.

Rabu, 11 September 2013

Jangan Kacang Lupa Pada Kulitnya




Suatu hari, ada seorang pemuda desa lulusan SMA yang hijrah ke kota demi mencari pekerjaan yang layak. Sebut saja Ujang namanya. Alhamdulillah, setelah sebar lamaran kesana-kemari ia pun diterima kerja sebagai OB.

Ujang ingat pesan orangtua dan sahabatnya di desa agar jika sudah sukses nanti, jangan lupakan keluarga dan teman-teman, jangan jadi kacang yang lupa pada kulitnya.

Maka setelah tanggal gajian, Ujang pun minta izin bosnya untuk datangi bank terdekat. Alhamdulillah bosnya baik hati dan memberi izin selama 1 jam. Beginilah nasib karyawan, mau ke bank saja harus izin dulu sama atasan. Tak habis fikir juga ia kenapa bank hanya buka pada saat jam kerja kantoran ya. Padahal kan banyak orang kantoran yang perlu berurusan sama bank.

Sesampainya di bank, Ujang disambut oleh satpam yang ramah “ada yg bisa kami bantu?”

“Saya mau buka akun” kata Ujang dengan mantap. Walaupun saya ini cuma OB di kantor saya, tapi di bank ini saya adalah konsumen fikir Ujang dengan percaya diri.

“Kalau begitu silakan ambil nomor antrian ini dan silakan duduk sampai dipanggil nomornya” jelas pak Satpam dengan ramahnya.

Waduh, dapat nomor antrian 87 nih, padahal sekarang nomor di layar masih nomor 45, masih lama nih. Ya Allah, mudah-mudahan gak lama nih antriannya, saya cuma punya izin 1 jam dari kantor. Doa si Ujang di dalam hati.

Tak setelah ia berdoa, seorang lelaki di sebelahnya dengan gusar melihat jam tangan sambil mendesah, “waduh, lama banget ya, saya ada miting 15 menit lagi. Mas, pakai nomor saya saja nih, nanti aja saya balik lagi besok”.

Alhamdulillah ya Allah…. Engkau jawab doaku melalui orang baik yang tidak sabaran ini. Nomor antrian 52 pun kini di tangannya. Ah, ada gunanya juga ternyata orang tidak sabar itu. Berguna untuk orang lain yang antri di belakangnya

35 menit kemudian Ujang pun dipanggil oleh mbak CS bank yang cantik. “Selamat siang mbak, saya mau buka akun” kata si Ujang sambil senyum semanis mungkin. Di kampung kok gak ada yang dandan cantik begini ya, gumam Ujang dalam hatinya.

“Baik pak, boleh saya pinjam KTP-nya?” jawab mbak CS yang cantik.

“Waduh mbak, harus pakai KTP ya? Saya lupa gak bawa KTP”. Setelah susah payah mengantri hampir 1 jam lamanya ternyata niat baiknya untuk menjalankan amanah orangtuanya pun kandas di meja CS. Dengan langkah gontai, Ujang kembali ke kantornya. Terpaksa ulang lagi deh antriannya besok.

Dengan jujur Ujang sampaikan pada bosnya kejadian kemarin di bank, dan minta izin lagi untuk kembali ke bank. Untunglah bosnya Ujang memahami keteledoran Ujang dan kembali memberikan izin padanya. “Ingat ya Jang, kalau urusan sama bank harus bawa identitas” pesan bosnya.

Dalam perjalanan dari kantor ke bank, Ujang berdoa agar tidak harus antri terlalu lama. “Ah, agar niat baik ini dimudahkan Allah, aku mau sedekah dulu deh” dengan spontan Ujang memberikan selembar uang jatah makan siangnya ke pengemis di pinggir jalan. Kata ustadz, kalau kita punya hajat harus banyak berdoa meminta pada Allah, dan dibantu dengan sedekah agar Allah ridho pada kita. Ujang mengingat salah satu pesan ustadz di musholla kampungnya.

Sesampainya di bank, girangnya bukan main si Ujang karena mendapatkan nomor antrian 5 nomor setelah nomor yang ada di papan. Alhamdulillah, kalau kita sungguh-sungguh berdoa, diiringi dengan sedekah, insya Allah rezeki gak bakal kemana.

Eh, si mbak cantik itu lagi yang jaga. Mudah-mudahan saya dipanggil meja itu lagi, pinta Ujang dalam hati. Siapa tahu jodoh, buat perbaikan keturunan.Dan lagi-lagi doa Ujang pun dikabulkan. Nomor antriannya dipanggil ke mbak cantik petugas CS.

Dengan senyum yang merekah, Ujang berjalan penuh percaya diri ke meja CS. Setelah sapaan standar bank yang penuh basa-basi dari bibir manis mbak CS, Ujang memulai pendekatan. Eh salah, maksudnya percakapan.

“Ada yang bisa saya bantu pak?”

“Eh, iya mbak. Masih ingat saya nggak yang kemarin kelupaan gak bawa KTP” jawab Ujang dengan percaya diri.

“Jadi gini mbak, saya kan merantau dari kampung untuk memperbaiki nasib saya dan keluarga. Saya dapat amanah dari ortu dan teman-teman agar jangan jadi kacang yang lupa pada kulitnya. Kalau sudah sukses, jangan lupakan orang tua dan sahabat di desa.” Panjang lebar Ujang cerita, sambil menyelam sekalian aja minum air. Sambil mau buka akun, sekalian aja pendekatan.

Si mbak CS pun sesuai dengan prosedur operasional standar dari bank tetap tersenyum sambil mendengarkan curhatan Ujang sambil sesekali anggukan kepala.

“Nah, untuk menjalankan amanah dari orang tua tersebut, saya ke sini bermaksud untuk membuka akun mbak”.

“Baik pak, saya jelaskan dulu beberapa produk kami ya pak” sambil memberikan beberapa brosur CS bank ini dengan fasih jelaskan produk dan fitur unggulan bank tempatnya bekerja. “Nah, jadi bapak mau bukan akun yang mana? Giro, tabungan, atau deposito? mau yg biasa, atau yang layanan premium pak?”

“Waduh mbak, banyak juga ya pilihannya. Padahal saya ke sini cuma mau buka akun facebook aja kok mbak. Biar saya bisa tetap silaturrahmi dengan keluarga dan teman di kampung. Sesuai dengan amanah orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar