasal dari alam, yang relatif lebih mudah didapat dan aman, tengah digalakkan saat ini.

Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) yang telah dipekatkan dari hasil maserasi dalam
metanol, kemudian difraksionasi menghasilkan fraksi etil asetat dan butanol. Sebanyak 20 mg dari masingmasing
sampel diuji aktivitasnya dengan menggunakan minyak kedelai. sebagai (500 mg) sebagai substrat
dan FeC13.6H20 (0,02 mg) sebagai katalis. Metodenya yaitu dengan proses inkubasi pada suhu konstan 60
°C selama 30 hari. Ukuran aktivitasnya dinyatakan sebagai waktu inkubasi yang diperlukan sampel untuk
mencapai penambahan berat 2% (10 mg). Uji aktivitas awal ini menunjukkan bahwa hanya fraksi butanol
yang tidak mempunyai kemampuan aktivitas anti-oksidan,

Pemisahan lebih lanjut terhadap fraksi etil asetat, diperoleh fraksi asam kuat, fraksi asam lemah, dan fraksi
netral. Urutan aktivitas dari ketiga fraksi tersebut, pada penambahan 20 mg, yaitu : Fraksi asam kuat > fraksi
asam lemah jika dibandingkan terhadap BHA, BHT, dan Tokoferol. Sedangkan fraksi netral tidak
menunjukkan aktivitas anti-oksidasi. Pemurnian fraksi asam lemah dengan kolom kromatografi, dihasilkan
Zat A (7,6% ), Zat B (3,8% ), dan Zat C (3% ). Aktivitas Zat B lebih baik dibandingkan dengan Zat A dan
Zat C, jika dibandingkan terhadap BHA dan Tokoferol.
Uji kualitatif awal terhadap zat A, zat B, dan zat C dengan metode Spray menunjukkan adanya senyawa
fenol, sedangkan untuk uji golongan alkaloid dan flavanoid memberikan hasil yang negatif, ini berarti
bahwa anti-oksidan yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis adalah golongan fenolik.

Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Fenol biasanya dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka penyusunnya. Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid, yang merupakan senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan.



Buah Manggis (Garcinia mangostana) adalah tumbuhan tropika malar hijau dan dipercayai berasal dari Asia Tenggara. Pokok manggis boleh tumbuh daripada 7 hingga 25 meter dan menghasilkan buah manggis berwarna ungu pekat yang boleh dimakan. Buah manggis dikenali sebagai “ratu segala buah”.

Dari hasil suatu penelitian, buah manggis buah asli Asia Tenggara ini dapat menghasilkan xanthone, yaitu zat yang terbentuk dari hasil isolasi kulit buah manggis. Kadarnya mencapai 123,97 mg per ml. Xanthone mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan.

Buah Manggis merupakan komoditas buah yang berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan karena memiliki antioksidan yang menangkap radikal bebas dan mencegah keruakan sel sehingga proses degenerasi sel terhambat. Tidak cuma daging buah manggis yang kaya vitamin C-66 mg, tetapi juga kulit yang multi khasiat yaitu antikanker, antioksidan, mujarab mengatasi jantung koroner, HIV, dan sebagainya.

BERBAGAI SUMBER



Sabtu, 28 April 2012

Indahnya Ta’aruf Secara Islami





Oleh : Zahrina Nurbaiti
BaitiJannati – Sengaja kugoreskan tulisan ini, kado untuk teman-teman FB ku yang sedang ta’aruf, atau yang akan melakukan ta’aruf secara Islami. Juga bagi pasangan yang sudah pernah melakukan ta’aruf Islami,kado tulisan ini kupersembahkan sebagai kenang-kenangan yang terindah yang pernah dilalui dahulu. Kudoakan semoga Allah SWT selalu memudahkan dan melancarkan ta’aruf Islami yang sedang atau akan berlangsung. Bagi pasangan yang sudah melakukan ta’aruf Islami, semoga langgeng pernikahannya, hingga kematianlah yang memisahkan kita dari pasangan kita. Aamiin


Bagi setiap aktivis da’wah, yang sudah memilih da’wah sebagai jalan hidupnya, tentunya harus memiliki kepribadian Islamiyyah yang berbeda dengan orang-orang yang belum tarbiyah tentunya. Salah satu akhlak (kepribadian Islami) yang harus dimiliki setiap ikhwan atau akhwat adalah ketika memilih menikah tanpa pacaran. Karena memang dalam Islam tidak ada konsep pacaran, dengan dalih apapun. Misalnya, ditemani orang tualah, ditemani kakak atau adiklah sehingga tidak berdua-duan. Semua sudah sangat jelas dalam Alqur’an surat Al Isra ayat 32 yang artinya ”Dan janganlah kamu mendekati zina ; (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”. Apalagi sudah menjadi fihtrah bagi setiap pria pasti memiliki rasa ketertarikan pada wanita begitu pula sebaliknya. Namun Islam memberikan panduan yang sangat jelas demi kebaikan ummatnya. Mampukah tiap diri kita menata semua, ya perasaan cinta, kasih sayang benar-benar sesuai dengan syari’ah? Dalam buku Manajemen Cinta karya Abdullah Nasih Ulwan, juga disebutkan, cinta juga harus dimanage dengan baik, terutama cinta pada Allah SWT, Rasulullah SAW, cinta terhadap orang-orang shalih dan beriman. Jadi tidak mengumbar cinta secara murahan atau bahkan melanggar syariat Allah SWT.

Lalu bagaimanakah kiat-kita ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah, berikut pengalaman penulis 14 tahun lalu yaitu :


1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.


2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.


3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.

Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir.


4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).

Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut.


5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.


6.Menentukan Waktu KhitbahSetelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.

7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.

Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.

Teriring doaku yang tulus kepada ikhwah dan akhwat fillah yang akan melangsungkan pernikahan kuucapkan ”Baarokallahu laka wa baaroka ’alaika wajama’a bainakumaa fii khoirin..

Dan bagi sahabat-sahabatku yang belum menikah, teriring doa yang tulus dari hatiku, semoga Allah SWT memberikan jodoh yang terbaik untuk semua baik di dunia maupun di akhirat..Aamiin ya Robbal ’alamiin. (www.baitijanati.wordpress.com)

Sumber : FB Ustzh Zahrina N

Rabu, 25 April 2012

'Bersabar Dalam Dakwah'





Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum
--------------------------


Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz (putra dari khalifah Umar bin Abdul Aziz) memprotes ayahnya yang tak segera memberantas kemaksiatan segera setelah dilantik menjadi khalifah. Ia berkata : “apa yang menyebabkan ayah tidak segera bertindak? Demi Allah, tidaklah aku akan peduli betapa dalamnya kekuasaan takdir akan menenggelamkan aku dan engkau dalam kebenaran” .

Khalifah Umar bin Abdul Aziz berka...ta : “Anakku, janganlah tergesa-gesa, karena Allah SWT telah mencela khamr(arak) sampai 2 X dan baru kali yang ketiga Dia mengharamkannya. Aku khawatir bila memaksakan kebenaran atas manusia secara sekaligus, maka mereka justru akan mengingkari kebenaran secara sekaligus pula sehingga timbullah fitnah yang besar” (Kitab Al Muawafaqat wal Ihtiyat Jilid II)

Demikianlah pemahaman Khalifa Umar bin Abdul Aziz karena kedalaman ilmunya dan pengertiannya akan syari’at, tidak seperti yang disangkakan sebagian pemuda yang terburu nafsu, yang menganggap penerapan bertahap dan perlahan-lahan adalah sebuah sikap lemah, pengecut dan takut pada manusia.

Perlu diketahui, bahwa ayat pertama yang mengecam khamr baru turun di Madinah pada tahun ke-3 Hijriyyah setelah perang Badr artinya 3 tahun setelah Rasulullah pindah ke Madinah. Sehingga sebagian sahabat termasuk Umar bin Khattab saja masih sering shalat dalam keadaan mabuk.

Mengapa Allah membiarkan hal itu demikian lama? Padahal di mata kita saat ini mabuk adalah sesuatu yang sangat tercela. Mengapa Allah tidak menurunkan ayat itu di awal-awal kepindahan Rasulullah SAW ke Madinah? Bukankah saat itu telah tegak masyarakat Islam?

Sedangkan pengharaman total lewat ayat yang ketifa baru terjadi pada tahun ke-6 Hijriyyah setelah perjanjian Hudaibiyyah, yaitu menjelang Fathu Mekkah. Allah lebih mementingkan perintah sholat 5 waktu (melalui peristiwa Isra Mi’raj) ketimbang persoalan khamr, yaitu turun 3 tahun sebelum Hijrah ke Madinah (atau pada tahun ke-11 masa kenabian).

Demikianlah, niat baik mengubah kemungkaran dalam masyarakat bisa jadi berbalik menjadi fitnah jika kita tidak mempertimbangkan fiqih da’wah dan realita dalam masyarakat. Apabila Anda risau dan geram dengan maraknya kemaksiatan dan kesesatan, maka kami pun sama risaunya dengan Anda. Namun hendaknya rasa risau ini tidak menyeret kita kepada sikap keras atau berlebihan dalam dakwah.

Sebagian pemuda mungkin terlalu bersemangat dalam berdakwah dan ingin melihat perubahan segera, namun hendaknya kita semua bersabar dalam dakwah. Fenomena ini bisa terjadi pada kelompok dakwah mana saja. Terkadang kesesatan itu sudah berakar dan melembaga ratusan tahun sedangkan sikap terburu nafsu itu justru akan mendatangkan fitnah bagi dakwah Islam itu sendiri. Sabar itulah alat perjuangan kita.

Bukankah Allah telah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S. Al-Baqarah : 143) Bahkan sabar disebutkan lebih dulu dari sholat, karena untuk melaksanakan sholat pun diperlukan kesabaran dan tumakninah (tidak terburu-buru). Ini semua mengandung ibroh bahwa segalanya harus dilakukan dengan sabar.

Jika ada yang berdakwah dengan cara terburu nafsu serta meninggalkan tutur kata yang santun dalam memperingatkan manusia, maka kami berlepas diri dari cara dakwah seperti itu. Bahkan Al-Qur’an pun melarang mencaci maki sembahan orang musyrik? Padahal jelas itu adalah kesesatan yang berat, namun tetap saja kita diminta untuk bertutur kata baik.

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al- An’am : 108)

Demikian pula Allah menyuruh Musa bertutur kata baik dalam memperingatkan Fir’aun yang nyata-nyata mengaku dirinya Tuhan.“Pergilah kamu, hai Musa dan Harun kepada Firaun, nasihatilah dengan nasihat yang baik dengan bahasa yang halus, mudah-mudahan ia mau ingat dan menjadi takut kepada Allah”. (Q.S. Thaha : 44)

“Maka karena rahmat Allah kepadamu maka kamu bersikap lemah-lembut kepada mereka, dan jika sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar maka mereka akan lari darimu” (Q.S. Ali-Imran:153).

Jika ada yang sangat getol meneliti dan mentakhrij hadits, dan membatasi diri pada hadits-hadits yang sahih dari Rasulullah SAW. Maka kami sepakat dengan mereka bahwa kami pun peduli pada hadits-hadits yang sahih. Namun perlu diketahui bahwa sikap ulama berbeda-beda dalam mengambil hadits-hadits dhaif (asalkan bukan hadits ma’udhu) yaitu untuk masalah fadhilah amal (keutamaan suatu amal), targhib (motivasi melakukan kebaikan) dan tarhib (peringatan meninggalkan larangan), serta manaqib dan sejarah .

Imam As-Suyuthi berkata: “Bila kami meriwayatkan hadits masalah halal dan haram, kami ketatkan. Tapi bila meriwayatkan masalah fadhilah dan sejenisnya, kami longgarkan”.

Imam -Nawawi berkata: "Boleh memperlonggar (tasahul) dalam menyampaikan sanad-sanad yang lemah (dha'if) dan meriwayatkan hadits dha'if yang tidak maudhu' serta mengamalkannya, dalam hal yang tidak berkaitan dengan sifat-sifat Allah, hukum-hukum halal dan haram, dan yang tidak berkaitan dengan akidah dan hukum-hukum." (Tadrib al-Rawi, 1/162).

Demikian pula terkadang suatu hadits didhaifkan oleh ulama yang ini tapi dikuatkan oleh yang lain. Terkadang perawi sebuah hadits dikatakan gugur atau cacat oleh ulama yang satu tapi dikatakan tidak mengapa oleh ulama yang lain. Atau terkadang suatu hadits yang dha’if dari satu jalur periwayatan namun bisa berubah menjadi tidak dha’if karena dikuatkan oleh hadits yang redaksinya sama atau maknanya sama, dari jalur yang lebih kuat (hasan li ghairihi).

Kami sangat mengapresiasi semangat yang tinggi dalam menerapkan sunnah. Kami juga sangat menghargai sifat wara’ (kehati-hatian terjerumus pada yang haram sampai-sampai menghindari melakukan sesuatu yang halal jika dikhawatirkan akan membawa kepada yang haram).

Namun hendaknya sikap ini bukan untuk diaplikasikan kepada orang umum, karena kemampuan setiap orang dalam melaksanakan perintah itu berbeda. Sahabat Nabi SAW banyak yang bersikap wara’ namun mereka hanya menerapkan kepada dirinya sendiri dan tidak mewajibkannya kepada orang lain.

Dari Abu Mas’ud Al-Anshari Nabi bersabda “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya di antara kalian ada yang senang membuat orang lari dari agama. Oleh karena itu, siapa pun di antara kalian yang menjadi imam shalat, maka hendaknya ia memperingan shalatnya. Sebab di belakangnya ada orang tua, anak kecil, dan orang yang mempunyai keperluan!

Jika ada di antara mereka yang memiliki ghiroh yang tinggi untuk memberantas bid’ah dan khurafat maka kami pun bersama mereka. Jika mereka membenci tasyabuh (menyerupai) kaum kafir, maka kami pun tidak sudi menyerupai kaum kafir. Namun perlu didudukkan dahulu definisi dari bid’ah dan tasyabuh itu.
Terlalu men-generalisir (pukul rata) dalam definisi bid’ah dan tasyabuh akan membawa sikap terlalu memudahkan menuduh pihak lain. Kita tidak mau terjebak pada simplifikasi (terlalu menyederhanakan) batasan bid’ah dan tasyabuh. Kita juga tidak ikut-ikutan terlalu mudah menuduh pihak lain melakukan bid’ah, terlebih jika menyimpulkan saudara kita sebagai murtad dan kafir.

Karena Rasulullah SAW bersabda :
Abdullah bin Umar r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda : Tiap orang yang berkata pada saudaranya : “hai kafir!” maka pasti akan menimpa pada salah satunya (Bukhari Muslim).

Seorang muslim hendaknya bersifat pertengahan antara melampaui batas (ifrath) dan meremehkan (tafrith). Maka kami tidak sepakat jika semangat salaf itu kemudian menjadikan kita memberat-beratkan masalah walaupun tidak berarti kita meremehkan masalah. Salah satu sifat memberat-beratkan masalah adalah ketika terlalu mendetil dalam sesuatu yang sebenarnya dapat ditolerir dan dimaafkan.

Sebagaimana Bani Israil yang terlalu bawel dan detil menanyakan kriteria sapi untuk qurban sehingga hampir-hampir saja mereka akhirnya tidak melaksanakan perintah Allah tsb karena kesulitan sendiri. Kriteria Allah yang semula longgar menjadi terasa ketat dan dipersulit sendiri. Perlu diingat bahwa agama ini bukanlah ilmu eksakta yang menuntut ketelitian hingga nol koma nol nol nol sekian persen.

Permudahlah oleh kalian semua dan jangan dipersulit, gembirakanlah mereka dan jangan disusahkan, bersepakatlah dg mereka dan jangan berselisih.” (HR Bukhari Muslim).

“Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan (beliau berkata sampai tiga kali)”. (H.R. Muslim)

Jika ada di antara mereka yang menganggap bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar itu adalah keluar dari Islam dan kafir, maka kami menghindari cara pandangan seperti itu. Karena Allah sendiri berfirman:

“Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri (zhalim li nafsih) dan di antara mereka ada yang pertengahan (Muqtashid) dan di antara mereka ada yang bersegera melakukan kebajikan (sabiqun bil khairat) dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. Bagi mereka (ketiga golongan itu) surga dan mereka masuk ke dalamnya…” (Q.S. Al-Faathir 32-33)

Lihatlah pada ayat di atas bahwa orang yang muslim itu tetap disebut sebagai hamba Allah yang terpilih walaupun ada di antara mereka yang menzhalimi dirinya sendiri dengan melakukan dosa, namun semuanya akan dimasukkan ke dalam surga.
Maka bagaimana mungkin kami mengatakan pelaku dosa besar itu telah murtad dan kafir? Tugas kita adalah mengingatkan saudara kita untuk kembali ke jalan yang benar dan mengajak mereka bertaubat dengan taubatan nasuha.

“Demi Allah, andaikata Allah memberikan hidayah kepada seseorang disebabkan karena engkau, maka itu lebih baik daripada unta merah (lambang kekayaan orang Arab).” (H.R. Bukhari)


Barakallahufikum..semoga bermanffat buat semua,
Wassalamualaikum

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah


 http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/11/damainya-hidup-dengan-selalu-berfikir.html




Ceramah


Ceramah adalah sarana yang baik untuk menjelaskan sikap, permasalahan politik atau kemahasiswaan kepada para mahasiswa di universitas atau pelajar di sekolah. Ceramah juga bagian dari program tahunan untuk merealisasikan manhaj tarbawi. Untuk itu harus disiapkan jadwal ceramah dan para penceramahnya dengan memperhatikan hal-hal berikut: 

Tema
Sebaiknya tema harus berkaitan dengan:
  • Hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan mahasiswa baik kuliah atau aktivitas mereka.
  • Peristiwa-peristiwa hangat di dalam negeri atau dunia mahasiswa.
  • Masalah-masalah yang memerlukan penjelasan bagi mahasiswa, seperti: perang kebudayaan, obat-obat terlarang, HAM, teknik berkomunikasi, memelihara dan menjaga motivasi, dan lain-lain.
Penceramah
Sebaiknya penceramah ialah:
  • Pribadi yang diterima di kalangan mahasiswa tapi memiliki pemikiran yang benar dan cemerlang.
  • Orang yang menguasai permasalahan yang dibicarakan dan mengetahui poin-poin yang harus difokuskan dalam pembicaraan.
  • Panitia harus menyediakan penceramah cadangan jika penceramah yang telah ditentukan berhalangan hadir.
Publikasi
Publikasi harus menarik dan efektif baik lewat pamflet, poster, dan pengumuman di kelas-kelas sambil menyebutkan dengan jelas waktu pelaksanaannya (mulai dan selesainya acara).

Acara
  • Sebaiknya acara diadakan pada hari-hari perkuliahan sehingga kehadiran peserta lebih banyak, dengan memperhatikan ketepatan waktu.
  • Memperkenalkan penceramah dengan singkat dan memberikan lebih banyak waktu untuknya.
  • Menyediakan kesempatan yang cukup untuk tanya-jawab, karena hal ini lebih mempertajam pembahasan tema pembicaraan.
  • Memberikan penghargaan kepada penceramah dan para hadirin.
  • Memberikan waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan baik langsung atau tertulis sehingga interaksi peserta dengan penceramah lebih optimal.

Cangkir yang cantik





Sepasang kakek dan nenek pergi belanja ke sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, itu cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara, “Terima kasih untuk perhatiaannya. Perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, tetapi orang itu berkata, “Belum!” Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang, Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas!Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata, “Belum!”

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir selesailah penderitaanku. Oh, ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak. 

Wanita itu berkata, “Belum!” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil mengis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi, orang itu tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya karena dihadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku. 


Renungan

Teman, seperti itulah Allah SWT membentuk kita. Pada saat Allah SWT membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi itulah cara mengubah kita agar menjadi cantik dan memancarkan kemulian-Nya.

Teman, anggaplah sebagai kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai cobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna, utuh, dan tak kekurangan suatu apapun.

Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati karena Allah sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan itu memang menyakitkan, tetapi setelah semua proses itu selesai Anda akan melihat betapa cantiknya Alloh SWT membentuk Anda....

Dimana kita memposisikan Alloh SWT dalam kehidupan kita?



Tiada Tuhan selain Allah. Dialah yang menggenggam langit dan bumi, yang mengurus semua makhluk-makhluknya, yang mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, yang artinya “Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, dan juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukan-Ku di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain aku dengan kekecewaan. Akan Aku pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia.

Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, lalu kuputuskan hubungan-Ku dengannya. Mengapa ia berharap kepada selain Aku ketika dirinya sedang berada dalam kesulitan, padahal sesungguhnya kesulitan itu berada ditangan-Ku dan hanya Aku yang dapat menyingkirkannya.


Mengapa ia berharap kepada selain aku dengan mengetuk pintu-pintu yang lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup? Padahal hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapapun yang berdoa memohon pertolongan dari-Ku. Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalau kesulitannya, lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena dosa-dosanya yang besar, lalu aku putuskan harapannya? Siapakah pula yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu tidak Aku bukakan? Dan Akupun telah memenuhi langit-Ku dengan para malaikat yang tidak pernah jemu bertasbih kepada-Ku lalu Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara Aku dan hamba- hamba-Ku, akan tetapi mereka tidak percaya kepada firmanku.

Tidakkah mereka mengetahui, bahwa siapapun yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan, tiada yang dapat menyingkirkannya, kecuali itu, selalu berpaling dari-Ku? Mengapa ia sampai tertipu oleh selain Aku? Aku telah memberikan kepadanya dengan segala kemurahan-Ku apa-apa yang tidak sampai harus ia minta. Ketika itu semua Ku-cabut kembali darinya, lalu mengapa ia tidak memintanya lagi kepada-Ku untuk segera mengembalikannya, tetapi malah meminta pertolongan kepada selain Aku? Apakah Aku yang memberi sebelum diminta, lalu ketika diminta aku berikan? Apakah Aku ini bakhil sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku?

Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu berada ditangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu adalah sifatku? Tidakkah hanya Aku tempat bermuara semua harapan? Dengan demikian siapakah yang dapat memutuskannya daripada-Ku?Adapula yang diharapkan oleh orang-orang yang berharap, andaikan Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku. Akupun lalu memberikan kepada masing-masing orang, pikiran apa yang terfikir pada semuanya. Dan semua yang kuberikan itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku meskipun sebesar debu.

Bagaimana kekayaan yang begitu sempurna akan berkurang, sedangkan Aku mengawasinya? Sungguh alangkah celakanya orang yang terputus dari rahmat-Ku. Alangkah kecewanya orang yang berlaku maksiat kapada-Ku dan tidak memperhatikan Aku. Dan tetap melakukan perbuatan yang haram seraya malu kepada-Ku. 

Alangkah indahnya untaian hadis Qudsi di atas sebagai bahan renungan untuk evalusi diri kita selama in memposisikan Allah sebagai tempat bergantung Utama atau hanya hiasan mulut belaka Allah Tuhan Kita. Mungkin kondisi kita sulit berubah menjadi lebih baik karena terlalu banyak bergantung dengan manusia dan mengesampingkan kebesaran Allah SWT.

Pintu - Pintu Kebaikan



Mu'adz bin Jabal r.a berkata, "Aku pernah berkata, 'Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka'."Beliau menjawab, "Engkau menanyakan sesuatu yang besar, namun hal itu menjadi ringan bagi siapa saja yang diringankan oleh Allah Swt.

Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan- Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah


"Kemudian beliau bersabda, "Inginkah engkau kuberitahukan mengenai pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, shadaqah itu dapat menghapus kesalahan sebagaimana air dapat menghapus api, dan shalatnya seseorang di tengah malam.


" Kemudian beliau membaca surat As-Sajdah ayat 16, (lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan harap-harap cemas.......).


'Kemudian beliau bersabda, "Inginkah kalian kuberitahukan pokok dari segala urusan dan puncak mahkotanya?" Aku menjawab, "Ingin, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Pokok dari segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad.


"Lalu beliau bersabda, "Maukah kalian kuberitahu kunci dari semua itu?" Aku menjawab, "Mau, wahai Rasulullah." Maka beliau menunjuk lidahnya seraya bersabda, "Kendalikan ini." Aku bertanya, "Wahai Nabiyullah, apakah kami akan dimintai pertanggungjawaban dengan apa yang kami katakan?" Beliau bersabda, "Celakalah engkau hai Mu'adz! Bukanlah yang menjerumuskan manusia ke dalam api neraka dengan wajah tersungkur adalah akibat lidah mereka?" (HR Tirmidzi)



Mendamaikan orang dengan adil
Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan shadaqahnya setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah shadaqah, menolong seseorang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barang ke atas kendaraannya adalah shadaqah, kata-kata yang baik adalah shadaqah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah shadaqah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah shadaqah." (HR Bukhari dan Muslim)






Menyingkirkan kemungkaran
Abu Sa'id Al-Khudriy r.a berkata, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa diantara kalian melihat kemunkaran hendaklah ia merubah dengan tangannya; bila ia tidak mampu, maka dengan lisannya; dan kalau tidak mampu maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman." (HR Muslim)


Rambu-Rambu Allah
Abu Tsa'labah Al-Khusyaniy Jurtsum bin Nasyir r.a berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menetapkan sejumlah kewajiban, maka janganlah meremehkannya. Dia telah meletakkan batasan-batasan (hukum) maka janganlah kalian melanggarnya; Dia telah mengharamkan sejumlah perkara, maka janganlah kalian jatuh kedalamnya; Dia juga telah mendiamkan beberapa perkara sebagai rahmat untuk kalian dan bukan karena lupa, maka janganlah mempersoalkannya (apa yang telah didiamkan oleh Allah ini)." (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dan lain-lain)


Jalan menuju Sorga
Abu Abdillah Jabir bin Abdillah Al-Anshari r.a menerangkan bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah Saw, ia berkata, "Bagaimana pendapatmu, jika aku telah mengerjakan shalat maktubah (shalat fardhu lima waktu), berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram dan aku tidak menambahnya dengan suatu apapun. Apakah aku bisa masuk surga?" Beliau menjawab, "Ya." (HR Muslim) 


Istiqamah dan Iman
Abu Amr Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafy r.a berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku suatu ungkapan tentang Islam yang tak akan kutanyakan kepada seorang pun selain engkau!. Beliau bersabda, 'Katakan, "Amantu Billah" (aku beriman kepada Allah), kemudian istiqamah-lah' ." (HR Muslim)


Takwa kepada Allah dan akhlak terpuji
Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu'adz bin Jabal r.a menerangkan, Rasulullah Saw bersabda, "Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji." (HR Tirmidzi) 


Berakhlak baik
Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling aku sukai dari kalian dan orang yang paling dekat kedudukannya dari kalian denganku pada hari kiamat ialah orang yang paling baik akhlaqnya dari kalian." (HR Tirmidzi)


Puasa
"Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian ia iringi enam hari pada bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa satu tahun." (HR Muslim)


Jiwa seorang muslim terpelihara
Ibnu Mas'ud r.a berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah Rasul-Nya, kecuali disebabkan oleh salah satu dari tiga hal: tsayyib (orang yang sudah menikah/janda/ duda) yang berzina, membunuh orang, meninggalkan agamanya serta memisahkan diri dari jamaah." (HR Bukhari dan Muslim)


Ukhuwah islamiah
Abu Hamzah, Ans bin Malik ra. menerangkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim)


Menyibukkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat
Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Diantara (tanda) kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak berguna baginya." (HR Tirmidzi)